Aga terus menggandeng tangan ku ke kantin. Dia benar-benar serius dengan perkataannya mentraktirku bakso siang ini. Aku pun hanya pasrah di tarik olehnya. Bahkan sepanjang jalan, Aga seolah tidak merasa bersalah dengan sikap agresifnya itu. Dia malah sibuk bercerita tentang tim basketnya kemarin, beberapa kejadian lucu membuat dia terkekeh dan dengan antusias menceritakannya padaku. Sepanjang jalan juga, beberapa pasang mata menatap kami heran. Mungkin dalam benak mereka, kami sudah balikan seperti seruan teman-teman tadi.
Suasana kantin siang ini tidak terlalu ramai. Ini merupakan hal melegakan bagiku, karena aku sedang tidak ingin menjadi bahan gunjingan lain di sini. Aga memilih sebuah meja yang biasa menjadi favorit kami dulu, berada di paling ujung, dekat jendela. Dia mengelap meja terlebih dahulu dengan tisu. "Mau minum apa?" tanya nya padaku.
"Es jeruk saja."
"Pakai mie?"
"Eum, pakai deh."
"Oke, bentar, ya. Aku pesenin dulu," katanya lalu segera pergi memesan makanan.