"Kamu jangan gitu ah, Yang, ke Doni. Kasihan tau."
"Eh, kok kamu belain dia sih? Hayo!"
"Bukan belain. Dia itu sebenernya orangnya baik. Tapi ... Rada mesum aja sih," gumamku pada kalimat terakhir.
"Hah? Mesum? Dia udah ngapain kamu dari kemarin?"
"Astaga! Enggak. Hahaha. Bukan gitu maksudnya. Dia nggak ngapa - ngapain aku kok. Lagian kita putus tuh berapa lama sih, Yang? Masa kamu yang udah pacaran sama aku hampir satu tahun lebih kalah sama Doni yang baru beberapa hari aja."
"Jadi maksud kamu?" tanya Aga penasaran tapi dengan tampang kesal.
"Doni emang baik, tapi dia ternyata mesum juga, ya. Soalnya ada momen di mana aku berantem sama Doni karena sikap mesumnya, setelah kita lulus SMA besok."
"Ah, cowok mah emang mesum, Yang. Bukan Doni doang. Aku juga."
"Iya sih. Tapi kamu masih mending ah. Nggak kayak cowok lain."
"Masa sih?"
"Yee. Hidungnya terbang tuh, ke geeran dibilang gitu," tukasku sambil menunjuk hidung Aga yang tinggi.