Undangan Reuni 1

Gue akhirnya kembali ke dunia manusia, teman-teman gue sampai heran dan bertanya kemana saja selama ini. Gue jawab karena ada urusan. Sementara tentang paman gue, seperti menghilang begitu saja, tapi ibu ratu mengutus orang-orang untuk mencari keberadaannya.

Gue sedang berada di kantor pusat Luna.co, di Jakarta. Yap gue kembali ke aktivitas lama. Sementara asisten pribadi gue Amelia, sedang berada di Bali. Gue sekarang mempunyai asisten baru yang di tunjuk oleh Amelia, tapi sekarang adalah cowok. Namanya Rangga.

Ketika pertama kali di perkenalkan, gue sempat bertanya, apa dia dari bangsa astral atau lainnya, Amelia hanya menggeleng dan tersenyum. Dia malah menyodorkan sebuah map berupa file tentang Rangga kepada gue.

"Kok cowok, yang gantiin kamu ?" Tanyaku, sebenarnya hanya bercanda, bagi gue mau cewek atau cowok sama saja. Asal bekerja bagus dan cekatan seperti Amelia.

"Kalau cewek, tak ada kualifikasi yang cocok! Kalau yang cantik dan body sekel banyak !" Jawab Amelia tersenyum.

"Oh, aku mengerti kok !" Kata gue balik tersenyum.

"Tunggu, ini engga salah kan ?" Tanya gue, setelah membaca background Rangga, yang ternyata lulusan AKMIL dari Magelang. Amelia kembali menggeleng kepala.

"Tidak, itu sudah sesuai dengan kriteria !" Jawab Amelia.

"Ini sih, bodyguard bukan asisten Mel !" Kata gue sambil tertawa.

"Memang benar, saya akan cukup lama di Bali tuan muda! Karena, sudah banyak para tamu hotel yang datang! Kami pun kewalahan, selain itu ada tambahan rekrutmen pegawai baru juga! Selama anda di sana, saya lah yang bertanggung jawab !" Jelas Amelia. Gue mengangguk mengerti.

"Selain itu, memang dia ditugaskan mengamankan anda bila ada dalam bahaya! Sesuai backgroundnya tentara khusus !" Lanjutnya.

"Apa, tidak apa-apa? Maksudnya dia kan masuk ABRI loh! Kita ini swasta !" Kata gue lagi.

"Dia tak keberatan, selain itu ... dia memang butuh uang, kalau tentara kan, tahu sendiri gajinya berapa !" Jawab Amelia tersenyum.

"Oh, begitu toh !" Gue mengangguk mengerti.

Dan begitulah, Rangga resmi menggantikan Amelia. Pertama bertemu harus diakui dia termasuk ganteng dan gagah. Dulu gue pernah kepikiran masuk tentara atau polisi tapi tak jadi. Maklumlah masuknya susah dan mahal ... ha ...ha ..

"Nama, kamu Rangga ?" Tanya gue, ketika intervew basa basi karena memang sudah diterima.

"Betul, Rangga Rahadian Munawar !" Jawabnya tegas, dan dengan suara berat.

"Kamu, lulusan terbaik di Akmil Magelang tiga tahun yang lalu! Dan sempat bertugas di Papua selama setahun! Lalu keluar ?" Tanya gue heran. Rangga mengangguk.

"Betul, sebabnya ... saya tidak bisa cerita, tapi yang jelas bukan salah saya! Lalu saya di pindah tugaskan di Kalimantan dekat perbatasan dengan Malaysia !" Jawabnya.

"Oh, ada kasus ya ?" Tanya gue. Dia mengangguk.

"Saya, memutuskan keluar karena ... ada hal lainnya! Setelah keluar sempat nganggur! Tak lama saya mendengar ada lowongan di berbagai perusahaan untuk menjadi petugas keamanan, termasuk perusahaan ini !" Jawabnya, gue mengangguk.

"Lalu ?"

"Ya, melamar dan keterima semuanya! Tapi di sini saya, justru di tempatkan menjadi asisten pribadi bapak! Sedang yang lain tetep satpam, di tambah gajinya juga berbeda !" Ujarnya.

"Oh, jadi kamu memilih menjadi asisten pribadi saya ?" Dia mengangguk.

"Oke, kamu tahu tugas asisten pribadi itu apa ?" Tanya gue, dia menggeleng.

"Mba ... eh, ibu Amelia tidak menjelaskannya ?" Tanya gue heran, dia kembali menggeleng kepala.

"Kamu, bakalan menjadi sekretaris pribadi saya! Mengurus saya dan mungkin akan di suruh ini itu! Kamu, mau ?" Tanya gue lagi.

"Apa pun, saya akan lakukan !" Jawabnya.

"Saya lihat, profil kamu! Kamu berasal dari keluarga pas-pasan! Ayah anda hanya sopir angkot, itu pun punya orang! Ibu anda, seorang pembantu rumah tangga di rumah tetangga, anda anak pertama dengan tiga orang adik yang masih sekolah! Artinya anda, tulang punggung keluarga ?" Tanyaku, dia terdiam.

"Tapi, harus di akui ... anda hebat, jago olah raga, aktif di organisasi sekolah dan selalu juara kelas! Harusnya bisa masuk ke universitas negeri minimal dan kenapa mau masuk menjadi tentara? Apa karena cita-cita anda ?" Tanyaku, dia menghela nafas.

"Betul, pak! Semuanya betul, tak ada yang salah !" Jawabnya pelan. Gue tersenyum.

"Oke, Rangga! Selamat, anda sudah di terima bekerja di perusahaan saya! Artinya mulai sekarang! Kamu, sekretaris dan merangkap asisten pribadi saya! Itu artinya, kamu akan berhadapan dengan saya secara pribadi dan personal! Dan mungkin saja rahasia saya, kamu ketahui !" Jawab gue, dia terlihat lega dan senang.

"Terima kasih pak! Saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengatakan kepada siapa pun, mengenai anda !" Ucapnya kami pun bersalaman sebagai tanda setuju.

-------------------

Sudah 6 bulan, Rangga bekerja sebagai asisten sekaligus sekretaris prbadi gue. Awalnya kaku, tapi lama kelamaan dia mulai terbiasa, karena seharusnya kan ini pekerjaan perempuan yang lebih teliti ketimbang cowok. Tapi Rangga terlihat fleksible ketika bekerja, karena bawahannya sebagian besar cewek. Dia pun orangnya cekatan, bila ada situasi mendesak bisa mengatasinya.

Ternyata, pilihan Amelia tidak salah. Suatu hari gue sedang berada di kantor, sesudah memimpin rapat tadi pagi. Rangga sudah mempersiapkan file yang tadi di bagikan kepada Direktur di bawah gue.

"Pagi, pak !" Sapanya ketika masuk ke ruangan gue yang sedang istirahat. Tak lama dia menyerahkan file tugas dan lainnya di meja kerja. Setelah itu ke pantry atau dapur kecil yang ada di ruang kerja gue. Dia keluar membawa sebotol air mineral dingin kesukaan gue. Dan meletakannya di meja, sementara gue membuka file dan membaca sekilas, karena itu laporan dari Hotel the Luna di luar negeri.

Sampai saat ini, perusahaan gue hanya menyangkut hotel saja tidak ke lainnya, walau banyak tawaran untuk merambah ke perusahaan lainnya, seperti properti dan bisnis lainnya.

Sebenarnya ada beberapa lahan baru untuk proyek Hotel The Luna lainnya, gue sudah mendapat gambar atau foto, bangunan atau bekas hotel yang terbengkalai, di berbagai kota di Indonesia. Yang memang cocok untuk dijadikan jaringan The Luna.

Sampai, gue melihat suatu undangan. Gue terdiam menatap undangan itu.

"Pak, maaf! Ada masalah ?" Tanya Rangga heran melihat sikap gue. Gue menggeleng dan menatap Rangga.

"Ga, kamu ... pernah di undang ke acara reuni, sekolah ?" Tanya gue, dia tertegun dan terdiam, tapi kemudian mengangguk.

"Pernah pak! Tapi tak pernah saya datang !" Jawabnya.

"Kenapa ?" Tanyaku penasaran.

"Ya, gitu lah pak! Mereka hanya memperlihatkan kesuksesan semata! Padahal tidak semua beruntung !" Jawabnya, aku tersenyum mengangguk setuju.

"Dan akan ada pertanyaan! Kapan kawin, bila masih single, punya anak berapa, sekolah di mana dan lainnya !" Ujar gue, dan Rangga mengangguk nembenarkan.

"Jadi ... itu undangan reuni sekolah pak ?" Tanya Rangga, gue mengangguk.

"Dulu. Saya bukan siapa-siapa Ga !" Jawab gue. Rangga tertegun.

"Saya,dulu tidak tahu! Kalau saya ini dari keluarga kaya! Orang tua saya selama ini hidupnya pas-pasan! Kurang juga tidak, apa lagi lebih! Ketika remaja, kedua orang tua saya meninggal karena kecelakaan, sejak itu saya di urus oleh kedua kakak saya, yang kebetulan sudah bekerja dan ada yang sudah menikah! Di saat seperti itu hidup saya cukup berat! Karena, bisa di bilang, numpang hidup dengan uang pas-pasan! Saya sering di bully dan di ejek oleh teman sekolah !" Jelasku tersenyum. Rangga terdiam.

"Tapi, semua berubah ternyata kakek dari papaku orang kaya dan berada! Dan ini adalah warisan papaku yang di berikan kakek untuk saya !" Lanjut gue.

"Tuan, sekarang sudah berbeda! Pasti tak ada lagi yang seperti itu !" Ujar Rangga. Gue tersenyum.

"Kamu takut, mereka mengejek karena tidak berhasil dalam hidup ?" Tanya gue, sambil menatap Rangga.

"Dulu, iya! Tapi ... sekarang tidak, karena saya sekarang ini bisa seperti ini karena doa dan keinginan orang tua! Yang tidak mau anaknya seperti kedua orang tuanya! Walau kecewa, karena kasus yang saya alami, tapi saya memberi harapan kepada mereka, bahwa ini mungkin sudah jalannya yang diatas! Dan ketika saya cerita, bahwa sudah mendapat pekerjaan di Jakarta, mereka senang dan bahagia! Ya, saya juga mengalami hal sama seperti bapak !" Jawabnya.

"Oke, kalau begitu! Kamu harua temani saya, untuk datang ke acara reuni! Kamu, tidak keberatan ?" Tanya gue, dia tertegun tapi mengangguk.

"Bagus, besok kita ke Bandung !" Jawab gue.

Bersambung ...