151. Terjebak di kampus

Kami keluar dari ruangan tersebut, dan diminta untuk tenang sambil menjelaskan semua ke teman teman yang lain. Awalnya kami diminta untuk merahasiakan hal ini dari yang lain, menyuruh kami berbohong agar kondisi tenang, tidak terjadi kegaduhan. Tapi Fernando menentang keras pada permintaan Pak Baskoro mengenai hal ini. Memang benar tidak semua orang melihat penampakan sosok wanita yang ternyata baru kami sadari memakai almamater kampus ini, dengan kondisi yang sudah luntur dimakan usia, tapi tidak hanya kami bertiga yang melihatnya. Beberapa teman kelas lain pun juga melihat sosok tersebut di kelas tadi.

"Gila kali, ya! Masa kita suruh bohong untuk hal kayak gini! Apa maksud mereka coba?" omel Fernando ketika kami bertiga keluar dari ruangan.

Mila menahan tangan Fernando, sambil mendesis, menyuruhnya untuk mengecilkan nada bicaranya.

"Lah, habisnya. Aneh, Mil! Mana bisa. Si Yudo aja tadi lihat, cuma cemen aja dia, langsung kabur!" tambahnya lagi.