Selesai pada aktivitas mandinya, Kezy sekarang sudah berpakaian dengan rapi. Ia merasa tubuhnya sangat segar. Tidak seperti tadi yang terasa lengket karena seharian bermain dengan debu.
Kezy tak habis pikir kenapa monster-monster itu suka sekali menggodanya. Bahkan sudah bisa dikatakan bukan menggoda lagi, tetapi lebih ke arah pembulian.
Gadis cantik itu melihat jam dinding di kamarnya. Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sebentar lagi mereka akan makan malam. Sambil menunggu itu Kezy malah berbaring santai di atas kasurnya.
Daripada terus memikirkan monster-monster itu, ia lebih baik berbincang dengan sahabat-sahabatnya di grup WA yang telah mereka buat sendiri.
Kezy mengetik dengan santainya. Ia juga tidak perlu takut jika monster-monster itu akan memasuki kamarnya dan berusaha untuk membunuhnya. Toh, ia sudah mengunci kamarnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati bukan?
[Malam! friends gue yang paling cantik dan cakep.] Kezy. Dua emot ketawa.
Marvel typing ....
Ting!
[Ehk, ngab! Lebay amat lo jadi orang.]
Kezy mengerucutkan bibirnya karena Marvel mengatainya lebay.
"Kurang asam nih, anak. Awas aja besok di sekolah," gumam Kezy kesal dan detik berikutnya ia terkekeh.
Rani typing ....
Ting!
[Gue nyimak njing. Nyimak nih!]
Elsa typing ....
Ting!
[Kabar baru, nyet! Kalian tertarik gak buat dengar?]
Kezy mengerutkan keningnya membaca pesan Elsa. Kabar baik apa yang dimaksudkan gadis itu?
[Kabar apa?] Kezy
[Pasti kabarnya lo udah ditembak si Ferguso, 'kan?] Rani. Menebak tanpa jelas.
[Ferguso? Kabar apaan? Kagak jelas kalian.] Marvel. Mengirim dua emot kesal.
[Dengar dulu, napa. Itu sih Gea udah dapat pacar.]
Kezy melongo membaca pesan Elsa. Gea? Gadis cupu itu dapat pacar? Lah, dia yang goodlooking kagak dilirik cogan sedikitpun. Kecuali Marvel yang mungkin sudah dipelet oleh Kezy.
[Kok bisa? Gue yang cantik membahana bagai princess nih kagak dapat cogan. Trus dia yang cupu dekil dapat cogan? Wah!] Kezy. Dua emot wow. Merasa tidak percaya.
[Lo pasti bohong, 'kan Elsa?" Rani. Sepertinya gadis juga tidak terima sama seperti Kezy.
Marvel membalas pesan Kezy.
[Bwahhaha! Lo dapat cogan? Kezyana? Jan ngarep lo, kudis.]
Kezy melotot telak kala melihat hinaan pedas untuknya dari Marvel. Benar-benar bosan hidup si Marvel. Dia gak bisa dapat cogan? Gak benar nih. Kesal! Kezy merasakan kulit dan hatinya terbakar. Gadis itu uring-uringan tidak jelas di atas kasurnya.
"Gue pasti dapat cogan! Double!"
Kezy menggeram kesal. Ia kemudian berhenti dari aksi uring-uringannya itu dan kembali menatap handphonenya. Lain kali ia tidak mengechat sahabatnya itu lagi. Bukannya ngilangin stress, tapi malah nambah stress.
Ting!
Tiba-tiba sebuah notif pesan berbunyi, tapi kalo ini dari WA Marvel secara pribadi. Percakapan grup mungkin sudah ditinggalkan oleh sahabatnya itu.
Marvel
[Kenapa gak ngechat lagi? Lo marah sama gue, ya? Sorry ... gue gak bermaksud buat lo jadi kesal. Maafin gue Key. Janji besok bawa lo jalan-jalan keliling dermaga, mau?]
Kezy bergidik ngeri. Sejak kapan Marvel begini? Seingatnya Marvel adalah tipekal orang bergengsi tinggi apalagi minta maaf. Itu sudah tidak ada di kamus lelaki itu. Meski, ia tahu betul ia yang telah berbuat salah.
Marvel adalah Sahabat Kezy dari Smp hingga sekarang. Mereka selalu bersama-sama. Banyak orang menganggap bahwa mereka adalah sepasang kekasih sangking dekatnya jika orang tersebut tidak tahu apa yang sebenarnya ada di antara Kezy dan Marvel.
[Lo gak lagi keserupan, 'kan? Lo baik-baik aja? Lagi ada masalah?]
Marvel
[Hah? Apaan sih, Kezy? Lo gak jelas. Gue bilang ini lo bilang itu.]
Kezy
[Eee ... gue cuma mau mastiin lo gak sakit. Jarang lo minta maaf kek gitu.]
Marvel
[Mesti lo bersyukur gue minta maaf daripada gak. Dasar!]
Kezy
[Etdah, marah? Sorry-sorry. Marvel sayang makasih ya lo udah minta maaf. Thanks banget! Jan lupa janji lo tadi. Bye, udah dulu ya. Gue mau makan malam.] Di tambah Emot cium.
Marvel, lelaki itu tersenyum membaca pesan dari Kezy. Meski terkesan lebay, tapi mampu membuat hatinya seolah meleleh.
Marvel
[Yaudah. Sono lu makan banyak-banyak. Good night.]
Kezy melihat handphonenya. Ia tersenyum.
"Good night to, Marvel," lirih Kezy dan hanya mengirim emot senyum kepada Marvel.
Gadis itupun bangkit berdiri untuk keluar karena jam makan malam sudah tiba. Perutnya juga sudah keroncongan sedaritadi. Ia tidak mau jika Ayah dan Mamanya itu berteriak cempreng memanggilnya. Buat risih saja.
Saat membuka pintu. Kezy menegang di tempat melihat seseorang di hadapannya kini berdiri tegap menatapnya garang sambil bersidekap dada.
"Udah siap sama urusannya?" tanya Arka. Yah, lelaki itu adalah Arka.
Kezy hanya membuang wajah. "Tumben Lo manggil gue ke sini. Buang waktu dan tenaga."
"Heh, kamu itu seharusnya bersyukur aku panggil. Gak tahu diuntung sama sekali," ketus Arka.
"Terserah lo. Dengar, gue gak lupa sama kejadian tadi. Jadi, lo jaga diri. Gue pastikan lo kena karma." Kezy menunjuk wajah Arka dengan emosi.
Lelaki itu tertawa hambar. Ia menghempas tangan Kezy yang menunjukknya. "Aku gak takut sama sekali. Coba saja kalo berani. Oh, ya besok lo bareng sama kita ke sekolah. Kami juga sekalian ke kampus."
Kezy menarik alisnya ke atas. "Bilang aja lo mau nyari kesempatan buat nyelakain dan bunuh gue."
Arka melotot. Apa yang dikatakan adiknya itu? Mana berani ia akan membunuh gadis itu. Bahkan, jika ada pencuri yang mencuri Kezy, Arka pastikan tidak akan ada yang berani membunuh gadis itu.
"Kalo bicara yang benar saja. Amit-amit ngebunuh orang kayak kamu. Gak berfaedah."
"Huh! Mau nyari mati lo?! Hah! Seolah lo berkata gue gak doyan bagi manusia di luar sana. Apa lo pikir gue ini jelek sehingga mereka gak sudi nyulik gue?"
Arka diam terpaku di tempat. Kilatan amarah di wajah Kezy benar-benar sangat menyeramkan, tapi itu tidak membuatnya takut. Ia hanya bisa bersikap biasa saja dengan tangan yang dilipat di dada.
"Bisa marah juga?" tanya Arka. Sepertinya lelaki itu ingin memancing emosi Kezy.
Kezy tak percaya. Arka sudah melampaui batas kesabarannya. Ia tidak bisa dibeginikan terus. Dianggap remeh oleh kedua kakak kembarnya itu.
"Jangan ngeremehin gue, Dugong!"
"Diam lo anak curut!"
"Apa lo! Mau baku hantam? Ayo siapa takut?" Kezy menggulung lengan piyamanya ke atas. Gadis itu memasang kuda-kudanya. Mengancungkan tinjunya ke wajah Arka takut-takut.
"Ayo! Pukul gue," perintah Arka santai.
"Ayo!" tegas Arka sekali lagi. "Ayo!"
Bugh!
Arka jatuh tersungkur bersamaan dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Rasanya sakit sekali. Lelaki itu meringis kesakitan sambil melap darah yang keluar dari hidungnya. Ia menatap darah tersebut.
Sementara Kezy, gadis itu diam seribu bahasa. Rasa takut menyerang kala melihat hidung Arka mengeluarkan darah dan itu karena ulahnya. Kezy menggigit bibir bawahnya. Anehnya, entah kenapa perasaan bersalah menghantuinya.
Perlahan Kezy jongkok. Takut-takut melihat Arka akan emosi, tapi melihat Arka yang hnya diam beberapa menit menatap darah di tangannya membuat Kezy antara takut dan merasa bersalah. Bagaimana jika lelaki itu kena mental? Apa benar tinjunya sekuat itu? Kezy masih belum percaya dengan apa yang terjadi.
"A-Arka, lo b-baik aja, 'k-kan?" tanya Kezy terbata-bata.
Arka menghela nafas. Ia sangat emosi melihat Kezy yang berani membuatnya mengeluarkan darah. Namun, saat melihat wajah Kezy yang ketakutan, ia mempunyai sebuah ide licik agar gadis itu mau melakukan apa saja yang ia katakan.
"Bantu gue berdiri," pinta Arka.
Kezy dengan spontannya membantu Arka berdiri. Syukurlah lelaki itu tak marah kepadanya.
"Apa ... sakit?" tanya Kezy.
"Sakitlah bego, masa enggak." Arka menggeram kesal. Ia tak habis pikir dengan pemikiran Kezy. Udah tahu sakit dan masih bertanya.
Kezy mencengir takut. "Kalo gak sakit, apa gue bisa pergi?"
Arka mengangkat kedua alisnya. "Pergi? Gak secepat itu, curut. Lo harus ngobatin gue dan lo harus ngikut apa aja yang gue bilang." Arka tersenyum miring bak seorang iblis membuat Kezy diserang rasa takut yang baru saja beberapa menit menghilang.
"N-ngobatin? Gak! Gak mau!" tolak Kezy mentah-mentah.
"Oh, gitu? Oke, gue pastikan lo bakal di hukum lebih parah sama Ayah dan Mama jika lo gak nurut sama gue."
Kezy terlihat berpikir. Jika kedua orangtuanya tahu, maka akan lebih rumit masalahnya. Bisa-bisa ia diberi hukuman tanpa uang jajan selama setahun atau ikut les matematika.
Oh, tidak. Lebih baik ia mengobati lelaki itu.
"Oke. Gue mau, tapi besok kalo ke sekolah gue gak mau ikut sama kalian. Marvel sahabat gue bakalan jemput gue besok pagi, gimana?"
"Marvel?" tanya Arka masih tak percaya. Sebuah rasa tak terima ketika gadis itu mengatakan nama lelaki lain. Sungguh, ia tidak suka.
"Tidak boleh!"
"Kenapa? Gue udah mau ngobatin lo. Jadi, lo juga harus setuju. Masa lo punya untung gue kagak." Kezy bersandar di pintu kamar. Menunggu lelaki itu bicara.
"Oke, tapi lo harus mau lakuin apa aja yang gue bilang, selama dua minggu. Gak mau penolakan."
"Hah?"