Dering alarm terdengar nyaring di telinga. Aku mengintip sedikit karena masih merasakan kantuk yang cukup hebat. Rasanya enggan sekali untuk membuka mata, hanya sekedar memastikan kalau aku masih di tempat semula, rumah Aga.
Rupanya kepalaku berada di atas dadanya, entah sejak kapan hal ini terjadi, pasti sudah agak lama karena aku merasakan pegal di sebagain tubuhku sekarang. Aku mulai menggeser tubuh, karena Aga kesulitan mengulurkan tangan ke arah nakas. Sepertinya dia hendak mematikan alarm yang berasal dari jam wekernya itu.
Aku berbalik badan membelakangi Aga, menarik selimut dan meraih guling dan melanjutkan tidur lagi. Rasanya sekitarku masih gelap, aku ingin tidur sebentar lagi saja.
Tapi baru saja aku hendak masuk lagi ke alam mimpi, tiba tiba ada sebuah tangan melingkar di pinggangku, dia menciumi leher belakang dan terus memanggil namaku dengan suara berat. "Bangun, sayang. Sisi. Sudah pagi. Kamu mau sekolah nggak?"