Aku menahan tangan Aga yang hendak terus berjalan. Lalu menggeleng padanya saat ia menoleh padaku. "Nggak apa apa," kata Aga yang seolah tau kegelisahan ku.
Kami kembali berjalan lebih dalam lagi. Pelan dan berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apa pun. Seakan akan takut jika sesuatu di tempat ini akan terbangun. Padahal aku sendiri tidak tau ada apa di tempat ini, lalu ke mana ayah dan Javas pergi. Logikanya, mereka tidak akan bisa menghilang begitu saja, karena di sini, jalur masuk dan keluar hanya ada satu. Yaitu jalur yang kami lewati tadi.
Bunyi tetesan air terdengar, bahkan air yang mengalir di sumber mata air tersebut sangat nyaring di telinga. Aku terus menggenggam tangan Aga. Kami berhenti di dekat bak air di mana tempat menampung air yang tak pernah surut itu. Kami tengak tengok sekitar. Aga mengerutkan keningnya seperti memikirkan sesuatu.