Bandung, sempat aku singgahi setelah kedua orang tuaku meninggal, disinilah gue menghabiskan masa SMP dan SMU, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta setelah mba gue menikah.
Awalnya sih baik-baik saja, kehidupan gue disini. Terapi ketika naik kelas dua SMP, barulah timbul masalah. Hal ini tidak diketahui oleh mba gue yang bekerja di sini sebelum akhirnya bertemu mantan pacar, yang kini menjadi suaminya.
Engga akan gue ceritakan secara mendetail, yang jelas gue selalu di bully, sempat melawan alias berkelahi tapi menyadari ini akan menjadi masalah buat mba gue. Akhirnya gue diam dan membiarkan hal itu terjadi, toh akhirnya lulus juga dengan nilai terbaik.
Mudah-mudahan, ketika SMU kehidupan gue di sana menjadi lebih baik, ternyata gue salah ... besar ! Justru, hinaan, bullyian semakin deras, seakan mereka iri dan dengki atas prestasi gue, baik akademik atau pun olah raga. Tapi beruntung gurunya semua bijaksana. Sehingga tahu mana yang salah atau benar, tapi itu justru membuat mereka mengira anak guru kesayangan !
Gue tak akan lupa, atas penghinaan atas nama orang tua, tapi kalau kediri gue, oke lah! Dan gue tahu siapa mereka semua. Di undangan mereka di sebut dengan jabatan yang mentereng disandangnya saat ini. Gue hanya tersenyum saja.
Dulu mereka menghina orang yatim piatu seperti gue? Dan mereka sekarang berbicara atas nama rakyat 'miskin' sungguh ironi sekali. Ada juga menjadi pejabat pemerintahan atau BUMN. Gue bisa membayangkan seperti apa acara reuni ini yang di selenggarakan di sebuah hotel mewah di kota Bandung. Katanya sih, mereka inilah donatur terbesar dalam acara reuni ini.
Walau gue juga ikut menyumbang, hanya gue ingin tidak diberitahu siapa gue, dan pihak panitia reuni tidak keberatan. Dan gue lah yang paling besar !
Pagi-pagi, gue di jemput Rangga di rumah. Acara akan di selenggarakan besok malam. Dan di adakan selama dua hari. Tapi gue kesana juga tidak semata, untuk reuni tapi bisnis juga. Sebuah gedung megah yang kosong di area kota Bandung sudah gue beli, semua permasalahan yang terjadi di gedung itu sudah gue selesaikan dengan pengacara keluarga gue antara pihak pemilik gedung sebelumnya serta pemerintah daerah.
Jadi gedung itu sekarang murni menjadi milik gue sepenuhnya. Gedung ini akan berada di dua dunia berbeda. Yap, gedung ini akan gue jadikan Hotel The Luna paris van java alias cabang Bandung.
Amelia sudah datang beberapa kali kesana. Dan nenurutnya cocok menjadi dua hotel berbeda manusia dan astral. Ada dinding tak kasat mata yang akan membagi hotel itu. Secara ghaib hotel itu sudah di perbaiki. Tidak akan ada masalah lagi dalam hal kontruksi. Sedang di dunia nyata gedung itu dalam rangka renovasi, dan mau tidak mau gue harus membuat perusahaan kontruksi baru, untuk keperluan pembangunan, memperbaiki gedung hotel milik gue.
Gue tidak ingin, perusahaan kontruksi dari yang lain. Karena ini kan hotel khusus, jadi harus dari perusahaan gue sendiri yang membuatnya. Dan untungnya, berkat Amelia juga, perusahaan kontruksi milk gue bisa jadi.
--------------
Di dalam mobil hanya ada gue dan Rangga. Kini kita sedang berada di tol Cipularang. Rangga harus diakui pandai menyetir, pokoknya cara pengemudinya enak banget, tidak kasar, mengebut tapi tetap standar keselamatan.
Tiba-tiba, di perjalanan terlihat ada antrean mobil di sebelah arah berlawanan dari kita ke Bandung. Ternyata ada yang kecelakaan mobil di jalanan itu.
"Kadang saya, hati-hati bila berjalan di tol ini !" Ucap Rangga. Gue hanya tersenyum, entah kenapa mata gue sudah berubah sejak menjadi pemilik Hotel The Luna. Bahkan beberapa waktu lalu baru pulang dari laut pantai selatan.
"Betul, disini memang banyak yang lewat !" Jawab gue, Rangga menatap gue terkejut.
"Maksud ... bapak ?" Tanyanya.
"Rangga, kamu ... takut hantu ?" Gue balik bertanya.
"Anu ... pak, dulu ketika pelatihan pernah sekali di ganggu mahluk halus! Waktu itu, kita pelatihan di sebuah hutan! Teman-teman juga awalnya begitu, lalu kami berdoa supaya selamat dan akhirnya selesai pelatihan dengan selamat! Lalu, waktu bertugas di Papua dan Kalimantan !" Jawabnya.
"Bagus, kamu akan terbiasa dengan hal itu !" Ujar gue, dia kembali tertegun.
"Sudah, jangan khawatir! Kamu bersama saya, harus siap dengan segala yang apa terjadi nantinya! Karena perusahaan saya bukan sembarangan, apa lagi kamu asisten dan sekretaris pribadi saya !" Ucap gue lagi.
"Baik pak! Siap !" Jawabnya tegas, lalu gue minta beristirahat di rest area. Untuk sekedar merilekskan diri sebentar.
"Kamu merokok tidak Ga ?" Tanya gue. Dia menggeleng.
"Engga pak !"
"Soalnya, saya mau kemini market untuk membeli minuman! Ya mana tahu, kamu haus di jalan! Kamu mau minum apa ?" Tawar gue.
"Apa saja, pak !" Jawabnya tersenyum, gue mengangguk, setelah itu ke minimarket membeli beberapa botol air mineral dan juga cemilan. Dan kembali ke area parkir mobil. Rangga menyambut gue dan membawa kantong belanjaan yang di taronya di depan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.
Entah weekend atau apa, tol Cipularang agak ramai hari ini. Cukup banyak kendaraan yang melintas.
"Ga, coba lihat ke sana !" Tunjuk gue, ketika melewati sebuah batu, tiba-tiba dia terkejut. Dan mengucap istighfar.
"Ya, tuhan ... apa itu pak ?" Tanyanya terkejut, untung kecepatan lambat, sehingga tidak oleng karena terkejut. Dan kemudian menghentikan mobil di pinggir jalan sementara, untuk menenangkan diri.
"Maafkan saya Rangga! Saya sudah membuka mata batin kamu, ketika memberikan air minum tadi, dan kamu meminumnya !" Jawab gue, dia tertegun.
"Sudah, saya bilang kan? Kamu harus bersiap dengan apa yang terjadi! Dan ini baru awalnya, saya memperlihatkan siapa saya !" Jelas gue. Rangga masih bingung, tapi kemudian dia kembali mengemudi, harus di akui mentalnya boleh juga. Akhirnya gue ceritakan semuanya.
"Kamu, boleh percaya atau tidak terserah! Tapi yang jelas, saya juga sama yang kamu rasakan sekarang ini! Terkejut, tak percaya atau heran! Tapi itu nyata, dan saya harus menerima semuanya !" Lanjut gue, dia mengangguk mengerti,
"Iya, pak! Saya tadi kaget saja! Tapi ... mungkin kedepannya akan terbiasa pak !" Jawabnya tegas.
"Bagus! Jadi bila ada sesuatu, apa pun itu abaikan !" Kataku, dia mengangguk.
"Karena, mereka juga ada yang jail! Jahat atau baik !"
"Iya, pak !" Jawabnya, akhirnya kita tiba di kota Bandung. Tapi gue tidak menginap di hotel tempat acara akan berlangsung, tapi justru menginap di hotel, yang bersejarah di masa lalu ketika konferensi Asia Afrika berlangsung. Gue sudah memesan sebuah kamar di sana sebelumnya.
Gue turun di lobby hotel, sementara Rangga mencari parkir mobil. Tak lama dia datang membawa tas koper dan barang lainnya, seperti tas dan jas gue. Ternyata Rangga membawa tas ransel saja. Dia memakai kemeja dan celana panjang, rambutnya tetap cepak gaya tentara. Ketika masuk ke dalam semua memperhatikan sekilas, seperti seorang bodyguard yang memang ganteng.
Gue menuju front office untuk mendaftar dan tak lama kunci kamar sudah gue dapatkan, kami di antar oleh petugas hotel. Sebelumnya pegawai itu membawa kami ke sebuah ruangan, seperti museum kecil, dimana ada beberapa foto masa lalu mengenai KAA tahun 1955. Setelah itu kami menuju lantai 3 dan masuk ke dalam kamar yang terlihat antik tapi juga bagus dan rapi ada dua tempat tidur, setelah menjelaskan kondisi kamar pegawai itu pamitan.
"Ga, kamu tidur disini berdua engga apa-apa kan ?" Tanya gue.
"Engga pak !" Jawabnya, gue mengangguk lega.
Bersambung ...