79. Teror Vila

Kaki ku terasa digenggam oleh sesuatu yang dingin. Sontak aku membuka mata dan segera duduk di atas ranjang, mengamati ke bagian bawah dan sekitar tempat tidurku, hanya saja, tidak ada siapa pun di sana. "Apa cuma mimpi, ya?" tanyaku bergumam dalam hati.

Aku lantas melihat sekitar di mana teman - teman sedang tidur sekarang. Sepertinya semua orang sudah bisa tidur nyenyak, walau sebelumnya ada banyak hal aneh yang terjadi. Tapi tiba - tiba Septi menjerit kencang sekali. Membuat beberapa dari kami terbangun.

"Sep? Kenapa?" tanya Dani yang tidur di sampingnya.

Septi yang langsung duduk lantas menoleh dengan wajah ketakutan. "Aku mimpi."

"Oalah, kupikir kenapa," sahut Dani lalu kembali merapatkan selimut. Semua orang juga tampak terjaga karena teriakan Septi tadi. "Ya udah, tidur lagi saja," suruh Dani. Tapi mereka justru melihat ke arah pintu dengan tatapan takut. Saat aku menoleh ternyata ada Doni, sedang berdiri di depan pintu kamarnya sambil memegang sebuah pisau.