Master and Servant ~First Adventure~
"Siapa?" tanya Syuhada.
Anak laki-laki berusia 13 tahun itu menatap seorang gadis yang tampak melayang di udara dengan tatapan bingung.
"Eh?" sahut sang gadis.
"Eh?" ucap Syuhada yang sama-sama bingung.
Mereka berdua pun saling terdiam dengan canggung.
"Tuan Hada, ini aku, Ardh" ujar sang gadis.
"Be—benarkah???" sahut Syuhada sedikit tak percaya.
「Dikonfirmasi, yang bersangkutan memanglah ‹Ardh Gaia Motherland›.」
"Hmm... kalau memang kalian yang bilang gitu, sepertinya dia memang benar Midari, alias Ardh Gaia Motherland" ujar Syuhada.
"Kenapa kalau ‹Malak› yang mengatakannya kamu percaya begitu saja, tuan Hada?" gerutu gadis yang ternyata Midari alias Ardh itu.
"‹Malak›??? Yang aku ajak bicara itu (Divine Guidance) melalui [Book of Divine]. Tunggu... jangan bilang..." sanggah Syuhada kemudian mengerti sesuatu.
「...」
「Pemahaman tentang [Book of Divine] bertambah.」
"Sepertinya Midari keceplosan dan membongkar siapa yang kuajak bicara melalui [Book of Divine]. Kalau begitu ‹Malak› ini lah yang selama ini kuajak bicara sesungguhnya kah. Kalau begitu kalian ‹Malak› hanya ada satu kah?" komentar Syuhada kemudian bertanya.
「Kami ada banyak. Namun yang kamu ajak bicara hanya satu.」
"Apa kamu punya nama? Kalau punya, siapakah namamu?" tanya Syuhada lagi.
「Kami punya nama. Salah satu nama kami yang kamu ajak bicara ini adalah {Jabarail}.」
"{Jabarail}? Nama yang sangat menakjubkan. Aku tak tahu apa artinya, tapi entah kenapa aku merasa kalau itu adalah nama yang sangat hebat" komentar Syuhada.
"A—apa tuan baru saja bilang kalau yang tuan ajak bicara itu adalah... {Jabarail}?" respon Ardh ketika mendengarnya.
"Ya, memangnya kenapa?" sahut Syuhada.
"{Jabarail} adalah ‹Malak› yang memimpin seluruh ‹Malak› dan yang paling kuat dan paling agung dari semuanya. Namanya sendiri memiliki arti, "Yang mereperentasikan {Al-Jabar}". Yang bisa didefinisikan sebagai "yang menegaskan kalau Tuhan adalah Yang Maha Gagah Perkasa". Reperentasi kekuatan absolut yang tak tertandingi. Apabila tugas diserahkan padanya, maka tugas itu bisa dikatakan "sudah selesai" tanpa ada satu makhluk pun bisa menghalanginya" jelas Ardh dengan berkeringat dingin.
Mendengar penjelasan itu tentu saja Syuhada pun mengeluarkan keringat dingin juga. Ia tak menyangka yang selama ini diajaknya bicara adalah entitas yang begitu hebat dan diluar nalar. Dan ketika sadar kalau ia sering berbicara seenaknya ketika mengajukan pertanyaan atau kadang mengeluh ia pun langsung mencoba bersujud.
「Berhenti.」
Seketika tubuh yang hendak bersujud itu kaku tak bisa meneruskan pergerakannya. Mau seberapa keras usaha yang dilakukannya, tubuh itu tetap tak bergerak sedikitpun.
"Ah, tuan Hada! Tuan tidak apa-apa?" tanya Ardh panik melihat tubuh tuannya bergetar dalam posisi setengah bersujud.
「Jangan bersujud kepada kami. Jangan lanjutkan niatmu itu. Apabila kamu tetap melakukannya, maka kamu akan dimurkai olehNYA. Kami juga akan ikut mendapat murkaNYA apabila kami tak mencoba untuk menghentikan itu. Jadi angkat kepalamu. Bersujudlah hanya kepadaNYA.」
"Ba—ba—baiklah!" sahut Syuhada.
Tubuhnya kembali bebas bergerak dan langsung jatuh karena kehilangan keseimbangan.
"Tuan!?" panggil Ardh mencoba membangunkan kembali tubuh Syuhada sambil tetap melayang di udara.
"Ah, terima kasih. Aku tak apa, kok" sahut Syuhada yang terlihat lemas.
Napasnya pun tampak tak teratur seakan orang yang kehabisan tenaga.
Syuhada duduk di tanah dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Ia mencoba mendinginkan pikirannya lalu kembali menatap ke arah Ardh.
"Jadi kamu benar Midari kan?" tanya Syuhada kembali ingin memastikan.
"Ya, ini aku, Midari. Tapi bisakah tuan memanggilku dengan nama asliku sekarang? Midari adalah nama samaranku untuk berpetualang. Nama untuk wujudku yang sebelumnya. Karena sekarang aku telah kembali ke wujud asliku, maka panggil lah aku juga dengan nama asliku" pinta Ardh.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan memanggilmu... Ardh. Apa itu tak apa?" tanya Syuhada lagi.
"Ya, aku sangat senang tuan mau memanggilku dengan nama depanku" sahut Ardh dengan wajah memerah.
"Tapi hmm... jadi ini wujud aslimu ya? Kalau begitu wujud yang sebelumnya itu apa? Ilusi?" tukas Syuhada.
"Itu juga wujudku. Namun itu wujudku setelah kehilangan kekuatan karena membaginya menjadi 4 dan menyebarnya ke segala penjuru bumi. Wujud saya sebelum itu, ya seperti yang ada di hadapan tuan Hada saat ini" jelas Ardh sambil membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Begitu rupanya" sahut Syuhada.
"Apa ada lagi yang ingin tuan Hada tanyakan lagi kepadaku?" ucap Ardh.
"Ya. Satu pertanyaan lagi. Apa kamu benar-benar tidak apa-apa?" tanya Syuhada.
Ardh sedikit terkejut dan matanya sedikit terbelalak dibuatnya.
"Apakah ada yang sakit? Atau sesuatu yang terasa aneh? Soalnya kamu baru saja mati dan baru saja hidup kembali. Aku takut kamu kenapa-napa lagi karena suatu efek samping tertentu" sambung Syuhada kali ini sedikit bernada cemas.
"Ma—majikan..." ucap Ardh dengan mata berkaca-kaca.
Lalu tanpa ragu, Ardh langsung memeluk tubuh Syuhada dengan erat. Ia mendekapnya dengan kuat seolah tak ingin melepaskannya lagi selamanya.
"A—A—A—Ardh, lepaskan! A—aku tak bisa bernapas!" ungkap Syuhada sambil menepuk-nepuk punggung Ardh memberi tanda minta dilepaskan.
"Wawawa! Ma—maafkan aku!" sahut Ardh sambil dengan panik buru-buru melepaskan pelukannya.
Syuhada langsung berlutut setengah bersujud sambil bernapas berat mengambil udara.
"A—apa tuan Hada tak apa-apa?" tanya Ardh.
"Apa keadaanku saat ini terlihat tak apa-apa?" tanya balik Syuhada.
"Ma—maafkan aku! Padahal baru bisa bertemu lagi, tapi aku malah melakukan hal bodoh! Maafkan kebodohan pelayanmu ini!!" pinta Ardh sambil meminta maaf terlihat sangat menyesal.
"Ya, aku bisa mengerti sih. Itu reflek seorang perempuan untuk menunjukkan kasih sayangnya. Semacam insting perempuan. Aku biasa melihatnya ketika seorang ibu memeluk anaknya atau seorang istri memeluk suaminya. Meski aku sendiri belum pernah mengalaminya sebelumnya sih" ungkap Syuhada yang kemudian mengusap-usap kepala Ardh dari balik topinya.
Ardh pun melirik ke arah Syuhada sambil tetap menunduk. Terlihat di sudut matanya air mata yang hendak menetes.
"Tuan Hada~" panggil Ardh dengan wajah memerah dan tersenyum.
Syuhada lalu bangkit berdiri sambil membantu Ardh untuk berdiri juga. Melihat pakaian bagian bawahnya kotor, Ardh langsung membersihkannya dengan hembusan angin, meniup debu, lumpur dan air yang ada di pakaiannya.
"Oohh... praktis sekali ya sihir angin itu" puji Syuhada.
"Tuan Hada, itu bukan sihir angin" sanggah Ardh.
"Eh? Kalau bukan sihir angin, lalu apa?" tanya Syuhada jadi bingung.
"Aku hanya memerintahkan angin itu untuk membersihkan pakaianku. Itu saja" jawab Ardh.
Syuhada tak merasakan ada kebohongan di pernyataan Ardh.
"Jadi sekarang kita mau ke mana?" tanya Ardh.
"Darimana kamu tahu kita mau pergi?" tanya balik Syuhada.
"Tuan Hada tidak mungkin berdiri tanpa alasan bukan? Apalagi sampai membantuku berdiri juga" tukas Ardh.
"Ya, kamu benar. Kita akan segera pergi mengambil tasku yang tertinggal di kampung tambang besi itu" jawab Syuhada.
"Tas tuan Hada?" tanya Ardh.
"Ya. Kamu ingat kan kalau aku membawa tas sebelumnya? Tas itu dilepaskan dariku ketika aku hendak digantung" jawab Syuhada lagi.
"Oohh.. benar juga. Apa perlu aku yang mengambilkannya untuk tuan Hada?" tawar Ardh sambil tersenyum penuh harap mengayun bahunya ke kiri dan ke kanan.
"Hmm... dia sepertinya sangat mengharapkanku untuk mengutusnya" terka Syuhada ketika melihat Ardh menatapnya begitu dalam dengan mata bersimbol cahaya berbentuk daun semanggi berhelai empatnya itu.
"Ah tuan Hada menatapku~ apa perasaanku tersampaikan? Tuan Hada, pintalah aku! Perintahkanlah aku! Aku ingin menebus kesalahanku yang sebelumnya! Aku tak bisa melindungimu! Bahkan aku malah mati meninggalkanmu sendirian. Aku.. aku... aku ingin berguna untukmu. Pintalah apapun kepadaku~" pikir Ardh dengan muka cemas menyentuh bibirnya sendiri dengan jari tangannya.
"Ah, aku lupa aku bisa mengetahui apa yang dipikirkan orang. Kalau begini aku harus bagaimana?" gumam Syuhada dalam hatinya setelah mendengar kata hati dan pemikiran Ardh.
「Item [Pocket Dimension: Al-Kahf] saat ini ada di tangan individu ‹Ring Valion›.」
"Apa!?" ucap Syuhada dalam hatinya yang tentu saja terkejut.
"A—ada apa, tuan Hada? Kenapa tuan Hada terlihat tiba-tiba saja terkejut seperti itu?" tanya Ardh.
"Itu... tasku sepertinya saat ini telah berada di tangan Ring Valion, katanya" ungkap Syuhada menjelaskan.
"Oh, perlukah aku rebut sekarang juga?" tawar Ardh yang ekspresinya berubah mencekam penuh intimidasi.
Wajah marahnya sama sekali tak disembunyikan.
"Sebentar..." pinta Syuhada untuk menunggu.
"Apa Ring Valion bisa menggunakan kekuatan dari tas itu saat ini?" tanya Syuhada dalam hatinya pada buku putih.
「Tidak. Tanpa izin dari pemilik saat ini, "The One Who Have Guidance", individu ‹Ring Valion› tak bisa menggunakan kekuatan item tersebut. Namun masih digunakkan sebagai tas biasa.」
"Izin semacam apakah itu gerangan? Mohon penjelasan yang lebih mendetail" pinta Syuhada dalam hatinya.
「Izin penggunaan "space" dan "time" di dimensi penyimpanan. Seberapa banyak, seberapa besar, jenis apa, bernama apa saja, dalam kurun waktu berapa lama, tahan waktu atau tidak, dan sebagainya. Kamu bisa menentukan berbagai aturan atas izin yang diberikan.」
"Itu sangat membantu. Terima kasih atas penjelasannya" balas Syuhada.
「...」
"Kalau begitu bagaimana caranya kalau misalkan kita ingin memberi izin berikut menentukan aturannya?" tanya Syuhada lagi.
「Tinggal ucapkan, "Saya, (nama anda) dengan ini memberikan izin kepada (nama penerima izin) untuk menggunakan sebagian fungsi dari [Al-Kahf] dengan aturan sebagai berikut: (di sini sebutkan poin-poin aturannya)", begitu.」
"Baiklah kalau begitu. Sekali lagi terima kasih" sahut Syuhada.
「...」
"Saya, Syuhada dengan ini memberikan izin kepada ‹Ring Valion› untuk menggunakan sebagian fungsi dari [Al-Kahf] dengan aturan sebagai berikut:
• Penyimpanan item apapun.
• Ukuran item tak lebih besar dari 3×3×3 meter.
• Berat item tak lebih dari 10 ton per item.
• Batas suhu item antara 100° hingga -100° celcius.
• Jumlah slot 10.
• Jumlah item per slot 99.
• Item dengan nama, jenis, bentuk, ukuran, suhu, berat, dan kualitas berbeda tidak bisa ditumpuk di slot yang sama.
• Tidak ada perubahan waktu di dalam penyimpanan.
• [Master] bisa memantau, mengontrol, dan mengambil apapun dalam penyimpanan [User] yang bersangkutan.
• [Master] bisa mengubah aturan kapanpun tanpa sepengetahuan [User].
• [Master] bisa mencabut izin kapanpun tanpa sepengetahuan [User].
• Ketika izin dicabut, maka semua item di penyimpanan [User] akan dimuntahkan di dekat [User]."
"Kenapa beliau diam lama sekali? Apa yang terjadi?" pikir Ardh yang heran melihat majikannya itu.
"Ah, maaf membuatmu khawatir, Ardh. Sekarang sudah tidak apa-apa. Kita tak perlu mengambilnya sekarang. Tas itu akan aman" ujar Syuhada kepada Ardh hingga Ardh sedikit terkejut.
"Eh, aman bagaimana maksudnya?" sahut Ardh semakin heran.
"Dia takkan membuang tasnya. Karena tasnya kini berguna baginya, jadi takkan ia buang" jelas Syuhada.
"Berguna??" ulang Ardh sambil memiringkan kepalanya bingung.
"Tas itu sebenarnya adalah item bernama [Pocket Dimension: Al-Kahf]" ungkap Syuhada.
"[Pocket dimension]? Bukan "dimensional pocket"??" tanya Ardh lagi.
"Namanya memang begitu. Setidaknya itu yang dijelaskan oleh "Book of Divine" kepadaku" jawab Syuhada.
"Dari namanya, item dengan skala guna dan efek seperti itu, jangan bilang kalau itu adalah..." duga Ardh.
"Ya, itu adalah [divine item]" potong Syuhada menjawab kebingungan Ardh.
"Sudah kuduga!" ucap Ardh.
"Lalu apakah aku masih bisa mengambil dan menyimpan barang meski tasnya tidak ada padaku?" tanya Syuhada dalam hatinya ke buku putihnya.
「Perlu diketahui, [Al-Kahf] bukanlah sebuah tas.」
"Hah? Lalu kenapa wujudnya— tidak, itu tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku, bukan?" tegas Syuhada dalam hatinya.
「Kamu yakin begitu?」
"Pertanyaan ini?! Ini pertanyaan yang sama dengan waktu itu. Yang artinya aku keliru akan pandanganku, dan aku harus mencoba melihat lebih luas untuk mengerti lebih jelas dan terlepas dari kekeliruanku" gumam Syuhada dalam hatinya.
"Aku mengerti. Kalau begitu, apa aku tetap bisa mengambil dan menyimpan barang di [pocket dimension]? Apa [Al-Kahf] akan tetap dan terus bisa kuakses tanpa peduli kapan dan dimana?" tanya Syuhada lagi dalam hatinya kini mengubah jenis pertanyaannya sedikit.
「Jawabannya adalah, ya dan ya.」
"Sepertinya dugaanku memang tepat. Kalau begitu, bagaimana caraku menggunakannya tanpa "wujud" nya ada di sini?" tanya Syuhada lagi dalam hatinya.
「Panggil namanya.」
"Tunggu, panggil!? Bukan sebut, tetapi panggil??!!" komentar Syuhada dalam hatinya.
"Tuan Hada, ada apa lagi!?" tanya Ardh cemas melihat keterkejutan di raut wajah majikannya itu.
"Tidak apa-apa" sahut Syuhada sambil tersenyum pada Ardh untuk menenangkannya.
"Hmm... kalau begitu, [Al-Kahf]!!" ucap Syuhada dalam hatinya.
[§ Hamba hadir memenuhi panggilan, Master. §]
Kehadiran [Al-Kahf] membuat Syuhada dan Ardh kaget dan ketakutan. Itu karena mereka melihat seakan realita robek. Pemandangan di hadapan mereka terkoyak membentuk sebuah lubang gelap yang memanjang horizontal namun tak rata dan zigzag. Lubang bergerak ketika mengeluarkan suara sebelumnya yang menyapa Syuhada, layaknya sebuah mulut yang berbicara.
"A—a—a—a—apa ini!!??" tanya Syuhada sambil bergetar ketakutan.
「Dia adalah [Al-Kahf].」
[§ Hamba adalah [Al-Kahf], Master. §]
"Ta—ta—ta—tapi dia berbicara?!" balas Syuhada.
「Dia memang bisa berbicara.」
[§ Hamba memang bisa berbicara, Master. §]
"Ke—ke—kenapa mereka menjawab di saat yang bersamaan?" gumam Syuhada dalam hatinya bingung.
「Kami hanya menjawab pertanyaanmu. Apabila kamu ingin kami tidak ikut menjawab, maka niatkanlah dalam hatimu kamu berbicara pada siapa. Kecuali kalau keadaan darurat, maka kami akan tetap mengintervensi.」
"Ka—kalau begitu, aku hanya ingin berbicara dengan kalian saat ini" ungkap Syuhada dalam hatinya.
「Kami mendengarkan.」
"Kenapa dia berbicara? Kupikir dia adalah [divine item]. Tapi kalau begini seakan dia adalah makhluk!" tanya Syuhada dalam hatinya.
「[Al-Kahf] memanglah makhluk.」
"Hah!?" respon Syuhada dalam hatinya terkejut.
「Makhluk dalam artian ciptaan sang Khaliq. Karena ciptaan {Al-Kholiq}, semuanya apapun itu disebut sebagai ‹Makhluq› atau makhluk. "Everything created by The Creator are called creations".」
"T—tapi yang ini bisa berbicara, bukankah itu artinya dia memiliki kesadaran dan kecerdasan?" tukas Syuhada dalam hatinya.
「Setiap makhluk memiliki kecerdasan. Karena kalau tanpa kecerdasan, maka mereka takkan bisa mematuhi Pencipta mereka.」
"Apa maksudnya coba itu? Jadi semuanya juga bisa berpikir? Batu, tanah, tanaman? Semuanya??? Tidak, tunggu! Jangan gunakan standar manusia untuk mencoba memahami maksud dari "kecerdasan" yang mereka ungkapkan. Aku harus lebih berpikir terbuka. Kalau memang bukan "kecerdasan" menurut pemahaman manusia, maka itu artinya..." gumam Syuhada lagi dalam hatinya.
"Tuan Hada..." panggil Ardh.
"Aku paham sekarang. Maksudnya adalah "tahu" kan? "Tahu" dari kata "pengetahuan". Dan semua yang berkenaan dengan itu" ujar Syuhada dalam hatinya dengan yakin.
「Tepat.」
"Ya, maaf Ardh. Apa aku membuatmu cemas?" sahut Syuhada lalu menoleh pada Ardh sambil tersenyum.
"Apa tuan Hada sedang berbicara lagi dengan {Jabarail}?" tanya Ardh.
"Ya, masih ada yang ingin aku tanyakan kepadanya, jadi... bisakah kamu menunggu sebentar lagi?" pinta Syuhada.
"Tentu saja. Tapi kumohon jangan lama-lama" balas Ardh sambil membalas senyuman majikannya.
Namun terlihat ia menekuk alisnya sedikit seakan senyumannya itu menyembunyikan rasa sedih atau cemas tertentu. Syuhada yang menyadari itu akhirnya menghela napasnya.
"Tenang saja, aku takkan lama kok. Hanya satu pertanyaan lagi" ungkap Syuhada.
"Menunggu ribuan tahun lamanya, dan sekarang aku memintanya menunggu lagi. Rasanya aku seperti majikan yang egois ya~" sambung Syuhada dalam hatinya.
"Kalau begitu, satu pertanyaan lagi" lanjutnya dalam hati.
「Apakah gerangan itu?」
"[Al-Kahf], karena "itu" atau "dia" memiliki kecerdasan, punya kesadaran untuk bisa berkomunikasi dan bereaksi padaku, apakah aku harus mulai menganggapnya "individu" atau menganggapnya sebagai suatu "benda"?" tanya Syuhada dalam hatinya.
「Menurutmu?」
"Malah bertanya balik? Apakah itu artinya mereka tidak memiliki jawabannya? Ataukah itu sebuah tantangan untukku untuk memikirkan jawabannya sendiri?" gumam Syuhada dalam hatinya.
"[Al-Kahf]!" panggil Syuhada.
Karena wujudnya tak nampak ketika tidak sedang berbicara yang membuat mulut zigzag itu tidak terbuka, Syuhada jadi berpikir untuk mencoba "memanggil" nya lagi.
[§ Hamba di sini, Master. §]
"Uwah?! Me—mengejutkan saja! Bi—sakah kamu melakukan sesuatu dengan wujudmu itu? Kamu jadi terlihat seperti monster horror yang mengerikan" gerutu Syuhada.
[§ Seperti yang Master harapkan. §]
「...」
Selama beberapa menit, tak ada yang terjadi. Syuhada mulai heran dan bingung dengan situasi itu.
[§ Izin telah hamba dapatkan. Pengetahuan yang dibutuhkan telah ditambahkan ke penyimpanan. Memulai mengubah wujud. §]
Seketika garis zigzag mulutnya berubah menjadi garis vertikal yang lurus. Garis tersebut melebar dan membentuk sosok manusia. Siluet manusia itu kemudian membuka matanya. Wujudnya yang hitam legam bagaikan lubang di realita itu pun seketika terhisap ke matanya yang tampak memiliki cahaya layaknya potret lubang hitam tersebut. Setelah terhisap seluruhnya, barulah nampak wujud seorang "manusia" yang tampak memakai setelan tuxedo rapi.
Sosoknya terlihat seperti remaja berusia 18 tahun. Rambutnya hitam pendek sebahu dengan potongan yang rapi. Wajahnya sendiri terlihat ambigu antara laki-laki cantik, atau perempuan yang tampan. Namun meski begitu bisa dipastikan ia sangatlah menawan untuk dilihat. Kulitnya putih, sangat putih hingga hampir pucat namun tidak seperti kulit orang mati melainkan seperti seakan memantulkan cahaya layaknya rembulan. Matanya pun terlihat seluruhnya berwarna hitam tanpa ada bagian yang berwarna putihnya. Akan tetapi pada bagian yang seharusnya berwarna hitam itu berganti dengan sebuah lingkaran aneh bercahaya, seperti gerhana matahari total tapi bukan. Itu adalah potret lubang hitam. Dan lingkaran cahaya itu tampak hidup karena terus menunjukkan gerakan meski dalam posisi statis. Setelan tuxedo yang dikenakannya adalah setelan tuxedo yang tipikal dikenakan oleh seorang "butler" atau pelayan.
[§ Perubahan wujud selesai. Tugas dari Master telah selesai hamba laksanakan. Meminta pendapat Master. §]
"Su—suaranya juga ikut berubah?! Selain penampilannya yang ambigu, suaranya juga ambigu?! Apa-apaan coba itu!?" gerutu Syuhada dalam benaknya.
Suara wujud baru [Al-Kahf] itu kini berubah menjadi suara yang entah suara "bishounen" atau "perempuan maskulin". Namun suaranya terdengar tegas dan jelas, dan sikap tubuhnya juga sangat mencirikan seorang "butler" sekali. Caranya menatap Syuhada dengan senyuman yang seolah permanen ada di wajahnya itu benar-benar membuatnya terlihat layaknya pelayan profesional.
"Benar juga, barusan dia meminta pendapatku, kan?" lanjut Syuhada dalam hatinya ketika sadar ia terus ditatapi oleh wujud baru [Al-Kahf].
"K—kamu terlihat menawan sekarang" jawab Syuhada.
[Al-Kahf] sedikit terkejut dan kemudian senyumnya terlihat lebih dalam karena ia merasa sangat tersanjung dipuji oleh "master"-nya.
[§ Syukurlah kalau Master menyukai wujud baru hamba. §]
Namun di sisi lain, Ardh terlihat sedikit cemberut sambil menggembungkan pipinya layaknya balon.
"A—apa aku bisa memanggilmu dengan nama panggilan atau semacamnya? [Al-Kahf] agak sedikit sulit untuk diucapkan oleh lidahku" ujar Syuhada sambil menggaruk kepalanya.
[§ Semuanya terserah Master. Hamba hanya bertugas mematuhi semua keinginan Master. §]
"Semua!?" sahut Syuhada terkejut.
[§ Semua. Selama itu ada dalam batas kemampuan hamba. §]
"Hmm... itu akan kupikirkan nanti. Sekarang nama dulu. Kira-kira apa ya nama panggilan yang bagus yang simple namun juga tidak terdengar merendahkannya? Ya lagipula dia adalah divine item" pikir Syuhada.
[Al-Kahf] saat ini kembali menatap Syuhada, seakan penuh harap ia akan mendapatkan nama panggilan yang bagus.
"Sebelum itu, bisa tolong jelaskan apa arti dari nama [Al-Kahf]?" tanya Syuhada dalam hatinya ke buku putihnya.
「"Kahf" itu berarti goa atau "cave". Goa sebagai simbol penyimpanan, tidaklah keliru. Karena manusia dan makhluk sejenisnya juga sebagian hewan menggunakan goa sebagai berlindung atau menyimpan sesuatu. Jadi mungkin secara simbolis juga bisa disebut "keep" atau "safe". Keep sebagai simbol yang menjaga, dan safe sebagai simbol yang mengamankan. Bisa dibilang "yang menyimpan, menjaga dan mengamankan". Seperti itu lah jika didefinisikan ke bahasa manusia.」
Mendengar penjelasan itu, Syuhada pun menatap ke arah [Al-Kahf].
"Hmm... semuanya terdengar sulit diucapkan. Lagipula "keep" terdengar terlalu sederhana dan terkesan seperti memanggil hewan peliharaan kalau disebut berkali-kali" gumam Syuhada dalam benaknya.
"Oh iya, bagaimana kalau Pochi? Pochi yang berasal dari kata "Pouch" yang berarti kantong. Karena kamu adalah "Pocket Dimension", Pocket juga berarti kantong atau saku, kan? Jadi "Pouchy" atau Pochi, itu sangat cocok untukmu yang merupakan "Pocket Dimension". Bagaimana?" ujar Syuhada menyatakan keputusannya dengan terlihat yakin.
[§ Apabila memang menurut Master begitu, maka hamba akan menerimanya. Karena apapun itu, jika itu keputusan Master, maka hamba sudah pasti menerimanya. §]
"Baiklah kalau begitu, mulai sekarang aku akan memanggilmu Pochi. ‹Pochi Infinite Paradoxia›" tambah Syuhada.
[§ Nama ‹Pochi Infinite Paradoxia› telah didaftarkan sebagai salah satu alias. Master diperkenankan untuk memanggil menggunakan nama itu untuk memunculkan hamba kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun. §]
"Oke Pochi, kalau begitu coba tampilkan barang apa saja yang sudah di simpan oleh Ring Valion" pinta Syuhada.
Kemudian muncul sepuluh panel hitam di depan penglihatannya. Panel berbentuk persegi itu terlihat kosong dan hanya sebuah persegi hitam saja.
"Apa aku bisa mengartikan ini sebagai "kosong"?" tanya Syuhada.
[§ Tepat sekali, Master. ・User: ‹Ring Valion›・, belum menyimpan apapun ke dalam Storage miliknya. Sepertinya, User tersebut belum tahu tentang Storage yang Master berikan kepadanya. §]
"Begitu kah. Kalau begitu bagaimana cara memberitahunya?" tanya Syuhada lagi.
[§ Hamba bisa menunjukkan semacam "tutorial" kepada User yang bersangkutan. Apa Master mengizinkan hamba? §]
"Ya, silakan. Aku serahkan semuanya kepadamu" balas Syuhada.
[§ Seperti yang Master harapkan. §]
"Ardh" panggil Syuhada menoleh ke arah Ardh.
"Akhirnya tiba giliranku!" ucap Ardh terlihat bahagia karena akhirnya diajak bicara.
"Bisakah kamu membersihkanku juga dengan anginmu itu?" pinta Syuhada yang tubuhnya kini memang terlihat sangat kotor.
"Bisa saja sih, tapi yang sudah menempel lekat di kulit sih, kita membutuhkan air untuk membilasnya" ungkap Ardh.
"Jadi pada akhirnya mesti mandi juga. Kalau begitu apa ada sungai, danau, atau semacamnya di sekitar sini ya?" ujar Syuhada.
"Kenapa tuan Hada membutuhkan sungai? Kan ada—" ucap Ardh.
"Bisakah kalian membantuku mencari lokasi air bersih terdekat dari sini?" pinta Syuhada kepada buku putihnya memotong perkataan Ardh.
「Untuk hal seperti itu, seharusnya jangan tanyakan kepada kami. Kecuali dalam kondisi dan situasi tertentu, kami takkan menjawab sesuatu yang sebenarnya bisa kamu temukan jawabannya sendiri.」
"Sekarang mereka mulai menjelaskan alasannya. Biasanya mereka tidak akan memberikan jawaban. Jadi itu salah satu alasan diamnya mereka ketika aku meminta bantuan petunjuk apapun yang sebenarnya jika dipikirkan atau diusahakan, maka aku sendiri bisa menemukan jawabannya" gumam Syuhada dalam hatinya.
"Ardh, carikan sungai, danau, atau semacamnya yang airnya bersih! Jangan yang jauh-jauh, carikan salah satu yang paling dekat saja!" pinta Syuhada.
"Mmfh! Baiklah jika tuan Hada memang seingin itu dengan sungai. Padahal ada aku!" jawab Ardh sambil menggerutu menggembungkan pipinya.
Ardh lalu berjalan ke belakang Syuhada. Syuhada bingung dengan yang hendak dilakukan oleh Ardh itu. Dan tiba-tiba saja dari belakang, tangan Ardh memeluk erat Syuhada. Pelukannya begitu erat hingga kepala anak laki-laki tenggelam ke belahan dada Ardh di balik gaun sutera putihnya. Sehingga kini kepalanya ada di antara dua buah dada Ardh.
"A—Ardh? Apa yang k—kamu lakukan?" tanya Syuhada yang tentu saja wajahnya memerah karena malu dan terkejut.
"Aku akan membawa tuan Hada terbang. Jadi aku harus memeluk tubuhmu erat supaya tidak jatuh nantinya. Apa tuan Hada merasa tidak nyaman?" tanya Ardh.
"Jika dibilang tidak nyaman, rasanya aku seperti akan menghinanya. Tapi posisi ini, dilihat dari manapun, tetap salah bukan? Ini tidak normal, bukan?" pikir Syuhada panik.
「Keliru. Itu normal dilakukan laki-laki dan perempuan yang sudah terikat ikatan jiwa. Kalian sudah mendapat izin.」
"Izin? Izin apAAAAAAAAA...!!!???" tanya Syuhada yang kemudian menjerit karena tiba-tiba dia dibawa melesat naik ke angkasa.
"Aku akan mengantarkan tuan Hada secepat mungkin! Serahkan semuanya padaku! Percayalah!" tegas Ardh yang langsung melesat dengan kecepatan tinggi ke arah danau yang seperti kubangan kecil karena sangat jauh.
Ardh terbang dengan sangat cepat hingga menciptakan gelombang kejut yang dinamakan "sonic boom" karena melebihi kecepatan suara dan menjebol "sound barrier".
"Tuan Hada tenang saja! Aku telah menciptakan penghalang udara di depan kita supaya tubuh tuan Hada tidak hancur oleh tekanan udara" jelas Ardh dengan menjelaskan semacam perisai udara yang ada di depannya.
Hanya butuh waktu beberapa detik, mereka sampai di tempat tujuan. Ardh memperlambat lajunya dengan lembut, karena jika ia berhenti tiba-tiba mungkin akan tercipta gelombang angin yang sangat kuat atau gaya momentum akan merusak tubuh Syuhada. Jadi ia harus sangat berhati-hati.
"Akhirnya kita sampai. Bagaimana menurut tuan Hada?" ujar Ardh kemudian bertanya pendapat majikannya.
"Apanya yang bagaimana?" sahut Syuhada bertanya balik.
"Apa tuan Hada merasa nyaman selama penerbangan?" tanya Ardh.
"Tentang nyaman ini lagi. Bagaimana coba aku harus menjawabnya?" gumam Syuhada dalam hatinya.
"Kenapa tuan Hada diam saja?" keluh Ardh.
"Tapi apa-apaan perasaan ini coba? Aku merasa... entah bagaimana tubuhku sedikit memanas, dan detak jantungku semakin tak karuan. Ditambah, saat ini aku juga bisa mendengar detak jantung Ardh yang begitu cepat, dan juga napas Ardh yang membuat dadanya naik turun. Bau tubuhnya juga tercium semerbak, begitu harum. Aroma yang entah kenapa begitu membuat tenang dan nyaman" gumam Syuhada dalam hatinya sambil memejamkan matanya.
Ketika membuka matanya, Syuhada pun melihat mata "blackhole" yang bertatapan langsung dengannya dari jarak yang sangat dekat.
"Uwaahh!!" jerit Syuhada yang tersentak kaget dibuatnya.
"Blackhole" itu mundur, dan terlihat jelaslah kalau yang menatapnya sebelumnya ternyata adalah Pochi. Pochi yang tubuhnya masih saja melayang, dan kini tampak ia sedang memegang dagu.
"Pochi, jangan mengagetkan tuan Hada!" bentak Ardh memperingatkan.
[§ ... §]
Pochi nampak tak merespon dan terus memperhatikan Syuhada.
"Tuan Hada tidak kenapa-napa?" tanya Ardh.
"Ya. Jadi, bisakah lepaskan aku sekarang? Aku ingin cepat-cepat mandi" pinta Syuhada yang membalas dengan lelah.
"Ba—baiklah" sahut Ardh lalu melepaskan pelukannya.
"Aku beneran kaget. Kenapa dia tiba-tiba saja muncul tepat di hadapanku?" keluh Syuhada dalam hatinya.
"Apa tuan Hada tidak suka dipeluk olehku ya? Dia sudah dua kali menolak pelukanku. Apa tubuhku terasa tak nyaman untuknya? Apa tubuhku jelek?" gumam Ardh mengatakannya dengan suara lirih.
Wajah Ardh terlihat murung. Ia memperhatikan tubuhnya sendiri dan mencari kurangnya dirinya. Namun ia bingung karena tak memiliki perbandingan. Terlihat di ekspresinya saat ini, kalau Ardh sedang merasa bermasalah.
[§ Hamba Master ini pikir, mungkin sebaliknya, nona original elf. §]
"Sebaliknya?" sahut Ardh.
[§ Ya, sebaliknya. §]
"Kalau begitu berarti..." ucap Ardh wajahnya memerah.
"Apa yang sedang kalian bicarakan tentangku?" tanya Syuhada.
"Ti—tidak, bukan apa-apa kok, tuan Hada!" sanggah Ardh dengan malu dan panik.
"Hmm? Beneran?" tanya Syuhada lagi dengan curiga.
"Mh! Mh! Beneran!" jawab Ardh sambil mengangguk.
"Kalau begitu aku mau mandi. Jangan ngintip ya!" tegas Syuhada memperingatkan.
Syuhada langsung berlari ke danau dan menceburkan dirinya. Ia merendam tubuhnya sambil menggosoknya untuk membersihkan diri.
"Tuan Hada!" panggil Ardh yang langsung memeluk Hada lagi dari belakang.
"Whoa!!!" jerit Syuhada, terkejut.
"Biarkan aku membantumu membersihkan tubuhmu! Boleh kan?" tanya Ardh sambil menggosok perut dan dada Syuhada dengan tangannya.
"Aku bisa sendiri! Lagipula aku sudah bilang untuk tidak mengintipku! Kenapa masih ikut kemari!?" protes Syuhada.
"Aku tidak mengintip kok!" jawab Ardh.
Di sebelah mereka pun terlihat Pochi yang masih melayang sambil memegang dagu memperhatikan dengan seksama.
"Iya sih secara harfiah mereka tidak mengintip karena memperhatikan langsung ke arahku terang-terangan! Tapi tidak begini juga kan?" gerutu Syuhada dalam hatinya.
"Tubuh tuan kurus sekali. Makanlah lebih banyak!" ujar Ardh.
"Aku miskin lah. Mau makan banyak gimana coba?" sahut Syuhada.
"Tenang saja, sekarang ada aku. Akan kupastikan tubuh tuan Hada jadi berisi mulai dari sekarang" ujar Ardh.
"Berisi? Tidak, sepertinya itu akan lebih merepotkan. Yang biasa-biasa saja" balas Syuhada terbayang dirinya menjadi gemuk.
"Eh... tapi mungkin saja tuan Hada jadi lebih imut" ungkap Ardh.
"Kamu menganggapku bayi kah!?" tukas Syuhada.
"Kalau dari perbedaan usia kita sih, ya... tuan Hada lebih seperti bayi bagiku. Tapi... sepertinya di bagian ini tuan..." balas Ardh.
"Uwah! Kamu menggosok bagian mana!? Yang itu biar aku bersihkan sendiri! Lepaskan!!" bentak Syuhada yang melepaskan diri dengan paksa kemudian menjauh dari Ardh.
"Aku bisa membersihkan diriku sendiri. Jadi kalian berdua, kembali ke tepian sana!" suruh Syuhada sambil menunjuk ke tepi danau.
Dengan terlihat kecewa, mau tak mau Ardh pun harus mematuhinya. Karena ia tak ingin membuat majikannya itu lebih marah. Pochi mengikutinya sambil tetap melayang.
"Apa aku telah menginjak ranjau?" keluh Ardh.
[§ Hamba rasa, perbuatan original elf berlebihan untuk sekarang ini. Master masih belum mengerti hubungan antara kalian dan aturan mengenai itu, jadi tahanlah diri untuk sekarang ini. Akan ada saatnya nanti. §]
"Kamu baru mengatakannya sekarang?! Katakanlah dari tadi woy!" protes Ardh yang kesal.
****
Di tempat lain, Ring kembali ke bekas tempat pertempurannya dengan Midari atau yang sekarang adalah Ardh itu. Ia ke sana untuk menemui lagi rekan kelompoknya yang dua diantaranya sedang tak sadarkan diri. Seperti janjinya, ia kembali sambil membawa sebuah gerobak yang ditarik oleh seekor keledai. Ring duduk di tempat kusir untuk mengemudikan gerobak tersebut. Dari jauh, Fellin, salah satu rekan sekelompoknya melihat kedatangan Ring dan melambaikan tangan.
"Ring! Akhirnya kembali juga. Cepatlah!" teriak Fellin memanggil-manggil.
"Sabarlah sedikit, ya ampun. Dia tak bisa membedakan kuda dengan keledai kah? Keledai itu tak secepat dan sekuat kuda" keluh Ring.
Setelah sampai, Ring pun sadar kalau Aruthor ternyata sudah siuman.
"Oh, Aruthor! Kamu sudah sadar?" sapa Ring melompat turun dari gerobak.
"Ah, kudengar nona Ring menyembuhkanku ya? Terima kasih, nona Ring" sahut Aruthor yang tampak masih kelelahan.
"Tak usah pikirkan itu. Itu sudah tugasku sebagai penyihir yang satu-satunya bisa sihir penyembuhan di kelompok ini. Jadi bagaimana perasaanmu? Sudah merasa agak baikan sekarang?" tanya Ring.
"Aku masih capek. Sepertinya sihir penyembuhan tidak ikut memulihkan stamina kelihatannya" balas Aruthor.
"Kalau begitu, mungkin malam ini kita harus berkemah di sini sambil memulihkan kondisi tubuhmu dan juga Cardion. Kita akan kembali ke akademi besok saja" ungkap Ring sambil menurunkan beberapa perlengkapan kemah dari atas gerobak.
"Terima kasih, nona Ring" sahut Aruthor.
"Ring, itu tas apa di pinggangmu?" tanya Fellin yang menyadari tas yang dipakai oleh Ring.
"Entahlah. Ini tergeletak begitu saja, jadi aku ambil saja. Dan nampaknya bukan milik siapapun di kampung itu, jadi aku tak perlu khawatir ada yang menuduhku mencuri. Lagipula aku membutuhkannya untuk membawa persediaan potion penyembuh dan pemulih ‹mana› yang baru aku beli" jelas Ring sambil memasangkan tenda.
"Hmm... begitu ya..." sahut Fellin ikut membantu Ring.
"Rasanya itu sedikit mirip dengan yang dipakai oleh anak itu. Apa hanya kebetulan saja? Ya, tidak mungkin tas begitu cuma hanya ada satu saja kan? Itu pasti model tas produk dari suatu daerah yang tidak kami ketahui, atau semacamnya" lanjut Fellin dalam benaknya.
Ketika sudah selesai mendirikan tenda, Ring dan Fellin memapah tubuh Aruthor ke dalam tenda. Namun untuk Cardion, tubuhnya digusur di tanah karena lebih berat dari Aruthor, ditambah dengan armor tebalnya.
"Akhirnya selesai juga" ucap Ring sambil mengusap keringat di keningnya.
"Gah... tubuh Cardion berat banget gila" keluh Fellin yang kehabisan napas.
"Sekali lagi, terima kasih ya, nona Ring, Fellin" ucap Aruthor yang berbaring di tendanya.
"Sama-sama" sahut Ring.
"Ya, tak usah dipikirkan, tuan Aruthor. Kita kan satu kelompok!" tegas Fellin sambil tersenyum lebar.
"Tapi aku tak menyangka kita akan mengalami hal seperti ini" keluh Aruthor menatap kain atap tendanya.
"Aku juga tak pernah menduga ini. Tapi Aruthor, ingatlah, tak ada satupun dari kita yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bukan? Jadi jangan menyalahkan diri. Memang sangat disayangkan kita telah kehilangan Midari, tapi... setidaknya kita berempat selamat" ungkap Ring.
Ring berjalan menuju gerobak, dan menurunkan beberapa kayu bakar dan mulai menyusunnya di dekat tenda.
"Aruthor, aku bisa menebak yang sedang kamu pikirkan. Jika saja kamu memastikan bocah itu disembuhkan, dan mengajaknya masuk kelompok kita, mungkin saja Midari tidak akan mati, pasti begitu kan?" terka Ring.
"Ya, saat itu aku harusnya bersikeras untuk membawanya sendiri. Mungkin kita bisa menghindari amarah Midari, dan jika kita membawa anak itu bersama kita, bisa jadi Midari yang menganggapnya sebagai majikan bisa tetap bersama kita. Dan dia pasti masih hidup sekarang" ungkap Aruthor.
"Meski ada kemungkinan Midari telah dicuci otak? Dan membawanya bersama kita memungkinkan ia untuk ikut mencuci otak kita semua?" tanya Ring yang masih menyusun kayu bakar.
"Kita tidak tahu itu. Bisa jadi dia memang orang yang dicari Midari selama ini" sahut Aruthor.
"Yang ia katakan kepada kita sewaku kita pertama kali bertemu dengannya, hah? Padahal kupikir itu kamu, Aruthor. Ciri-ciri orang yang dicarinya, semuanya mirip denganmu" balas Ring.
"Mirip denganku?" ucap Aruthor.
"Ya... tapi, itu semua sudah tidak penting kan? Sekarang Midari sudah tidak ada bersama kita lagi" ujar Ring selesai menyusun kayu bakar.
"Kamu benar, yang kamu katakan memang benar. Itu semua sudah... karena Midari..." sahut Aruthor suaranya mulai samar.
Terlihat air mata mengalir meluncur turun dan menetes ke permukaan kain alas tidur Aruthor. Aruthor menangis senyap, namun terlihat kepedihan tergambarkan di mulutnya.
"[Fireball]" ucap Fellin.
Kayu bakar yang sudah tersusun siap untuk menjadi api anggun, ditembak oleh Fellin dengan bola apinya. Niat ingin membantu, namun hasilnya kayu bakar itu meledak oleh hantaman bola api yang ditembakkan Fellin. Kayu bakar dan tanah terlempar ke segala arah.
Setelah asap lenyap, terlihat Ring yang berwajah menghitam, dan membatukkan asap.
"Kamu berniat membunuhku ya?" tukas Ring sambil menoleh, menatap Fellin dengan tajam.
"M—ma—maaf! Aku tidak bermaksud—" sanggah Fellin.
"Sekarang cepat kumpulkan lagi kayu bakarnya! Dan nyalakan api unggunnya sendiri!!" bentak Ring memotong.
Ring kemudian bangkit dan berjalan menuju tendanya.
"Eeehhh!!!??? Aku harus melakukannya sendiri!!??" jerit Fellin.
Sementara itu di tendanya, Ring mengeluarkan semua botol ramuan di tasnya. Kemudian ia juga mengeluarkan kantong air minum, lalu membasuh mukanya untuk membersihkan mukanya yang menghitam.
"Fellin sialan itu, dia masih saja kikuk seperti biasanya" keluh Ring.
[< Congratulations! >]
"Hah?" ucap Ring bingung dengan panel yang muncul di penglihatannya.
[< Anda baru saja terpilih oleh pihak kami untuk menggunakan fitur "Storage". >]
"Haaahh??" ucap Ring semakin bingung.
[< Silakan masukan nama dan ala— tidak, nama saja sudah cukup— ehem! di sini: ‹username›
※ Mesti terdiri dari minimal 6 karakter kombinasi huruf dan angka. Spasi tidak diperbolehkan. >]
"Terdengar mencurigakan. Lagipula apa-apaan ini!? Kenapa tiba-tiba kotak bertulisan ini muncul di penglihatanku? Melihat ke manapun, mereka mengikuti arah penglihatanku! Menjijikan!" gerutu Ring.
[< Kasarnya! Dasar merepotkan saja! Cepat masukan namamu! Kamu akan kami beri waktu 5 detik, atau namamu akan otomatis ditentukan oleh sistem secara acak. Waktu tersisa... 5s >]
"Apa-apaan dengan pilihan memaksa ini!!!" protes Ring.
"Ring kenapa sih teriak-teriak dari tadi? Ja—jangan bilang dia jadi gila!?" tukas Fellin yang sedang membereskan kayu bakar yang sebelumnya terpental ke segala arah akibat perbuatannya.
"Aku harus bagaimana? Lagipula apaan ini?" gerutu Ring yang bingung bukan kepalang.
Ia mencoba menyingkirkan panel-panel itu dengan mengayunkan lengannya, namun panel-panel itu tetap ada karena itu hanya ada di penglihatannya, bukan di dunia luar.
[< Waktu habis! >]
"Eh?" ucap Ring.
[< Sekarang nama anda adalah: ‹lolibaba69› >]
"Hah!? Siapa yang kamu sebut "Loli Baba"!? Ini pasti tidak acak bukan!? Siapapun yang memunculkan ini pasti tahu siapa aku! Ngaku aja!" bentak Ring dengan kesal.
[< Selamat? >]
"Malah ngucapin selamat!? Lagipula kenapa pakai tanda tanya dibelakangnya? Ngejek ya!" pekik Ring.
[< … >]
"Kalau cuma simbol terdiam tidak perlu ditampilin lah! Ngapain juga cuma baca titik-titik!?" bentak Ring semakin jengkel.
Tiba-tiba dari belakang ada yang menyentuh pundak Ring. Ring menoleh dan mendapati ternyata yang menyentuh pundaknya itu adalah Fellin, dan ia nampak seperti setengah menangis.
"Maafkan aku, Ring. Ini pasti karena aku kan? Pasti karena ledakan itu kan? Ledakan itu membuat salah satu kayu membentur kepalanya, dan akhirnya dia jadi gila. Kasihan sekali. Tenang saja, aku akan menjaga Aruthor untukmu" ungkap Fellin dalam hatinya sambil mengusap air mata di sudut matanya dengan sapu tangan.
Kemudian tanpa berkata apa-apa pada Ring, Fellin pun pergi meninggalkannya.
"Ada apa dengannya?" komentar Ring dalam hatinya, bingung.
[< Karena ‹lolibaba69› sudah terdaftar sebagai pengguna resmi fitur "Storage". Kami akan memberikan tutorial cara menggunakan fitur tersebut secara gratis, tanpa dipungut biaya tambahan apapun, baik pajak, "pajak"nya pajak, ataupun administrasi sepihak yang bersifat memaksa yang jika tidak dibayar maka layanan tidak bisa digunakan. >]
"Entah kenapa itu terdengar seperti sedang menyinggung seseorang atau pihak tertentu" ujar Ring.
[< Apakah ‹lolibaba69› bersedia menerima tutorial? >]
"Hm—" gumam Ring.
[< Tentu saja! >]
"Kenapa dijawab sendiri!?" bentak Ring.
[< Bagus! Kalau begitu tutorial, dimulai! >]
"Sangat menyebalkan sekali panel-panel ini" pikir Ring.
[< Tutorial Menyimpan #1. Untuk menyimpan item, silakan target item tersebut dengan penglihatan anda lalu pikirkan untuk menyimpannya sejumlah berapa. Maka item tersebut pun akan tersimpan sejumlah yang anda inginkan. >]
"Oh berguna sekali. Kalau begitu akan ku co—" ujar Ring.
[< Namun sayang sekali untuk saat ini ‹lolibaba69› tidak memiliki akses untuk menggunakan kemampuan menyimpan yang ini. Hanya Gold Membership yang memiliki akses ke fitur ini. >]
"Kalau belum bisa kenapa ditempatkan di peringkat 1, ber◦ngs◦k!" umpat Ring yang tak bisa menahan diri.
[< Saat ini, ‹lolibaba69› ada di tingkat "dirt". >]
"Dirt!? Maksudnya tanah!? Kalau begitu bagaimana caranya aku meningkatkan tingkatanku?" komentar Ring.
[< Tidak bisa. Untuk saat ini fitur itu belum tersedia dan masih dalam bentuk wacana yang diperdebatkan. Jadi, sayang sekali. >]
"H—hah? Seriusan? Kalau gitu ngapain disebutin, bangs◦t!" pekik Ring.
[< LOL >]
Panel terakhir itu muncul dengan ukuran yang paling besar dan menutup seluruh fokus penglihatan Ring. Melihat tulisan itu, Ring merasa kesal meskipun sebenarnya ia tak mengerti arti singkatan itu.
"Ngeselin banget! Kalau bisa ditampol udah ditampolin juga nih!" gerutu Ring di dalam hatinya.
[< Tutorial menyimpan #2. Ambil barang yang ingin disimpan dengan tanganmu (kalau punya), lalu masukan ke kantong/tas yang sudah terintregasi dengan "storage" kami. Kemudian pikirkan untuk menyimpannya, maka item tersebut pun akan tersimpan. >]
"Hmm... sepertinya yang ini aku bisa mencobanya" ujar Ring.
Lalu Ring mengambil salah satu ramuannya dan memasukannya ke dalam tas. Di dalam benaknya ia memikirkan untuk menyimpannya.
[< Selamat! Item berhasil tersimpan di storage anda! >]
"Menghilang!? Tidak ada di dalam tas? Pergi ke mana kalau begitu?" ucap Ring yang terkejut membuka tas selempang itu.
[< Untuk memastikan item anda telah berhasil tersimpan, silakan katakan "Inventory" untuk membuka panel penampil "Item Box" anda. >]
"Eh, "Inventory"?" sahut Ring bingung.
[< Tidak terdeteksi keinginan untuk membuka "Item Box" dalam perkataan anda. Mohon pikirkan untuk melihat item anda yang tersimpan ketika mengucapkan kata kunci. >]
"Hmm... tingkat keamanan ini bagus. Itu artinya takkan ada yang membukanya tanpa sengaja, bukan?" tukas Ring.
"Inventory!" ucap Ring.
Panel tampilan "Item Box" pun muncul. Tampil 10 kotak hitam yang salah satunya tampak terisi dengan ramuan penyembuh. Meski kotaknya 2D, tapi item yang ditampilkan tampak 3D realistik.
[< Tutorial mengatur item #1. Untuk melihat keterangan item, sentuh tampilan item dengan niat mengetahui keterangan item tersebut. >]
Ring mengikuti panduan itu dan menyentuh gambar 3D realistik itemnya itu dengan meniatkan dalam benaknya untuk mengetahui keterangan lebih lanjut tentang item tersebut. Lalu muncul lah panel berisi nama besert keterangan item.
[< {Healing Potion}: ramuan penyembuh untuk menyembuhkan luka dan meredakan rasa sakit. Tidak menyembuhkan penyakit yang berasal dari virus, parasit, dan ataupun kelainan mental. Juga tidak menyembuhkan keracunan. Tingkat penyembuhan, medium. >]
"Hebat sekali. Bahkan keterangannya cukup lengkap yang bahkan mungkin untuk orang biasa informasi ini takkan diketahui. Tunggu, apa ini artinya aku bisa menganalisa berbagai benda yang kusimpan di sini?" ujar Ring.
Ring kemudian memasukan sebuah batu ke dalam penyimpanannya. Kemudian ia menyentuh tampilan batu itu.
[< {Batu}: Batu. >]
Mata Ring langsung berubah sayu seperti ikan mati.
[< Bercanda! {Batu Granit}: Batuan yang berasal dari pendinginan lava yang berasal dari letusan gunung berapi. >]
"Panel ini sangat menyebalkan" gerutu Ring yang sudah capek dengan keisengan tulisan panel tersebut, "tapi rupanya memang bisa digunakan sebagai alat analisa ya. Ini akan sangat berguna untuk kedepannya" lanjutnya.
[< Tutorial mengatur item #2. [User] bisa memindahkan posisi item dari satu box ke box lain, atau menukarkan posisi dua item berbeda di masing-masing box hanya dengan menyentuh lama tampilan item tersebut dan menggesernya. >]
"Oohh... biar kucoba" ungkap Ring kemudian mengambil ramuan pemulih ‹mana› dan memasukannya ke tasnya.
Di tampilan "Item Box" miliknya muncul lah tampilan 3D ramuan yang dimasukannya itu. Kemudian ia mencoba memindah-mindahkannya dari satu kotak ke kotak lain. Lalu ia juga menukarkan posisinya dengan posisi ramuan penyembuh. Semuanya bisa dilakukan sesuai panduan dari tutorial yang diberikan.
[< Tutorial mengambil item #1. Sentuh tampilan item dan pikirkan untuk mengambilnya ke dunia nyata dan berapa banyak. Kemudian pikirkan untuk menempatkan atau memunculkannya di mana. Akan muncul "bayangan" pembantu yang akan menampilkan tempat item akan ditempatkan atau dimunculkan. >]
Ring langsung mencobanya. Ia menyentuh ramuan pemulih ‹mana› dan kemudian meniatkan dalam benaknya untuk mengambilnya keluar dari "Storage". Seketika muncul tampilan bayang item yang tampak merupakan versi semi transparan dari tampilan item yang biasanya. Tampilan tersebut muncul di tempat dan dalam posisi sesuai keinginan Ring. Misalnya ia menginginkan item itu muncul di atas telapak tangannya, maka tampilannya akan muncul di atas telapak tangannya. Atau ia ingin item ada di genggamannya dalam keadaan terbalik, maka tampilannya juga muncul tepat seperti itu. Ring kemudian mencoba mengetahui jarak maksimal dengan melihat keluar tenda dan mencoba menempatkan item sejauh mungkin.
"Sepertinya jarak maksimalnya adalah 10 meter" ungkap Ring.
Ia melanjutkan dengan berniat menempatkan item yang diambilnya di atas telapak tangan kanannya dan dengan meniatkan untuk benar-benar memunculkannya, item tersebut pun muncul di atas telapak tangannya secara fisik.
"Berhasil. Ini sangat bagus. Ini akan sangat berguna dalam strategi pertarungan dan semacamnya" tambah Ring.
[< Tutorial sudah selesai. Sekarang "Item Box" sudah siap digunakan. Kami harap fitur kami ini bisa berguna dan digunakan dengan bijaksana. Keep saving, ‹lolibaba69›! >]
Melihat nama itu kembali disebutkan, Ring pun kembali merasa sebal.
"Yah, sepertinya saatnya untuk bereksperimen berapa batas jumlah dan barang apa saja yang bisa dimasukkan" gumam Ring.
Ring pun mulai memasukkan semua ramuannya ke dalam tas selempang yang dipakainya itu.
****
Pagi harinya, Syuhada terbangun dan langsung duduk ketika mendengar suara kokok ayam jantan yang datang dari dalam hutan. Ia mengucek matanya dan melihat ke kiri dan ke kanan. Rupanya ia masih berada di tepian danau.
"Oh iya juga, tadi malam sehabis mandi, tubuhku langsung dikeringkan oleh Ardh menggunakan anginnya. Beberapa saat kemudian aku langsung tidur di dekat api unggun" gumam Syuhada mengingat kejadian malam sebelumnya.
Di pangkuannya terlihat jubah hijau Ardh yang kelihatannya diselimutkan ke tubuhnya tanpa sepengetahuannya semalam.
"Dilihat dari manapun, ini seperti pakaian biasa. Tapi aku tahu ini tercipta bersama dengan tubuh Ardh, bukan? Bisa jadi ini pakaian yang istimewa. Kalau begitu apa keistimewaannya?" tanya Syuhada dalam hatinya.
「Itu adalah hadiah dari The Creator. Hadiah atas warnanya, jubah hijau "pohon emas" [Sajarah]. Pemakainya akan mendapatkan keistimewaan yaitu tidak bisa didekati oleh apapun, kecuali yang diizinkan berhak atas diri pemakainya oleh The Creator.」
"[Sajarah]? Itu terdengar seperti sejarah. Apa maksudnya dengan kesamaan ini?" gumam Syuhada dalam benaknya.
「"Sajarah" bisa berarti pohon, juga bisa berarti sejarah dalam bahasamu. Mungkin kamu kira keduanya tak berhubungan, namun sebenarnya keduanya saling menyambung erat. Pohon adalah makhluk yang bisa hidup ratusan bahkan ada yang sampai ribuan tahun. Pohon menyaksikan sejarah, namun ia sendiri adalah sejarah. Ini kisah tentang seorang anak yang menanam bibit pohon, kemudian bibit itu tumbuh menjadi sebuah pohon kecil. Anak itu senang, namun seiring bertambahnya usia anak tersebut mulai melupakan pohon tersebut. Namun pohon tersebut tetap tumbuh dan menjadi semakin tinggi. Ia menyaksikan anak itu dewasa, memiliki pasangan dan membuat rumah di samping pohon itu. Ketika anak itu sudah tua dan kembali ke bawah pohon bersama anak-anak bahkan cucu-cucunya, maka sadarlah ia kalau ternyata pohon yang telah ia tanam bibitnya itu kini telah tumbuh jadi sangat besar dan sangat tinggi. Ia ingat ketika dulu pohon itu batangnya masih sebesar lengan, ia sering duduk beristirahat di bawahnya meski daunnya masih tidak sempurna menaunginya dari sinar mentari. Kini pohon itu sudah sangat besar, hingga jangankan untuk menaungi dirinya sendiri, untuk menaungi keluarga besar dari orang yang menanamnya saja sekarang pohon itu sudah melebihinya. Bahkan ketika yang menanamnya mati, pohon akan terus hidup untuk menyaksikan kisah dari generasi selanjutnya. Itulah pohon. Itulah Sajarah. Sejarah hidup yang menyaksikan sejarah.」
"..." Syuhada tak bisa berkata-kata mendengarkan kisah itu.
Ia menatap jubah hijau di pangkuannya. Ia mengangkatnya dan melihat motif batik emas di jubah tersebut yang sangat indah dan berkilau.
"Ah, tuan Hada, anda sudah bangun?" sapa Ardh yang datang dari belakang Syuhada.
Syuhada menoleh dan melihat kalau Ardh datang dari dalam hutan. Ia membawa dua ekor kelinci yang tampak sudah tersembelih dan bulunya sudah tercabut semua. Bisa dibilang daging yang sudah siap masak.
"Ia bangun lebih dulu dariku dan berburu untuk menyiapkan sarapan untukku? Ardh, bukannya itu berlebihan?" pikir Syuhada sambil tersenyum.
Syuhada bangkit dan kemudian berjalan menghampiri Ardh sambil membawa jubah hijau di tangannya.
"Selamat pagi, Ardh" ucap Syuhada.
"Selamat pagi" sahut Ardh sambil tersenyum.
「Tambahan, "The One Who Have Guidance". [Sajarah] tersebut juga merupakan hadiah untuk kesetiannya. Karena sajarah, pohon, itu adalah simbol kesetiaan. Kesetiaan yang tak lekang oleh waktu.」
"Aku tahu. Aku tahu. Setelah mendengar kisah itu, aku tahu. Pohon yang tetap teguh diam di tempatnya berdiri. Terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Keteguhannya semakin kuat dan semakin dalam layaknya batang yang membesar, layaknya akar yang semakin menancap dalam. Bahkan ketika ia dilupakan sekalipun, ia tetap melebarkan cabangnya untuk dijadikan tempat bernaung. Ia tetap berbunga dan berbuah untuk orang yang melupakannya. Tetap memperhatikan, tetap mengabdi, hingga akhirnya ia ditebang atau alam sendiri yang memutuskan untuk mematikannya. Selain "Setia", kata apa lagi memangnya yang pantas untuk itu?" ungkap Syuhada dalam hatinya sambil tersenyum.
Namun tanpa ia sadari air mata mengalir dari matanya meluncur turun melalui pipinya.
"Tuan Hada!? Kenapa tuan Hada menangis!? Apa ada sesuatu yang sakit?" tanya Ardh ketika melihatnya dan langsung panik.
"Lah? Kenapa aku menangis? Apa aku merasa sedih? Tidak, perasaan ini bukanlah kesedihan. Ini... ini adalah kebahagiaan. Tapi, kenapa aku menangis?" pikir Syuhada mengusap air matanya.
Ardh langsung buru-buru menghampiri Syuhada dan mencari mungkin ada luka atau sumber sakit yang luput dari penglihatannya. Wajahnya terlihat sangat cemas. Melihat tingkah panik Ardh, tangan kanan Syuhada pun secara reflek menyentuh kepala Ardh yang saat ini tak memakai topinya. Kemudian ia mengusap kepala Ardh itu dengan lembut.
"Benar juga, dia sudah ribuan tahun. Ribuan tahun menungguku, mencariku, tanpa sedikitpun kehilangan kepercayaan, tanpa sedikitpun putus asa. Siapa yang tidak tersentuh oleh itu? Siapa yang tak bahagia oleh itu? Aku mengerti sekarang, air mata ini adalah reaksi tubuh. Reaksi atas luapan emosi tak tertahankan, baik itu sedih, bahagia, marah, ataupun putus asa. Tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan air mata apabila emosi tersebut tidak dapat diungkapkan hanya dengan kata dan ekspresi saja karena terlalu kuatnya. Luapan air mata adalah luapan emosi. Ya, kelilipan juga membuat air mata keluar sih, tapi saat ini aku tidak sedang kelilipan apapun sih. Jadi tak mungkin karena itu" pikir Syuhada.
"Tuan Hada?" ucap Ardh yang bingung dan bengong menatap majikannya.
"Mulai sekarang kita akan selalu bersama. Aku akan selalu membawamu kemanapun aku pergi, Ardh" ujar Syuhada.
"Tuan Hada~" sahut Ardh wajahnya memerah.
"Mungkin ini akan menjadi perjalanan pertama yang kita lakukan bersama-sama. Karena itu, mohon bantuannya" sambung Syuhada.
"Ya, aku juga, tuan Hada" balas Ardh yang tersenyum bahagia.
Syuhada membalas senyuman Ardh.
"Tapi sebelum itu, biarkan aku menyiapkan sarapan terlebih dahulu!" ujar Ardh sambil mengangkat daging kelinci di tangannya.
"O—oh... hm?!" sahut Syuhada yang kemudian terkejut melihat sesuatu.
Ia baru menyadari kalau ternyata gaun putih yang dipakai Ardh adalah gaun yang semi transparan. Sehingga ia bisa melihat menerawang yang ada di baliknya dengan cukup jelas.
"A—Ardh!" panggil Syuhada dengan panik.
"Y—ya?" sahut Ardh sedikit bingung.
"Pakailah jubahmu lagi! Cepat!" suruh Syuhada sambil menyodorkan jubah hijau di tangannya.
"Ta—tapi tuan Hada bisa kedinginan" balas Ardh.
"A—aku tidak kedi— huachiimmm!!!" sanggah Syuhada yang keburu terpotong oleh bersin.
"Tuh kan, apa aku bilang. Sudah tuan yang pakai dulu saja. Aku akan memasak daging ini dulu untuk kita makan!" ujar Ardh yang langsung pergi meninggalkan Syuhada.
Ketika membelakanginya, Syuhada juga melihat kalau ternyata bagian belakangnya juga terlihat jelas. Apalagi ditambah dengan cahaya mentari pagi yang membuat siluet tubuhnya terlihat jelas.
"Uwaahhh!!! Apa-apaan pakaian itu? Bukannya itu sama saja dengan telanjang!?" komentar Syuhada dalam hatinya.
「Tenang saja. Pakaian itu membuat pemandangan itu tak bisa dilihat siapapun kecuali yang diizinkan. Bahkan pembaca/penonton sekalipun takkan bisa melihatnya dan hanya melihat sebagai kain putih seputih salju yang biasa saja.」
"Eeehhh!!?? Beneran!!??" sahut Syuhada dalam hatinya kaget.
「Terkonfirmasi dengan tegas.」
"Ha~ baiklah jika memang begi— tidak, itu tidak baik, kan? Aku masih bisa melihatnya. Memangnya tidak apa-apa jika aku melihatnya?" lanjut Syuhada yang awalnya bernapas lega kini kembali panik.
Dan tidak ada jawaban.
"Yang benar sajaaaaaaaa...!!!" teriak Syuhada ke langit, tentu saja masih dalam hatinya.
****