180. Pulang ke rumah Aga

"Kamu tunggu di sini aja, ya. Gimana? Atau mau nunggu di kantin?" tanyaku.

"Sini aja," kata Aga masih terlihat kesal.

"Jangan cemberut dong. Jelek tau," bujuk ku sambil terus bergelayut manja di lengannya. Aga menatapku, lalu menarik nafas dalam dan tersenyum.

Akhirnya setelah menenangkan Aga, aku pun mulai masuk kelas menyusul teman teman lain yang sudah menempatkan diri di kursi masing masing.

Pintu kelas yang memang sengaja dibiarkan terbuka, membuatku dapat melihat Aga dari dalam kelas. Begitu juga sebaliknya. Sehingga Aga dapat terus mengawasi ku. Setidaknya dengan seperti ini, dia bisa melihat apa yang terjadi di dalam tanpa rasa gelisah dan penasaran.