1

Malam itu dibawah guyuran hujan yang deras, air mata, tangis sendu, sorak sorai dan kilatan cahaya....

Mataku terbuka mendengar lantunan lagu Marvin Gaye yang dinyanyikan lelaki keren beralis putus siapa lagi kalau bukan Charlie Piuth yang seksi itu. Suaranya sesungguhnya telah membangunkanku dari tidur lelap yang terasa menegangkan.

Tapi entah kenapa suara rintik air diluar kaca jendela yang lumayan intense dan udara yang seakan berada dibawah suhu normal ini malah membuatku ingin tidur kembali.

Padahal aku sudah ada janji bertemu Kayla di kafe tongkrongan paling ngehits yang baru buka di daerah Pusat Kota.

Ku mencoba memejamkan mata kembali berharap peruntunganku bagus dan dapat lelap kembali. Namun suara anak ayam merengek tiba-tiba berbunyi tanpa berjeda. Itu menandakan Sang Ratu kepo sejagad telah memanggilku dengan tidak sabar.

" Ha..."

" Sa, lo dimana? Gue udah sampe ya lo kenapa sih kalau janjian gak pernah tepat waktu ada aja alasannya buat telat. Sekarang lo masih ngapain? Jangan bilang lo lagi baru bangun tidur gara-gara mimpiin Oppa kece lo itu siapa...subin...mubin...",

astagaa...selalu seperti ini aku belum selesai menyapa pun dia sudah nyerocos panjang lebar.

" Hyun Bin, Kaay....",

Iya, Siapalah itu gua gak mau tau. Pokoknya dalam 30 menit kaki lo yang cantik harus udah ada di dalam kafe ini, soalnya kalau sampai enggak tiket konser Babang Yong lu gua bakar. Liatin aja"

Tidak bisa dibiarkan, aku tak akan pernah membiarkan Yoh Hwa dijadikan tumbal atas keteledoranku.

"Okay, fine... Gua dateng dalam 40 menit..plis...lebih sepuluh menit yaa...soalnya gua belum pesen ojol dan lain-lain...Kay..".

Dan begitu saja langsung terputus. Salah satu kebiasaan manusia yang satu ini. Bicara tanpa henti yang ujung-ujungnya suka memutus sambungan duluan, kalau merasa pesannya sudah tersampaikan.

Kayla itu orang paling Kepo dan cerewet yang pernah kukenal selama 25 tahun menjadi anak Mama Rena dan hidup di dunia. Bahkan Mama sepertinya gak secerewet itu. Dia bahkan lebih cocok jadi adik Ka Malvin dibanding aku.

Tiket Babang Yong atau Yong Hwa itu sebenarnya adalah hadiah ulang tahun dari Kayla, tiket nonton konser CN Blue yang akan diadakan di Singapura minggu depan. Oh, aku sudah menantikan ini, selama beberapa bulan terakhir. Road tour nya kali ini mereka mengadakan konser di Singapura tanpa mampir ke Indonesia, jadi terpaksa aku harus mengejar pangeran impianku kesana. Sebelum dikekang seseorang nantinya puaskan saja dahulu menjadi gadis labil dengan semua kesenangan dunia. Karena aku sudah menjadi sahabat yang baik satu tahun ini Kayla memberika hadiah itu, tapi sayang dia menahan tiketnya untuk jaga-jaga supaya aku tidak bisa mencari alasan saat dia memanggil.

Sebelumnya, Perkenalkan aku Sabira, Sabira Ramira Dewi. Anak Mama Rena yang cantik imut serta Papa Aldi yang Rada Jutek sedunia adik Kaka Malvin yang ganteng dan cerewet sejagad raya.

Si Cerewet kedua tadi adalah Kayla, Kayla Jean Kevler, sahabatku. Aku dan Kayla bersahabat sejak di bangku SMA. Kami bertemua di kelas X dia adalah perempuan pertama yang berani menyapa ku terlebih dahulu. Karena saat itu aku harus sekolah di Jakarta dan tinggal bersama nenek, maka Mama Rena menyekolahkanku di SMA Tiara Bangsa.

Sejak itu si cerewet ini lengket dan menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Sebelum kami berpisah karena pekerjaan tepatnya. Aku bekerja sebagai Manajer Hotel Hilton sedangkan Kayla dia ikut bekerja membantu Ayahnya di perusahaan keluarga. Masih dalam kota yang sama hanya saja waktu bermain kami sebatas pulang kerja atau hari libur saja. Cukup menurutku, tapi sangat kurang menurut Kayla.

Lima puluh menit berlalu, telat sepukuh menit dari yang dijanjikan sebenarnya tetapi aku berhasil sampai di kafe yang dijanjikan

. Meskipun dengan...sedikit lusuh dan bau-bau asap kendaraan bermotor, rambutku juga agak berantakan karena kuminta abang ojol untuk berkendara lebih cepat dari yang sesantainya.

" Setelah 50 menit yang lama dan ngebosenin lu baru sampe disini ya....tau gitu gue mending haha hihi video call sama Rapi ajaa dulu tadi"

Rapi itu tunangan Kayla. Raphael sebenarnya,cuma menurut dia ribet memanggilnya dengan kata utuh atau sekadar Raph saja alhasil jadilah namanya berubah dengan sentuhan Indonesia Rapi.

" Sorry, Kay.. lo harus tau gue udah mau tidur semalem cuma begitu gue mau memejamkan mata, gue baru inget kalau ternyata episode terakhir dilm CLOY belum gue tonton gara-gara Bos gue minta laporan kinerja bulanan dikirim akhir minggu ini. "

" Terus ya....

" Okay, skip topic. Langsung kepada inti permasalahan yang sebenarnga ya. "

"Gue mau kasih undangan ulang tahun perusahaan Bokap sih. Gue ga mau dateng sendiri as always ya... Terserah lo mau bawa si Cupu, Si Kece, Si Gembel atau yang mana. Yang penting lo dateng kesana. "

Aku berpikir sejenak menimbang-nimbang keputusan terbaik dan secepat kilat membuat alasan untuk tidak dspat menghadiri acara ini.

" Gu ..gue gak bisa datang kayaknya. Soalnya gue harus..."

" Laporan kinerja lo udah selesai..."

" Bukan, gue ga..."

" Lo gabisa alasan ga enak badan karena gue tau lo baik-baik aja sekarang disini. "

" Dan perlu diingat gue masih menahan tiket konser lo yang harganya sama kaya harga lipstik gue."

" Okey, fine. Gue datang . Jam berapa? Jangan lupa gue belum cari baju buat acara besok ya. "

" Okey, gue tau dan hafal. Udah gua siapin semuanya. Baju dan keperluannya salon dan segala macamnya. Lo tinggal duduk manis dan nurut sama apa kata gue. Oke. "

Ini yang membuatku agak malas sebenarnya , menjadi anak dari seorang yang cukup terpandang membuat acara seperti ini adalah hal waji dslam to do list kami. Maka dari itu aku lari ke Jakarta dan memilih tinggal bersama nenek disini hingga akhirnya mampu membeli apartemen sendiri sekarang. Ka Malvin lah yang jadi bulan bulanan Papa untuk mengurus kantor Papa di Bandung.

Sebenarnya aku belum pernah sekalilin diperkenalkan kepada publik oleh Papa di acara semacam ini, dan Om Evan juga berjanji akan menutup mulutnya tentang diriku disini.

Papa sempat marah padaku dan mendiamkan aku selama seminggu. Ketika aku memutuskan menjadi manajer biasa di hotel. Bahkan beliau nekat akan menitipkanku pada temannya yang memiliki bisnis properti di Jakarta. Tapi kutolak dengan alasan aku ingin mandiri. Aku risih dengan tatapan dan cemoohan yang mengatakan aku hanya bisa berdiri dibelakang nama Papa.

Tapi sepertinya takdir memang lada akhirnya memaksa aku untuk menerima keadaan ....aku harus tetap menghadiri acara seperti ini juga.