215. saling terhubung

Suasana halaman rumah Bani makin terasa sunyi. Aku bahkan baru menyadari kalau tempat ini lebih mengerikan daripada saat kami bersama sama tadi. Untung saja ada Imam yang masih bersama ku sekarang. Setidaknya aku tidak benar benar sendirian.

"Si ... Kok gue ngantuk banget, ya?" tanyanya. Aku pun menoleh ke tempat di mana dia duduk di jok belakang.

"Heh? Kenapa lo? Ngantuk? Ih, jangan tidur dulu!" kataku langsung berpindah duduk ke belakang, melompati kursi depan yang memiliki celah di tengahnya.

"Lah kenapa? Capek, Si," rengeknya.

"Jangan, Mam! Jangan tidur, nanti lo mati!" kataku sambil melotot.

"Yaelah, gue cuma mau tidur, bukan mau mati!" hardiknya.

"Nih, dengerin ya! Dari beberapa film gang gue tonton, kalau ada kejadian orang di tusuk atau kena luka tembak, terus dia bilang ngantuk, pengen tidur, itu tandanya dia bakal mati! Itu ambang sekaratnya manusia!"