"Bu Heni, guys."
"Kenapa?!"
Semua orang memberondongi nya dengan pertanyaan yang sama. Meminta kejelasan atas apa yang terjadi di dalam. Sampai sampai Fernando yang terkenal bajingan di sekolah, bisa menangis histeris seperti itu.
"Bu Heni ... Meninggal!" kata Diki. Pintu terbuka bersamaan dengan penjelasan Diki, di hadapan kami terpampang wanita yang baru beberapa jam tadi bersama kami. Dengan posisi tergantung di tembok depan kelas. Menempel dengan tangan yang berdarah akibat paku yang menancap di kedua telapak tangannya.
Tubuh Bu Heni menempel di dekat langit langit. Darah mengalir di beberapa bagian tubuhnya itu. Kami masuk perlahan, ingin melihat bagaimana kondisinya. Sampai di depan papan tulis, Bu Heni yang berada di atasnya tampak kaku dengan mata mengeluarkan darah. Matanya rusak, ada paku yang menancap di kedua bola matanya. Telapak tangannya juga dipaku dengan kuat. Kedua kakinya juga mengalami hal yang sama.