Melihat reaksi Aga yang serius seperti itu, aku yakin keadaan sedang genting. Dia menyalakan mesin mobil, lalu mulai bersiap untuk melaju. Tapi saat dia menarik gas, tiba tiba ada seseorang yang menghalangi jalan kami dan hampir saja tertabrak mobil Aga. Dia adalah Bani. Aku berdua saling tatap begitu melihat Bani yang tiba tiba muncul di depan. Aku yakin, dia bukan tidak sengaja lewat di depan kami, karena kampus jurusannya tidak berada di wilayah ini, itu artinya dia sengaja mencari kami.
Aga membuka kaca mobil, Bani pun mendekat. "Kenapa?" tanya Aga.
"Hangga mana?" tanya Bani sambil memeriksa mobil Aga.
"Di rumah gue. Kenapa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Aga, Bani justru membuka pintu belakang mobil. "Susulin dia. Sekarang!" titah Bani serius. Aku dan Aga hanya menoleh ke Bani, dan bingung kenapa dia bersikap seperti itu.
"Sekarang!" kata Bani lagi lebih mengeraskan suara nya.