Kami bertiga menjerit ketakutan. Terpaksa aku berlari dan masuk ke dalam halaman rumah Dimas diikuti Dani dan Resti. Kami yang panik, menggedor gedor pintu rumah Dimas. Entah mengapa kami bertiga bisa lupa, kalau pintu itu tidak dikunci dan kami bisa masuk dengan mudah tanpa perlu heboh seperti ini.
Dani dan Resti terus menoleh ke belakang. "Tolong! Yaaang! Ada setan! Yang, cepet keluar, Yaaang!" kata Resti terus memanggil Hangga. Dia terus menggedor gedor pintu. Dani yang berada paling belakang, makin panik dan terus menerobos sela sela dan berada di depan pintu sekarang. Aku menoleh dan kini melihat penjual bakso tadi sedang berdiri di depan gerbang, pinggir jalan. Sambil membawa mangkuk yang ia jadikan alat untuk memanggil pembeli.