Resmi sudah Mario dan Yusuf tinggal satu atap. Hari demi hari sepasang kekasih itu diselimuti kebahagiaan dalam balutan cinta. Tak terasa sudah enam bulan Mario dan Yusuf tinggal bersama. Tak ada rasa bosan bagi Yusuf ataupun Mario untuk selalu bertemu baik di kantor ataupun di apartement. Berangkat dan pulang kerja bersama sudah menjadi hal yang biasa. Masalah sex sudah tidak terlalu rutin mereka lakukan, tidak seperti awal awal jadian. Bukan karena bosan, tapi sejak tinggal seatap, baik Yusuf atau Mario tidak menjadikan berhubungan sex adalah prioritas utama. Semua kegiatan di apartement dilakukan berdua, Yusuf tak lagi membayar jasa tukang bersih-bersih. Permasalahan menyapu dan mengepel mereka lakukan berdua, kecuali memasak. Mario tidak bisa melakukan urusan dapur selain merebus air. Berbeda dengan Yusuf yang sejak kecil terbiasa hidup sendiri sekalipun orang tuanya masih lengkap. Yusuf sudah mandiri melakukan semuanya sendiri termasuk memasak, jadi urusan dapur diambil alih Yusuf.
Seperti sabtu pagi ini. Mario masih tertidur lelap. Sedangkan Yusuf sudah berkutat di dapur untuk membuatkan sarapan bagi Mario dan juga dirinya. Dalam waktu singkat Yusuf sudah tahu semua hal yang menjadi favorite Mario, mulai dari genre film, penyanyi, hingga ke makanan. Dan pagi ini Yusuf membuatkan sarapan kesukaan Mario yaitu pancake. Pancake dengan lelehan sirup gula dan juga topping buah kiwi, Mario sangat menyukai makanan itu, dan Yusuf selalu membuatkannya walaupun Yusuf sendiri tidak menyukai makanan yang manis. Yusuf sudah selesai menumpuk beberapa pancake, kemudian menyiramnya dengan sirup gula, menghiasinya dengan buah kiwi dan daun mint. Tampak sederhana, tapi Mario tergila-gila dengan masakan Yusuf.

Yusuf menghampiri Mario yang masih tertidur, di tangan kanannya sudah Ia bawa hasil karya yang setiap hari libur Ia buatkan untuk Mario. Dengan lembut Yusuf mengecup pipi Mario yang tidur dengan posisi menyamping.
"Sayang, bangun!" bisik Yusuf di telinga Mario, "dicariin Won Bin" sambung Yusuf menyebut aktor favorite Mario.
"Endut..., aku masih ngantuk," jawab Mario menggeliat tapi Ia masih memejamkan matanya.
Mario merubah panggilan sayangnya kadang Mas dan kadang endut karena perawakan Yusuf yang saat ini terlihat lebih gempal semenjak berpacaran dengan Mario. Sudah banyak yang bertanya 'kok Yusuf gemukan?', Yusuf selalu menjawab, 'soalnya pantatnya cocok', bukan seperti jawaban kebanyakan pria heterosexual yang mengatakan 'susunya cocok'. Mau bagaimana lagi Yusuf memang menetek di dada Mario, tapi tidak pernah keluar susu. Mario memang sengaja, Ia tidak mengijinkan Yusuf untuk melakukan fitnes, setiap malam diajak makan, olahraga yang sering dilakukan Yusuf ya senam kasur bersama Mario, hanya itu saja.
"Ya udah, pancakenya aku kasih orang aja," ujar Yusuf.
Mario dengan cepat berdiri dari tidurnya, mendengar kata pancake membuatnya segera membuka mata, "susu kacang kedelenya mana?" tanya Mario langsung mengambil piring berisikan pancake di tangan Yusuf.
"Tunggu bentar, aku ambilin dulu di kulkas,"
"Aku nggak mau yang dingin," rengek Mario
"Iya, nanti aku angetin, cium dulu dong biar aku semangat!" Yusuf menyodorkan pipinya yang dihadiahin tiga kali kecupan dari Mario.
"Sini aku kasih bonus!" ujar Mario mengecup dan melumat bibir Yusuf, untuk sejenak mereka saling berpagutan.
"Aku cinta kamu," ujar Yusuf mengusap rambut Mario
"Aku cinta kamu lebih dari kamu cinta aku," timpal Mario
Yusuf mendaratkan kecupan di kening Mario sebelum kembali ke dapur dan mengambil susu kacang kedelai yang menjadi minuman favorite Mario. Ternyata susu itu tidak dimasukkan ke dalam kulkas, jadi Yusuf tidak perlu menghangatkan susu terlebih dahulu. Yusuf memindahkan isisnya ke gelas besar dan kembali ke dalam kamar. Mario masih memandangi sarapannya, Ia belum menyentuhnya sama sekali. Yusuf meletakkan gelas susu di meja kecil dekat tempat tidur, lalu duduk di tepi ranjang dan merebut sarapan di tangan Mario.
"Kamu nunggu di suapin kan!' todong Yusuf yang sudah mengerti kemanjaan pacarnya.
"Itu tau..., jangan gede-gede ya ndut, yang boleh gede pas disuapin cuma ini aja" ujar Mario meremas selangkangan Yusuf, "titit ini nih yang bikin aku merem melek."
"Diih binal," cibir Yusuf tersenyum geli sambil memotong dan menyodorkan sesendok pancake ke Mario yang langsung menyambut dengan mulutnya, sedangkan tangan Mario masih tidak dipindahkan dari selangkangan Yusuf.
"Yogi beneran resign?" tanya Mario yang telah menelan kunyahan di mulutnya.
"Iya, senin terakhir, minggu depan dia berangkat ke belanda," jawab yusuf kembali menyuapi Mario.
Mario fokus mengunyah makanannya sebentar, lalu melanjutkan pertanyannya, "beneran nikah sama Andrew?"
"Iya beneran, abis itu mereka katanya tinggal disana..., emang kamu nggak tau?" Yusuf balik bertanya.
"Abisnya sombong, udah lama banget nggak kesini," jawab Mario.
"Dia ngejar targetnya, buat dapetin bonus, itung-itung nambahin biaya nikah, kan sisanya mau dipake modal usaha di sono, kebetulan ada omnya si Andrew di belanda mau bantu usaha, gitulah pokoknya," jelas Yusuf.
Yusuf meletakkan piring yang masih menyisakan banyak pancake, Yusuf menggenggam erat jemari Mario. Menatap Mario dengan ketulusan mata yang penuh kehangatan.
"Kalo kamu sendiri..., mau nggak nikah sama aku?"
Mario tersenyum dan menjawab, "kamu nggak usah nanya, aku udah pasti mau, tapi masalahnya..., aku nggak mau kalo kita diem diem nikah, aku butuh waktu untuk ngejelasin hubungan kita ke papa sama mama...,"
"Kamu juga harus ngomong sama abah, sama ibu juga. Aku nggak mau punya pacar pengecut, masa ngajak nikah nggak berani ngomong ama orang tua" Mario melanjutkan ucapannya.
Yusuf menghela nafas, raut wajahnya berubah muram, Ia dihadapkan diantara yakin dan tidak yakin. Ia tidak yakin harus mengutarakan perasaannya saat ini ke orang tuanya. Syukur-syukur kalau hanya diusir, bagaimana kalau di bunuh di tempat. Yusuf lebih tau orang tuanya seperti apa. Tidak akan mudah bagi Yusuf meminta ijin. Untuk beberapa saat Yusuf hanya membisu, tak ada sedikitpun kata yang teruntai dari bibirnya. Mario yang menyadari kekasihnya dilema, memeluk tubuh Yusuf begitu erat.
"Aku percaya kamu serius. Aku juga percaya sama cinta yang kamu kasih. Aku udah liat perubahan kamu selama enam bulan ini. Itu udah lebih dari cukup buat aku bahagia. Masalah nikah, kita bisa pikirin lagi nanti. Nggak harus buru-buru juga, jalani yang sekarang dulu" Mario berbicara cukup panjang di dalam pelukan Yusuf.
Yusuf membelai rambut Mario, mendaratkan kecupan hangat berkali-kali di kepala Mario. Yusuf sudah tidak mengerti lagi bagaimana cara mengutarakan cinta yang Ia punya. Perasaan cinta Yusuf begitu besar terhadap Mario. Tidak pernah Ia merasakan cinta sebesar ini.
"Mas..., aku udah seminggu lho nggak dicocol, udah nggak doyan ya?" tanya Mario menggoda, "apa karena Aku udah nggak rapet lagi, jadi bunyinya plong plong plong udah nggak duk duk duk kayak dulu, kayaknya aku mesti minum sari rapet nih!"
Yusuf tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Mario. Inilah yang membuat Yusuf semakin mencintai Mario. Mario itu jelas berbeda, Ia punya cara sendiri untuk menghibur seorang Yusuf.
"Kamu mau lebar kayak goa pindul sekalipun, aku tetep mau masuk kesitu" balas Yusuf gantian membuat Mario tertawa.
"Ayo mas!!, cocol adek, cocol manja!" rengek Mario.
"Begini kan jadinya kebanyakan ngeliat instagram Mimi Peri" cibir Yusuf.
Mario yang kelihatannya sudah bergairah dan tak mampu menahan gairahnya, dengan kasar mendorong Yusuf ke tengah ranjang dan menindih tubuh Yusuf. Bokongnya tepat menindih selangkangan Yusuf.
"Mas diem aja, jangan banyak gerak, biar Aku yang gerak!" goda Mario membelai wajah Yusuf.
"Aghh..., perkosa Mas, sayang!" balas Yusuf. Penisnya mulai berontak ingin dilepaskan dari sangkarnya.
Mario meletakkan jemarinya di sela-sela jemari Yusuf. Mario mensejajarkan tangan Yusuf ke atas kepala Yusuf. Sehingga membuat Yusuf mempertontonkan ketiaknya yang tak pernah dicukur. Mario merapatkan wajah, menatap tajam mata Yusuf dan seringai senyum berpura-pura jahat terlukis di wajahnya.
"Kali ini..., aku pastiin kamu kalah Mas!"
"Oh ya!, coba bikin Mas minta ampun!" balas Yusuf pasrah membiarkan Mario bertindak sesukanya.
Mario memulai dengan melumat bibir Yusuf, rasa manis dari pancake dan sirop gula mulai tersebar merata di rongga mulut mereka. Keduanya mulai bertarung lidah, saling berebut untuk melumat dengan sangat liar. Inilah kenapa Yusuf sengaja mengurangi aktifitas sexual mereka, karena saat tiba waktunya melakukan hubungan sex, mereka membuncahkan semua gairah yang tertahan dan itu rasanya lebih nikmat daripada setiap hari melakukannya. Mario mulai menyusuri leher Yusuf, meninggalkan tanda cinta berwarna kemerahan dengan merata. Kemudian berselancar ke dada Yusuf memberikan hisapan demi hisapan di kedua puting Yusuf dan menggigitnya.
"Aghh..., bayi gede lagi nete" celoteh Yusuf yang mendapat toyoran jari Mario di keningnya.
Mario melanjutkan dengan menjilat kedua ketiak Yusuf. Menghirup aroma ketiak itu dengan penuh hasrat. Kecut!!, jelas, Yusuf belum mandi, tapi Mario tidak perduli. Puas membasahi kedua belah ketiak Yusuf, Mario kembali berselancar ke bagian perut Yusuf yang mulai buncit. Mario kembali menjulurkan lidah membasahi seluruh area perut sampai ke lubang pusar Yusuf. Mario semakin turun dan menghisap penis Yusuf yang menegang dalam balutan celana pendek yang Yusuf pakai. Ludah Mario membasahi celana Yusuf bercampur tetesan precum yang ikut keluar dari lubang pipis Yusuf. Mario melancarkan serangan pertama. Ia menarik celana pendek yang Yusuf pakai, Yusuf memberikan bantuan dengan mengangkat paha agar mempermudah Mario melorotkan celananya. Senjata andalan Yusuf langsung mencuat seiring celana yang sudah lolos dari tubuhnya. Tanpa butuh berlama lama, Mario langsung memborbardir penis Yusuf dengan mengerahkan segala jurus dari mulut Mario tanpa di komando. Mario memberikan jurus mulai dari menghisap, menjilat, menggigit dan menggelitik seluruh area penis yang juga Mario gilai. Itulah sebuah simbiosis mutualisme di antara mereka berdua. Yusuf menggilai bokong Mario, dan Mario menggilai penis Yusuf. Saling memberi keuntungan dalam gairah yang mereka ciptakan.
"Aghh..., isep terus sayang, jangan kalah sama Vacum Cleaner," Yusuf menyemangati saat penisnya Mario sedot sampai pipi Mario mengempot.
Mario tersedak, bukan karena penis Yusuf menyentuh tenggorokannya. Mario sudah terbiasa akan hal itu, tapi racauan Yusuf yang selalu menggelitik hatinya. Mario menghentikan sejenak hisapannya.
"Kamu bisa nggak serius dikit, kamu sengaja ya biar nggak kalah!" ujar Mario mendelik.
"Aku serius, kalo nggak serius mana bisa ngaceng, cepet lanjutin, lagi enak juga!" gerutu Yusuf menggerakkan pinggulnya agar penisnya menyentuh bibir Mario.
"Masa aku doang yang kerja!" sungut Mario.
"Pake sarkas segala, siniin pantatnya!" perintah yusuf yang sudah tau maksud dan keinginan Mario.
Mario tersenyum lebar. Tentu saja selain memanjakan penis Yusuf, Mario tergila gila saat dimanjakan lidah Yusuf tepat di jalur yang memisahkan kedua gundukan bukit yang Ia punya. Tanpa berlama-lama lagi, Mario merubah posisi dengan kaki bertemu kepala, kepala bertemu kaki atau yang lebih dikenal dengan posisi angka 69. Mario yang diatas kembali menghisap penis Yusuf dan Yusuf yang dibawah mulai menyapu belahan bokong Mario, tak ketinggalan gigitan-gigitan pelan Yusuf berikan disana, disertai tamparan ringan dikedua bongkahan bokong Mario.
"Aghh...," Mario melepaskan hisapannya, "tampar lagi mas, tampar!!" rintih Mario yang mengingatkan Yusuf pada adegan film jadul Nokta Merah Perkawinan yang diperankan oleh Ayu Azhari sebagai Ambarwati saat ditampar Cok Simbara sebagai Mas Priambodo. Yusuf tak kuasa menahan gelak tawa yang dimengerti Mario.
"Aku udah kayak Ambarwati belum Mas?" celetuk Mario.
"Katanya mau serius!" timpal Yusuf.
Nyatanya memang setiap bercinta atau berhubungan sex, mereka selalu diiringi canda tawa. Itulah yang berbeda bagi Yusuf, hal yang tidak pernah Ia temui dengan perempuan-perempuan sebelumnya. Tapi apakah bercinta atau berhubungan sex harus serius?, bukankah tujuannya sama?, sama-sama mencapai kepuasan. Bagi Yusuf maupun Mario, titik kepuasan tetap mereka capai bersama, bahkan lebih indah dari hanya sekedar bercinta lalu tidur setelahnya.
Yusuf mulai menyelipkan jarinya di sela jalur yang memisahkan gundukan bokong Mario. Perlahan Yusuf membelai, memberikan gosokan yang bergerak naik turun.
"Mas aghh..., jangan digosok terus!, nanti keluar jin aladin" Mario mengerang dalam rasa geli-geli nikmat yang Ia rasakan.
"Berisik, itu tugas kamu kelarin!, jangan dilepas terus!" ujar Yusuf yang merasakan kehampaan saat Mario berhenti menghisap penisnya.
Mario kembali memborbardir penis Yusuf, kali ini lebih liar, brutal dan dengan ritme yang cepat. Yusuf melirik penis Mario yang menggantung di sela pahanya, Penis dengan kulup yang menutupi bagian helmnya. Selama ini Yusuf tidak pernah membalas perlakuan Mario di penisnya, Yusuf menghela nafas, berusaha menyiapkan mentalnya. Yusuf tidak menyukai hal itu, namun Yusuf rela agar kekasihnya bahagia. Sedikit ragu dan memejamkan mata, namun pada akhirnya, penis Mario sudah bertengger di dalam mulut Yusuf.
"Mas..., Aghh...." Mario memekik. Mario memang menginginkannya, karena bagaimanapun juga, itulah titik kenikmatan bagi laki-laki. Walaupun Mario tipikal laki-laki yang tidak menyukai bokong, tapi uke/boti mana yang menolak saat penisnya dihisap.
Yusuf tidak memperdulikan rintihan dan erangan Mario. Mario tidak bisa fokus, karena kenikmatan luar biasa menjalar ke sekujur tubuhnya. Ditambah lagi jari-jari Yusuf bergantian menyelinap ke dalam anusnya, bergerak keluar masuk menggosok dinding anus Mario. Jelas Mario menyukainya, dua bagian sensitif di tubuhnya di hajar Yusuf habis-habisan. Penis Mario dihisap, anusnya di rojok jari. Kenikmatan yang tidak dapat didustakan oleh Mario. Mario melambung ke awang-awang, merasakan jiwanya melayang seiring hisapan dan rojokan.
"Aghh..., Mas awas!, aku mau pecah!" pekik Mario ingin mencabut penisnya agar tidak menyemburkan cairan di dalam mulut sang kekasih.
Tapi mendengar racauan Mario, Yusuf malah menekan bokong Mario. Menahan tubuh Mario dan membiarkan Mario menumpahkan cairannya ke dalam mulut dan mengalir di tenggorokan Yusuf. Yusuf sedikit tersedak, wajahnya memerah, tapi Yusuf melanjutkan sedotannya, Ia ingin menghabiskan semua cairan Mario tanpa tersisa.
"Mas, ahh..ahhh..huuh!!" Mario berusaha mengatur nafasnya yang terengah, "kamu curang," kata Mario.
Yusuf tersenyum melepas penis Mario dari mulutnya. Bibirnya masih ada tetesan cairan Mario, tanpa ragu Yusuf mengelap dengan ibu jari dan kembali mengecapnya.
"Aku curang kenapa?" tanya Yusuf seolah berbicara dengan pantat Mario.
"Ya kamu serang kelemahan aku, kamu nggak mau ngalah!" jawab Mario membuat Yusuf tertawa.
Mario memperbaiki posisi dengan mata bertemu mata, seutas senyum terlukis di wajah keduanya, "kamu titik kelemahannya dimana sih, biar cepet keluarnya?" tanya Mario tampak serius.
"Kamu. Kamu titik kelemahan dalam hidup aku, aku nggak bisa bayangin hidup aku tanpa kamu" jawab Yusuf melumat bibir Mario, sisa cairan yang masih melekat dilidahnya terbagi dengan Mario.
Mario menyudahi pagutan bibir Yusuf. Ia berbaring ke sebelah Yusuf.
"Mas..., genjot Aku sampe senen!" ucap Mario dengan menunjukkan wajah keseriusan di sabtu pagi yang cerah ini.
Yusuf merubah posisi menindih Mario, "mana bisa digenjot ampe hari senin, yang adakelupas kulit titit."
Mario mengalungkan tangan ke leher Yusuf, "abis aku nggak tau lagi mesti gimana buat ngungkapin rasa cinta aku ke kamu."
"Nggak usah ampe senin juga, ampe besok aja cukup kok!" ujar Yusuf tertawa kecil.
"Ya udah ampe besok, ayo cepetan masukin, aku pengen di pok-pok!" rengek Mario
"Maksudnya di Fuck-Fuck?"
Mario mengangguk, "iya, minggir bentar!".
Yusuf menyingkir dari atas tubuh Mario. Mario melebarkan pahanya, Ia mengangkat pinggulnya, hingga terpampanglah di depan mata Yusuf, semburat liang kenikmatan berwarna merah muda yang memang sudah tak sekecil ukuran pertama kali Yusuf mencobanya.
"Mas..., Masukin kesini..., aghh!" Mario dengan binal menggosok belahan anusnya sendiri.