Pesan masuk ke ponselku, membuatku dan Agung menatap benda tersebut di meja. Dia lantas menatapku menyelidik. "Cie, di sms pacar."
"Ih, berisik!" kataku tak menanggapinya lebih jauh, hanya fokus pada layar di depan dan berusaha memahami kalimat yang sedang kubaca.
"Siapa, nduk?" tanya Ayah yang akhirnya terbangun karena kegaduhan yang kami buat sejak tadi.
"Aga."
"Tuh, kan!" tukas Agung lalu segera berlari saat aku hendak memukulnya lagi.
"Oh. Jadi kamu sama Aga, pacaran?" tanya Ayah tiba-tiba dengan pertanyaan yang membuatku terkejut.
"Ih, Ayah! Kok ikutan Agung sih!" aku merengek sedikit salah tingkah dituduh begitu.
"Hehe. Ya kalau pacaran juga nggak apa-apa. Yang penting tetap fokus belajar, jangan aneh-aneh."
"Iya, Ayah. Tenang aja. Aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama," gumam ku. Berharap Ayah tidak mendengar kalimat ku yang terakhir.
Belum sempat aku membalas pesan Aga, dia malah menelponku dan membuatku terpaksa menyingkir ke teras.
"Ya? Kenapa, Ga?"