173. Kegaduhan Dendi menghilang

"Kenapa sih? Siapa itu yang teriak!" tanya Hadi saat melihatku yang sudah terbangun seperti dia.

"Dendi! Nggak tau kenapa!"

Aga mulai menggeliat. Dia lantas menatapku dan bertanya ada masalah apa. Sampai akhirnya dia mendengar suara jeritan itu sendiri. "Dendi?" tanya Aga yang langsung dapat mengenalinya.

"Iya. Itu Dendi! Kenapa, ya?" tanyaku balik pada mereka.

Hadi lantas memukul Bagus yang tidur di sampingnya. "Gus! Bangun ih! Itu Dendi kenapa!" katanya masih terus memukul Bagus tanpa tenaga besar.

Bagus yang masih tidur sambil memeluk, Karen, kekasihnya, lantas menoleh pada kami. "Hm? Apaan? Dendi?" tanyanya lalu menatap ke sofa yang ternyata memang sudah tidak berpenghuni lagi. Setahu kami, Dendi lah yang menempati sofa itu untuk tidur. "Lah, ke mana itu orang?" tanyanya lalu duduk sambil mengucek mata.

Jeritan suara Dendi makin kencang. Tapi kami sontak menoleh ke kamar paling depan, yang letaknya dekat ruang tamu samping kami sekarang.