Awan gelap yang disertai guntur dan petir justru berada di atas kami. Dan anehnya hujan perlahan memang turun, dan hanya kami yang terkena dampaknya. Semua rumah yang ada di sekitar rumah Dimas, tidak terkena dampak apa pun oleh hujan ini. Angin mulai kencang berembus, membuat tenda yang sudah dibangun ini goyah. Akhirnya Dimas menyuruh kami semua masuk. Karena situasi mulai tidak terkendali. Akhirnya kami semua masuk sambil membawa makanan yang ada di luar.
Untungnya ruang tamu di rumah Dimas luas. Ada sebuah sofa panjang di dalam dengan bufet berisi pajangan segala prestasi Dimas selama ini. Ada juga pajangan berupa foto keluarga yang selebar kurang lebih setengah meter. Melihat dari perabotan serta gaya hidup keluarga Dimas, aku bisa menilai kalau mereka adalah dari keluarga berada. Dimas yang merupakan anak tunggal termasuk beruntung bagiku. Tapi entah mengapa ada yang terasa janggal di situasi ini.