WebNovelLine75.00%

2010

Cerita cinta kita berhenti persis seperti saat tertutupnya pintu Kereta Commuter Line, dengan posisi aku yang masih tertinggal diluar.

Seberapa keras pun aku menggedor pintu, sekencang apapun aku berlari mengejar, pintu itu tidak akan terbuka lagi. Setelahnya, apa lagi yang bisa ku lakukan selain membiarkanmu pergi terbawa gerbong yang melesat dalam rangkaian kereta senja kala itu. Menyaksikanmu menjauh menuju titik tak terlihat, membawa serta hatiku menuju, hilang!

Masihkah boleh jika aku berharap kamu mau menungguku di pemberhentian selanjutnya?

Betapa waktu yang pernah kita lewati, terasa begitu singkat bagiku. Mencintaimu, rasaya tak pernah cukup. Sungguh aku rela walau harus menjadi keledai bodoh yang terus menerus masuk ke lubang yang sama berkali-kali. Disakiti tapi tak pernah pergi. Aku mau. Al.

Menyedihkan? Ya, aku perempuan muda yang menyedihkan. Juga bodoh. Rela terus-menerus terjebak dalam masa lalu yang mematikan. Tapi coba ku tanya, pernahkah kamu merasa telah memiliki semua yang kamu inginkan didunia ini, hanya karena terlalu bahagia telah memiliki seseorang? Pernah kah? Aku pernah!

Cerita ini berawal pada bulan Juli, tahun 2010. Hari itu Bandung tengah memasuki musim kemarau. Angin sedang berhembus cukup kencang, menerbangkan dedaunan kering yang berguguran dari pohon Kiarapayung yang tumbuh di sepanjang jalan fakultas.

Aku berjalan terhuyung menuju perpustakaan sambil menggendong sebuah tas ransel besar berisi laptop dan draft skripsi yang harus direvisi.

Beberapa kali langkahku melambat karena harus membenarkan posisi ransel yang mulai mebuat pundakku terasa pegal, walau sebenarnya belum seberapa sakit jika dibanding harus menerima kenyataan bahwa skripsi ku harus ganti judul!

Dumm, mumetnya persis seperti habis di tinju tepat di tengah-tengah jidat. Mau pingsan aja boleh ga?

Sebenarnya, skripsiku sudah selesai sekitar 35%, tentu sudah terlalu jauh untuk dikatakan sebagai sebuah ide mentah. Tapi sialnya, aku mentok karena ada data penting yang tidak berhasil ku dapatkan. Mau tidak mau, aku terpaksa kembali ke titik 0. Bayangan untuk lulus 3,5 tahun pun sirna seketika. Bye!

Keberhasilanku dalam hal percintaan, rupanya tidak tercermin dalam kehidupan kuliahku saat ini. Biasanya, aku selalu bisa mendapatkan apapun yang aku mau, terutama dalam urusan menebar pancing asmara. Sangat mudah bagiku untuk membuat lelaki yang ku incar, agar berbalik mengejarku.

Ku beri tau, tentu cantik saja tidak cukup. Perlu jam terbang tinggi untuk bisa sukses mengoleksi 30 nama mantan di usiaku yang bahkan belum genap 21 tahun.

Sayangnya, karena terlalu mudah mendapatkan apa yang aku mau, aku jadi cepat bosan.

Hubungan percintaanku juga tak pernah lama, tak banyak yang bisa bertahan lebih dari 3 bulan. Kecuali Andre. Bersamanya, hubungan percintaanku bisa dibilang cukup awet, walau aku tetap aktif buka cabang macam franchise. Jangan ditiru!

Aku sedang duduk manis saat segerombolan mahasiswi tingkat satu tengah gaduh rebutan buku diantara rak-rak buku perpustakaan.

Selain mengganggu konsentrasi, suara mereka pun terdengar kurang lazim, persis emak-emak korban penipuan kredit panci yang tengah bersepakat melakukan kudeta.

Ingin sekali ku sentil ginjalnya satu-satu. Tapi sebagai warga introvert yang doyan duduk dipojokkan, tetap diam selalu menjadi pilihan terbaik.

Aku lalu menyusun buku hasil mengelilingi rak buku manajemen di atas meja. Sengaja ku tumpuk tinggi untuk menghalangi pandangan orang-orang, lalu mulai menyalakan laptop.

Ku ambil sebuah buku dari tumpukan paling atas. Lembaran demi lembarannya kubuka secara acak, sambil berharap bisa secepatnya mendapatkan ide segar.

Namun semakin ku baca, hurup-hurupnya malah terlihat semakin kecil, mulai berlarian, membuat mataku jadi semakin berat. Berat sekali. Hingga ku putuskan untuk memejamkan mata sedikit-sedikit. Sebentar saja. Aku tidak akan tidur.

Namun di luar kendali ku. Entah sudah berapa lama aku kemudian tertidur. Karena yang terjadi, aku baru terbangun ketika terdengar suara seseorang berkata pelan-pelan, "Sierra, kamu ngorok kenceng banget!" Aku terkesiap, jantungku sontak berdetak tak beraturan. Kaget.

Aku diam sejenak, mencari kesadaran pada nyawaku yang baru terkumpul separuh, hingga sedetik kemudian aku menyadari kerongkonganku terasa benar-benar kering dan serak. Anjir, aku beneran ngorok donk.

Rasa malu menjalar semakin dahsyat pada kesadaranku yang telah penuh. Mau ku taruh dimana ini muka ini? Bukan apa-apa, masalahnya aku bahkan nggak tau sudah berapa orang dan siapa saja yang mendengar suara dengkuranku.

Cantik-cantik masa ngorok?! Astagaaaaaa. Malu banget! Bagaimana bisa aku tidur begitu pulas, hingga ngorok, bahkan sampai harus dibangunkan oleh orang tidak dikenal, yang sialnya – tau namaku!!!

Aarrgghhh!! Today was the absolute worst day ever!!

Entah harus bersyukur atau malu karena sudah dibangunkan oleh lelaki berhidung mancung, yang bahkan tidak sempat ku kenali wajahnya.

Setelah nyawa terkumpul, aku buru-buru membereskan buku dan laptop, lalu pergi sebelum kehilangan akal sehat. Siapapun lelaki itu, semoga tidak usah bertemu lagi.

Sambil berjalan terburu-buru ke arah kantin, ku keluarkan hp blackberryku dari saku celana, dan mengirimkan pesan singkat ke Andre.

Me: bep, msh di Setiabudi? Jmpt aku skrg ya!

Andre: ok Bibil cantik :*

Andre adalah pacarku di 2 tahun terakhir ini, setidaknya itulah yang tercantum di status hubunganku di facebook. Dia memanggilku Bibil a.k.a Bebi Nabila. Alay memang, mengingat usianya yang terpaut 2 tahun lebih tua dariku.

Andre merupakan mahasiswa semester 9 di Jurusan Teknik Arsitektur, beda kampus denganku. Saat ini, kita berdua sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi. Tapi walau sibuk, Andre tetap bisa berperan seperti gojek yang rajin banget anter jemput, dan kirim makanan.

Selain baik, Andre juga dewasa. Aku bahkan sering kali dibuat kagum saat dia selalu punya ruang maaf setelah berkali-kali memergoki aku punya pacar selain dia. Padahal wajahnya cukup tampan, dedek-dedek SMA aja doyan sama dia. Rejeki aku, yang selalu membuat Andre lebih memilih aku dibandingkan apapun, siapapun.

Jika harus memilih, tentu dia akan lebih memilih aku dibanding amandelnya sendiri.

Sebenarnya aku bukan playgirl yang ingin dengan sengaja mempermainkan perasaan laki-laki. Sama sekali bukan! Hanya saja, aku merasa seperti belum menemukan yang aku mau. Terlebih, aku sering bosan karena Andre terlalu baik dan lurus, sementara aku suka tantangan! Iya, memang aku yang brengsek, valid, no debat!

Entah bagaimana, tapi jujur, aku menikmati ketegangan saat harus sembunyi-sembunyi dari dia, apalagi saat harus putar otak untuk membagi waktu saat menjalin hubungan dengan 4 pria sekaligus. Dengan begitu, kecerdasanku seakan diuji. Tantangan selalu membuat aku senang, walau seringnya aku tak pernah benar-benar menyukai lelaki yang ku kencani.

Sejauh ini, aku tak pernah menemukan, atau mungkin belum menemukan seseorang yang dengan bersamanya aku tidak lagi menginginkan apa-apa.

Seseorang yang bisa membuat aku merasa cukup dan hidup penuh Syukur. Juga dia yang bisa membuat aku terus berdoa pada Tuhan agar hari esok cepat datang, karena aku ingin bisa melihatnya lagi, dan lagi, tanpa bosan.

Pernah suatu hari saat berlangsung pertandingan PERSIB di jam 7 malam. Ada Aryo, pacarku selain Andre yang tiba-tiba datang ke rumah, sambil membawa 2 kotak martabak telur kesukaan Papa.

Kalau kamu tau, setiap kali ada pertandingan PERSIB, semua orang Bandung pasti akan bersuka cita dengan menyalakan TV dan menonton channel yang sama. Tidak terkecuali Aryo dan Papa kala itu.

Buat orang Bandung, "PERSIB, jiwa raga kami!"

Sungguh Bandung, Persib, martabak dan kopi hangat adalah perpaduan serasi untuk definisi sebuah malam yang sempurna, jika saja bel dirumahku tidak tiba-tiba berbunyi memberi tanda bahwa ada Leo yang sudah berdiri tepat didepan pintu, menunggu pintu terbuka.

DEG. Aku dan Mama yang tengah mengintip di balik jendela, saling pandang. Wajah Mama kemudian berubah pucat. Aku mengusap lengan Mama, lalu berkata, "tenang aja," aku lalu membuka pintu sementara Mama berlari kecil ke belakang, mengantisipasi kalau-kalau akan ada pertumpahan darah malam ini.

Pintu terbuka. Muka Leo yang Cina banget seketika terpampang indah tengah melempar senyum. Aku membalas senyumannya, mengembuskan nafas panjang, lalu melanjutkan peran pura-pura bahagia.

Leo ini adalah cowok yang ku kenal karena dikenalkan oleh teman SD ku, Marlin. Dia mahasiswa Teknik Elektro di salah satu universitas swasta di daerah Ciumbuleuit yang tengah menempuh kuliah semester 6. Satu angkatan denganku, dan minggu lalu baru saja ku terima sebagai pacarku, pacar ke-3 tepatnya, jadi kami masih malu-malu kucing dengan kembang cinta yang masih meletup-letup.

Beberapa kali pertemuan kami selalu menyenangkan, namun tidak dengan kunjungan mendadaknya malam ini. Agak sedikit mengejutkan buatku.

Mataku dibuat seberbinar mungkin, agar dikira senang sebelum kemudian bertanya, "ko dateng ngga ngabarin dulu sih? Kan jadi ga siap-siap, hehe. Yuk masuk, kita lagi nonton PERSIB!" ucapku senormal dan sebiasa-biasa mungkin. Semangat Nabila!

Leo menundukan kepalanya sambil tersenyum malu-malu, "iya, tadi kebetulan ketemu orang. Rumahnya nggak jauh dari sinii, jadi aku mampir aja. Btw, nggak ganggu kan?"

GANGGU!! GANGGU BANGET!!! SETAN!! Jawab ku dalam hati. Emang nggak bisa ya ketemu orangnya besok subuh aja biar nggak usah mampir?!

"Engga donk, seru malah, jadi bisa nonton bareng, hehe," aku kembali membual. Kami lalu berjalan ke ruang TV dengan Leo yang berjalan pelan di belakangku. Huh, mengapa Dunia jadi terasa begitu sesak?

Setibanya di ruang TV, aku melirik kearah Papa yang tengah duduk di sofa tepat di samping Aryo. Sorot matanya seolah berkata, "Gimana nih? Mampus kalau ketauan!" juga ke Mama yang mengintip dari belakang, matanya menatap tajam ke arahku, seperti ingin bilang, "KENAPA DIAJAK MASUK?!" Mama dan Ayah lalu saling pandang. Sementara aku hanya tersenyum. Peace!

Sebenarnya aku jadi agak panik. Tapi bagaimana lagi, nggak mungkin kan kalau aku langsung ngusir Leo? Malah curiga dia nanti. Jadi terpaksa Leo ku ajak masuk dengan resiko harus siap jika nanti aku terciduk selingkuh.

Tapi sumpah, aku nggak mau ketauan! Jadi gimana donk?

Huhu, terserah deh, aku pasrah ya Allah!! Apapun yang terjadi, aku terima, asal jangan Andre aja yang tiba-tiba muncul. Ya Allah please, cukup ini aja kejutannya. Please!

"Aryo, ada Leo nih!" Aku mengalihkan fokus Aryo yang tengah menonton pertandingan Persib-Arema dengan skornya yang masih 0-0.

"Hey bro!" Aryo memang supel, dia langsung melambaikan tangan dan menyambut Leo.

"Leo kenalin, ini Aryo," ucapku ke Leo dan, "Aryo kenalin ini Leo," ucapku ke Aryo, setelahnya Leo lalu duduk di samping Aryo, dan kami semua fokus menyaksikan pertandingan PERSIB yang berakhir seri hingga waktu pertandingan habis.

Mama dan Papa ku bukan tidak tau kalau Leo dan Aryo adalah pacar sekaligus selingkuhanku dari Andre. Kepala mereka tentu ikut berdenyut-denyut karena panik, sekaligus heran karena aku masih bisa setenang ini. Setidaknya terlihat seolah tenang. Hebat bukan?

***

"Sierra Salwanabilla, bunga cantik yang mempesona," ucap Andre tiba-tiba saat kami tengah nongkrong di warung bakso, menunggu pesanan kami diantar.

Aku tidak menjawab, hanya mengangkat dagu yang berarti, "apa?" Lalu menutup hidung, karena bapak-bapak yang barusan lewat bau badannya mirip kabel kebakar.

"Pulangnya ke kosan Andre ya," sambil melingkarkan tangannya di perutku. Risih. Aku menggeser pantatku sedikit ke kanan, mengambil jarak.

Pikiran negatif seketika muncul, apa Andre mau memperkosaku? Tolak jangan? Atau cobain? Hahaha bisa-bisanya pikiran cabul itu muncul, tapi aku lalu mengangguk, mengiyakan.

Selama 2 tahun pacaran, ini adalah pertama kalinya aku mampir ke kosan Andre. Tidak terlalu besar, hanya sebuah kamar berisi kasur, lemari, kulkas kecil dan meja belajar, dengan kamar mandi di dalam.

Tapi untuk sebuah kamar kost cowok, kamarnya ku rasa terlalu rapih jika di bandingkan dengan kamarku yang berantakan, dimana jaring laba-laba dan sarang wewe gombel sering bersemayam.

Setelah menyuguhi teh kotak yang langsung ku cek masa kadaluarsanya, Andre memintaku untuk memilih film yang nantinya akan kami tonton, sementara dia pamit untuk mandi dulu.

Dilihat sekilas, sebagian besar koleksi CD yang ia taruh dalam sebuah box besar berwarna biru itu merupakan film action. Aku yang lebih doyan nonton drama agak bingung kalau disuruh harus pilih yang mana. Nggak nyangka juga dia punya film sebanyak ini, apakah hidupnya segabut itu?

Aku lalu memisahkan beberapa film yang jika dilihat dari covernya terlihat seperti film romantis, tapi belum ku tentukan film mana yang akan ku tonton, karena perhatianku teralih setelah menyadari handphone Andre berkali-kali bergetar. Ganggu!

Ku cek folder sms di hapenya, ternyata ada beberapa sms masuk dari sahabatnya, Bimo.

Buka jangan ya?

Ah udah tanggung. Tanpa menunggu persetujuan, jariku langsung bergerak liar membuka dan mengintip isi sms Bimo dan Andre dari hari kemarin.

Bimo: Dre, lo udah balik dari kampus? Wita Semok udah di kontek? (Yesterday, 17:50)

Andre: Ntr mlm ktm di DU bim (Yesterday, 17:55)

Bimo: gmn smlem ndre? Jadi lo pake? (Today, 9:45)

Andre: jadi, gue bawa ke kosan (Today, 11:25)

Bimo: gmn goyangannya? Mantep? (Today, 15:17)

DEG. Jantungku sesaat berhenti seakan kehilangan detaknya. Sekujur tubuhku seketika lemas. Tanpa sadar Hp Andre pun terlepas dari genggamanku, tepat disaat Andre membuka pintu kamar mandi dan mendapati mukaku telah memerah, menahan air mata yang hampir menetes.

"Anjink kamu Ndre, aku memang ngga setia, tapi aku nggak nyangka kamu bakal bales dengan ngentot sama pelacur. Bajingan kamu, bangsat!!"

Aku menendang sekencangnya hp Andre yang telah terjatuh hingga membentur tembok, dan retak. Percayalah, hatiku lebih hancur dari itu.

Buru-buru aku keluar dari kamar Andre. Berlari sekencang mungkin untuk kabur dari Andre yang mendadak ikut berlari, berusaha menahanku pergi.

Situasinya kurang lebih mirip dengan adegan di film horror pas bagian tengah malem di kejar-kejar setan, dimana setiap pemainnya berharap cepet pagi biar setannya mati kebakar matahari. Deg-degannya mirip kaya gitu, dan baru lega saat sudah berhasil masuk ke taxi dan kabur dengan tenang.

Aku tau Andre panik. HP ku tidak berhenti bergetar dari tadi. Ada 23 panggilan telepon dari Andre, yang tentu saja tidak akan ku angkat.

Kamu pikir, bagaimana perasaanku saat mengetahui lelaki yang selama 2 tahun ini berstatus sebagai pacar, telah tidur dengan pelacur! mandi keringat dalam kondisi telanjang bersama wanita jalang. Anjing!!! bangsaaaatttttt!!!!

Membayangkannya membuat perutku sedikit mual.

Bip..bip.. terdengar suara pesan masuk dari handphone yang tengah ku genggam.

Andre: Bibil kamu di mana? maafin Andre. Andre nyesel! Andre merasa berdosa banget sama kamu. Andre ngga akan gini lagi, janjiiii! plis Bil kasih kesempatan, Andre ngga mau putus, jangan tinggalin Andre Bil! Plis bilang sekarang kamu di mana?? Andre jemput.

Sampah! Bisa jadi ini adalah karma dan aku terima!

***

Aku sedang asik bergunjing via telepon dengan Ale, ketika Mama tiba-tiba mengetuk pintu kamar dan bilang, "Bil, ada Andre di bawah!"

Aku buru-buru menenggelamkan diri dibalik selimut, sebelum Mama terlanjur masuk. "Itu ada Andre di bawah," ucapnya lagi.

"Nabil pusing banget mah. Boleh tidur aja nggak?" Mama lalu duduk di pinggir kasur dan memegang keningku yang sudah pasti tidak panas.

"Udah minum obat Bil? Mau Mama bikinin bubur?" Aku menggeleng. Ngapain makan bubur, makan Basreng super pedas saja aku masih sanggup, pikirku.

Andre pun akhirnya pulang setelah Mama bilang aku sakit. Tapi rupanya, tidak hanya mencoba mengirimkan gangguan fisik berupa kemunculannya di rumah ku malam-malam, ia juga melakukan gangguan psikologi dengan cara menghujani hape ku dengan puluhan sms berisi kata-kata mutiara. Kentut lo! Ngewe lagi aja sana, sama jablay!

Bukannya luluh, aku justru bertambah jijik! Alhasil, selama 2 minggu ini aku terus menghindarinya dengan tidak mengangkat telpon dari Andre, mengabaikan smsnya, dan menolak menemuinya setiap kali ia datang ke rumah atau menungguku di gerbang pintu keluar kampus.

Awalnya semuanya berjalan lancar, tapi lama-lama Mama mulai curiga dan mulai bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan hubunganku dan Andre.

Akhirnya aku terpaksa cerita, padahal aku tau benar, jika Mama tau kalau aku di sakiti, dia akan menjadi orang nomor 1 yang bakal merasa tersakiti, melebihi aku. Jadi ku coba untuk menceritakannya dengan santai, agar Mama mengerti bahwa aku baik-baik saja.

Tapi diluar dugaan ku, kali ini Mama malah bilang, "nggak mungkin Andre selingkuh! Andre orang baik, selalu baik sama kamu. Kalau kalian putus, pasti karena kamu yang salah!" Aku tidak menjawab, malas aku membantah.

Rupanya pencitraan Andre sebagai lelaki baik, sudah diterima dengan baik oleh kedua orang tuaku. Dan citra ku yang terlanjur buruk selama ini, membuat segala yang terjadi pada hubungan ini adalah pasti kesalahanku, akan selalu aku yang jadi tersangkanya, meskipun kali ini aku adalah KORBAN!!

Lama kelamaan, telingaku mulai terasa panas mendengar ceramah Mama tentang kesetiaan. Ku hitung, sudah ke-empat kalinya Mama bilang, "Nabil, kamu ngga boleh kaya gitu terus! Mainin perasaan laki-laki. Mama ngga mau kamu kena karma Bil!" Ucap Mama lagi.

Aku mengangguk, "iya mah, maafin Nabil. Nanti Nabil minta maaf juga sama Andre."

"Inget Bil, kamu perempuan," Mama pasti mau melanjutkan dakwah panjang lebarnya. Sebelum itu terjadi, langsung saja ku peluk, dan bilang, "iya mah, Nabila nurut."

Aku dan Andre pun terpaksa baikan. Mama juga terlihat tenang karena aku sudah kembali berpacaran dengan lelaki yang dia anggap 'baik'.

Sebagai pelengkap euforia kembalinya Nabila dan Andre, aku pun akhirnya berjanji pada diriku sendiri untuk membuat Andre jauh lebih mencintaiku dari sebelumnya, membuat dia merasa beruntung karena memiliki wanita pemaaf seperti ku. Karena suatu hari nanti, akan tiba giliranku untuk membalas semua rasa sakit, dengan balasan yang jauh lebih menyakitkan dari apa yang sudah Andre lakukan. Aku janji :)