Kami sampai di ruang tamu. Ternyata Aga dan yang lain sudah berada di luar, halaman rumah Dimas. Sedang tengak tengok mencari sesuatu, dan terkejut saat melihat kami berada di dalam.
"Loh itu mereka!" tunjuk Imam.
Mereka langsung mendekat dan membuka pintu, tapi anehnya pintu yang menjadi jalan keluar masuk mereka tadi tiba tiba tidak bisa dibuka. Aku melihat reaksi mereka yang penuh dengan rasa panik dan cemas. Perdebatan terjadi di antara para pria di luar. Meributkan pintu yang mendadak macet dan sulit sekali dibuka. Padahal dari awal keluarga Dimas ada di rumah sakit, sampai sekarang, pintu rumahnya tidak pernah dikunci. Toh, menurut Kak Alzam, tidak ada satu orang pun yang berani masuk, bahkan mendekati ruas jalan di kompleks ini saja tidak ada yang mau, apalagi sampai mendekati halaman rumah Dimas setelah terjadi pembantaian keluarga tersebut.