169. Rumah Bagus

Mata kuliah yang dibawakan Bu Nilam seperti lagi pengantar tidur. Beberapa kali aku menguap dengan menahan rasa kantuk yang luar biasa. Untungnya tidak ada penghapus melayang atau spidol yang berhasil mencoret wajahku jika aku ketahuan mengantuk di kelas.

Setelah mata kuliah ini berakhir, dan beliau keluar dari kelas, aku lantas merebahkan kepalaku di meja. Rasanya mataku sangat berat siang ini. Mungkin karena memang waktunya tidur siang, sehingga aku memang ingin memejamkan mata sejenak. Untungnya setelah ini tidak ada mata kuliah lain, dan kami dibolehkan pulang.

"Ye, tidur lo?" tanya Fernando yang sedang mulai berkemas hendak pulang.

"Hm? Ngantuk, Do. Merem bentar deh," sahutku tanpa membuka mata.

"Jangan sendirian di kelas. Nanti kesambet lo! Nggak ngaca kalau lo itu sensitif? Apalagi ini kampus, setannya banyak!" katanya dan berhasil membuatku terkekeh.

"Sok tau lo!" tukasku.

"Yang?" panggil seseorang yang suaranya berbeda dengan Fernando barusan.