Jangan memaksakan perasaan

"RANI! ELSA!"

Sontak semua penghuni kantin menutup telinga mereka kala suara cempreng itu menggelegar membelah angkasa. Oh tidak! Rani dan Elsa meringis takut. Keduanya saling tatap menatap sebelum melihat ke belakang.

Perlahan Rani dan Elsa bangkit berdiri, kemudian mereka menoleh ke belakang dengan gelegapan.

"Ehk, Kezyana. Kapan lo kemari?" tanya Elsa mencoba mencairkan suasana.

Sementara itu, penghuni kantin kembali dengan aktivitas makan mereka.

Rani juga ikut menghampiri Kezyana.

"Kezyana-Kezyana! Apaan Kezyana? Kalian ini benar-benar ya ... malah ninggalin gue." Kezyana yang berada di ambang pintu kantin membuang muka. Ia tak sudi melihat wajah Rani dan Elsa. Dia merajuk.

Rani menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Sekarang Kezyana marah. Toh ini salah mereka. Mereka meninggalkan Kezyana begitu saja daan menyosor ke kantin tanpa menunggu Kezy membereskan bukunya.

"Sorry, Key. Kami keblablasan ninggalin lo. Sekali lagi sorry," ujar Rani meminta maaf.

"Iya, Key. Kami minta maaf." Elsa ikut menimpali.

Sepertinya Kezy sudah tak marah lagi. Buktinya, dia menatap Rani dan Elsa. Akhirnya, Rani dan Elsa merangkul Kezy. Membawa gadis itu dengan lembut untuk duduk.

"Jangan marah ya, cantik Kezy," goda Elsa mencoel pipi gembul Kezy.

Kezy membuang muka. Tetap diam. Yah, sebenarnya Kezy tuh pura-pura ngambek. Sekali-kali dong ngerjain sahabatnya ini. Masa dia mulu yang mereka kerjain.

"Please deh, Key. Kalo lo ngambek tuh bukan tambah jelek, tapi tambah imut. Pengen gue cubit. Gak nahan gue."

"Cubit kalo berani."

Elsa menyengir kuda. Tangannya yang menggantung ingin mencubit pipi Kezy perlahan turun. Ia tak jadi mencubit pipi Kezy, takut kalo gadis itu akan menggigitnya. Lihat saja matanya yang sudah melotot itu.

"Oh, ya. Marvel mana?" tanya Kezy membuat Rani yang sedari tadi diam mendongak.

Elsa yang sudah tahu dengan keadaan Rani memilih untuk menjawab, "Entahlah. Tadi keluar kelas begitu saja. Lo lihat sendiri tadi, 'kan?"

Kezy mengangguk sembari menatap lucu makanan Elsa. Tanpa basa-basi lagi ia segera mencomot mie goreng Elsa tanpa malu.

"Yaelah, Key. Makanan gue."

"Bagi ama sahabat gak dosa, 'kan Sa?" Kezy memakan mie goreng tersebut dengan alis yang naik turun.

Kezy menatap Rani yang sedari tadi diam. "Lo kenapa, Ran?" tanyanya.

"Hmm?" Rani mendongak dengan wajah penuh tanya terhadap Kezy.

"Oh, dia?" Elsa merangkul Rani. "Rani sehat walafiat kok. Iya, 'kan Ran?"

Rani yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk. Elsa menatap wajah Kezy dengan lekat. Ia berpikir sikap Kezy yang tenang begini pasti tidak tahu tentang masalah apa yang terjadi semalam.

"Key," panggil Elsa.

Kezy mengangkat alisnya. "Ya?"

"Lo ... lo ga--,"

"Gue tahu. Tentang kejadian semalam, 'kan? Udah deh jangan dipikirkan." Kezy beralih menatap Rani yang kini menatapnya. "Gue udah baca chat itu semalam. Rani nembak Marvel, tapi Marvel menolaknya." Kezy diam sejenak. Menarik nafasnya dalam-dalam. Ia tahu, menceritakan hal ini hanya akan membuat Rani sakit hati, tapi Rani harus tahu. Mempertahankan orang yang tidak mencintai kita hanyalah hal yang bodoh. Masih banyak ikan di laut kok.

"Ran, gue tahu perasaan lo kek gimana. Cinta bertepuk sebelah tangan memang sakit, tapi lo harus tahu, jika terus sedih karena Marvel menolak lo, itu bukan lo Rani. Lo gadis yang ceria. Marvel bukanlah segalanya. Dia hanya sahabat kita. Dia juga udah nolak lo secara halus, 'kan? Jadu ikhlaskan Ran. Jika lo sedoh begini terus, kami juga ikutan sedih. Please, senyum."

Kezy mengelus kepala Rani dengan lembut. Kemudian menarik sudut bibir Rani agar membentuk sebuah senyum.

"Iya, Ran. Senyum dong. Gausah dipikiran," timpal Elsa ikut memeluk Rani.

Rani menghela nafas. Seketika hatinya menjadi hangat mendengar penuturan dari kedua sahabatnya itu. Kata-kata Kezy seolah menjadi obat penenang bagi dia.

Rani tersenyum. Memang sulit mengikhlaskan Marvel, tapi ia akan berusaha. Meski berat, tapi usah tidak akan mengkhianati hasil, 'kan?

"Makasih ya, guys udah nenangin gue. Gue sayang sama kalian."

"Sampai kapanpun kami akan selalu ada untuk lo." Kezy berucap sambil menyendok mie goreng ke dalam mulutnya. Kezy ... Kezy niat gak sih buat nenanggin Rani? Makan aja mulu.

Sontak saja, Rani dan Elsa tersenyum akan tinglah Kezy yang menurut mereka itu sangat lucu.

"Btw, kita cari Marvel," usul Elsa.

"Buat apa?" tanya Kezy dengan nulut yang penuh mie goreng.

"Gue gak mau." Rani menggeleng kepalanya. Ia masih belum sanggup bersitatap langsung dengan Marvel. Tidak! Ia takut.

"Lo kenapa sih, Sa. Rani gak mau. Gue juga gak mau. Gue kesal ama Marvel. Tega benar dia ngehancurin hati Rani."

"Gini Key, Ran. Gue begini bukan semata-mata tanpa alasan. Hanya saja Marvel itu sahabat kita. Jika kita ngehindarin dia, dia pasti bakal sedih. Apalagi dia mau pergi dari kita. Jauh banget dia pergi. Gak tahu kapan kembalinya lagi. Gue cuma mau hubungan persahabatan kita baik-baik saja."

Kezy terdiam. Benar apa kata Elsa. Walaupun Marvel udah nyakitin hati Rani, tapi sebenarnya Marvel gak niat buat nyakitin Rani. Ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya.

Yang ia rasakan terhadap Rani hanyalah perasaan sebagai teman. Seharusnya mereka gak maksa perasaan Marvel terhadap Rani.

"Gue paham maksud lo, Sa. Gue juga salah sama Marvel karena udah ngehindarin dia. Tadi dia mau ngomong, tapi aku cuekin. Kita cari dia buat minta maaf, ya?"

Elsa mengangguk karena Kezy setuju dengan usulannya, tapi belum tentu dengan Rani. Mereka tahu betul perasaan Rani. Akh, jika saja itu terjadi pada diri Kezy mungkin dia udah bunuh diri. Beruntunglah dirinya yang tidak pernah berurusan dengan cinta. Masa bodoh.

Mereka menatap Rani. "Ran, gimana?"

"Hmmm ... b-baiklah." Akhirnya Rani setuju.

"Yaudah, yuk." Kezy menarik tangan Rani. Sedangkan Elsa memegang tangaj Rani.

Ketiga sahabat itu keluar dari kantin. Elsa mengerutkan keningnya. Sepertinya ia lupa sesuatu deh. Apa, ya?"

"Eh, neng. Bayar dulu makanannya!" seru ibu kantin.

"Eh, lupa." Elsa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia nyerocos pergi tanpa bayar makanan, mau ditaruh dimana muka dia.

Akhirnya, Kezy dan Rani menunggu Elsa untuk membayar makanan mereka itu tadi.

•••

Kini Ketiga sahabat itu sudah berada di koridor sekolah. Mereka berhenti sejenak. Tampak kebingungan di wajah gadis-gadis cantik itu. Yah, bagaimana tidak? Mereka masih belum juga menemukan Marvel.

"Kemana lelaki itu?" tanya Kezy.

"Yah mana gue tahu." Elsa mendengus kesal karena belum juga menemukan Marvel.

Kemana lelaki itu?

"Mungkin dia lagi di taman," tebak Rani, tapi masih ragu.

"Ya! Kok gue baru sadar ya. Taman tempat Marvel jik sendirian." Kezy menepuk keningnya yang begitu tolol.

"Iya, kita ke sana yuk."

Mereka bertiga mengangguk setuju. Namun, belum juga melangkah, mereka bertiga dikejutkan dengan salah satu siswi yang memberikan Kezy setangkai bunga mawar.

"Ini buat kamu."

"Buat aku?" tanya Kezy tak percaya.

Siswi tersebut hanya diam saja. Ia kemudian pergi setelah Kezy menerima bunga itu.

Kezy bingung. Mengerjap berulangkali menatap bunga mawar itu. Siapa yang memberikan bunga mawar ini kepadanya? Pertanyaan itu terus melintas dalam pikiran Kezy.

"Key, ada suratnya."

Yaps! Ada suratnya. Kezy mengambil surat itu dan membacanya.

"Ke lapangan."

Kezy menatap bingung tulisan pada kertas tersebut. Begitupun dengan Rani dan Elsa. Ke lapangan? Ada apa di lapangan?