128. tragedi rumah Abel

Kami berdiri di pintu gerbang berkarat dan tidak terkunci itu. Saat pintu itu di dorong oleh Hangga, terdengar suara besi yang terasa sangat mengganggu telinga. Satu persatu masuk ke halaman rumah tersebut, dan memeriksa sekeliling lebih dahulu. Tidak ada sama sekali lampu yang menerangi rumah ini, baik di dalam mau pun di luar rumah. Bahkan sepanjang jalan pun, tidak ada satu pun penerangan jalan yang menyala. Gang ini, terlihat seperti gang horor dari semua kompleks rumah di sekitarnya. Bahkan sejak tadi kami tidak melihat ada kendaraan yang lewat satu pun. Benar benar sunyi.

Kak Alzam hanya diam di depan gerbang pintu. Tangannya saling mengait di belakang tubuh, ia hanya menatap bangunan kosong di depan kami dengan tatapan yang tidak bisa kubaca. Bibirnya diam, tidak bergerak sama sekali, tapi jika melihat ke belakang tubuhnya, jemarinya tak henti berzikir dengan tasbih di tangannya yang selalu ia bawa setiap saat.