44. latihan baris berbaris

Tidak banyak omelan dari guru kimia yang terkesan killer tersebut. Kami segera disuruh masuk dan duduk. Tidak seperti biasanya, karena biasanya jika ada kesalahan sedikit saja yang kami perbuat, dia pasti akan murka. Dia adalah guru yang perfeksionis dan mudah marah. Mungkin Tuhan sedang memahami suasana hatiku saat ini.

"Lanjut pelajaran kemarin!" kata Pak Eri sambil memegang sebuah buku paket tebal di tangannya. Dia berjalan ke papan tulis dan menuliskan rumus kimia yang memusingkan.

Aku sudah duduk di kursi milikku. Otomatis teman-teman menatapku dengan tatapan bermacam-macam. Terutama orang-orang yang terlibat pada kejadian di bumper kemarin.

"Si? Kamu kenapa kemarin pulang nggak bilang-bilang?!" tanya Resti antusias.

"Nggak apa-apa," sahutku tanpa menoleh ke belakang. Hanya mengeluarkan buku tulis, buku paket kimia serta alat tulis dari dalam tas.

"Kita semua nyariin tau! Untung Edo bilang, kalau kamu udah pulang." Asti menanggapi.