88. Dimas hilang

"Terus gimana ini? Kita nggak mungkin di sini terus, kan?" tanya Dani.

"Iya, kita harus pergi dari sini deh. Kayaknya aku nggak sanggup buat tinggal di sini. Setannya nyeremin, Ga!" rajuk Resti.

Aga tampak diam, berpikir. Dia lantas melihat ke jendela kamar Dimas, di mana langsung terhubung ke halaman depan rumahnya. "Ya udah, kita pergi dari sini. Lewat jendela!"

Aga membuka jendela itu lebar lebar. Untungnya jendela rumah Dimas masih mengikuti bentuk lama, di mana jendela itu luas dan memang muat jika kami melewatinya. "Ayo, siapa dulu nih?" tanya Aga. Dani dan Resti ragu untuk maju. Mungkin mereka juga takut jika mendapat urutan pertama dan ternyata di halaman juga ada penampakan sosok lain. Apalagi kami belum melihat sosok wanita yang ada di sumur. "Yang, kamu duluan? Nanti gantian sama Resti terus Dani," kata Aga memerintah.