The Witch and The Prince (part 5)
"Kaulah yang pertama! Bersiaplah monyet betina tak berbulu!"
Seekor Aqua Dragon tampak mencoba untuk melahap seorang gadis penyihir yang tergeletak tak berdaya. Mulutnya yang terbuka lebar diarahkan ke arah tubuh gadis mungil itu dengan gigi-gigi taringnya yang tajam sudah dipenuhi liur. Gadis itu hanya bisa menerima nasibnya karena tubuhnya sukar untuk digerakkan. Ia pun pasrah dan memejamkan matanya.
"Hheeeeeaaaarrrrgggghhhh!!!"
Terdengar suara raungan manusia laki-laki dari arah samping sang naga. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah, sebuah batang pohon terlempar dengan kuat di pelipis wajah bagian kiri sang naga dan membuat cabikkan rahangnya meleset ke sebelah kiri gadis yang sudah pasrah itu.
Batang pohon itu tampak hancur berkeping-keping ketika menghantam kepala sang naga itu. Meski efek hantamannya cukup kuat untuk sedikit membelokkan arah kepalanya.
Aqua Dragon itu pun dipaksa mengunyah tanah akibat hantaman batang pohon tersebut.
"Fuh! Fuurrh! Siapa orang berengs◦k yang telah melempar batang pohon ke arahku!" tanya Aqua Dragon dengan geram sambil meludahkan kembali tanah di mulutnya.
"Itu aku, Aqua Dragon sialan!" tegas seorang laki-laki berjalan menghampiri sang naga.
Terlihatlah sosok laki-laki tinggi besar yang dengan badan penuh otot dan juga goresan bekas luka tebasan. Rambut dan janggutnya sangat tebal dan mengembang. Ia juga memakai pakaian dari kulit hewan yang berbulu tebal sehingga sekilas dia mirip seekor beruang kalau tidak karena beberapa bagian tubuhnya yang tak tertutup memperlihatkan otot-otot di tubuhnya.
"Hmm… aku tak tahu kalau di sini ada orangutan juga. Kau lumayan juga sebagai orangutan karena bisa melempar pohon seperti itu" ejek Aqua Dragon yang seolah memuji.
"Orangutan ini takkan mengucapkan terima kasih meski dipuji oleh kadal terbang merangkak sepertimu" balas laki-laki itu.
"Apa kau bilang!? Berani sekali kau mengatakan itu pada ras naga yang agung! Siapa namamu? Akan kujadikan kau sebagai trofi setelah aku melahapmu hingga hanya menyisakan tulangmu!" bentak Aqua Dragon.
"Namaku Bernard Banardy. Aku adalah orang yang tinggal di hutan ini" jawab laki-laki yang ternyata bernama Bernard itu.
"Hahaha! Benar-benar orangutan rupanya! Bernard Banardy! Berbahagialah! Setelah ini aku akan membawa tengkorakmu ke sarangku, lalu mengukirkan namamu dengan cakarku, kemudian memajangnya sebagai koleksi pertamaku. Merasa terhormatlah, orangutan! Karena kau yang akan jadi pelopor dari koleksi tengkorak primataku mulai saat ini!" ungkap Aqua Dragon.
"Terserahlah. Aku tak peduli dengan hidup dan matiku lagi. Aku sudah bosan juga dengan kehidupanku yang cuma tidur, bangun, mandi, makan, minum, tidur lagi. Dan begitu terus hingga sekarang. Jadi meski aku mati di sini pun, aku sudah tak peduli. Ayo kita segera mulai saja!" balas Bernard dengan tak acuh.
"Baiklah. Hancurlah kau, orangutan!" pekik Aqua Dragon.
Aqua Dragon itu langsung menyemburkan air dari mulutnya. Semburan itu pun langsung menelan tubuh Bernard yang membasuhnya bersama pohon-pohon di sepanjang jalur semburan ait tersebut. Tampak jelas pohon-pohon langsung tercabut dari tanah dan terbawa oleh air yang berarus sangat deras itu.
"Hahaha! Orangutan bodoh! Dia sepertinya tidak tahu kalau naga punya serangan tipe napas elemental. Hahahaha!!" ujar Aqua Dragon menertawakan lawannya yang wujudnya sudah tak terlihat lagi itu.
Sementara itu, Ring Valion, gadis penyihir yang sebelumnya tergeletak tak berdaya, kini tampak sedang merangkak secara diam-diam memanfaatkan kelengahan sang naga air. Ia merangkak menghampiri tongkat sihirnya yang tergeletak tak begitu jauh darinya.
"Kau kira aku tak melihat niatmu, monyet betina tak berbulu?" ucap Aqua Dragon yang melirik ke arah Ring tanpa menolehkan kepalanya.
Aqua Dragon mengangkat tangan kanannya tepat di atas tubuh Ring. Kemudian ia menurunkannya dengan kecepatan tinggi dan kekuatan penuh, mencoba menggebrak tanah bersama dengan tubuh gadis penyihir itu.
"Rasakan ini, binatang! [Full-Body Press]!!!" pekik Bernard datang dari samping dan kemudian melompat.
Ia tanpa ragu menabrakkan tubuhnya, ke sisi kiri kepala Aqua Dragon. Tabrakkan itu tampak sangat kuat karena berhasil mendorong tubuh sang naga hingga terguling dan terseret ke samping.
"Apa!? Bagaimana bisa!!?" pikir Aqua Dragon bingung dengan yang terjadi kepadanya.
Alhasil karena tubuhnya terdorong, ayunan tangannya yang hendak menghantam Ring pun jadi meleset dan hanya memukul udara.
Tubuh Aqua Dragon berguling-guling di tanah. Tapi itu tak lama, karena dengan sigap Aqua Dragon mendaratkan kedua tangan dan kakinya dalam posisi merangkak kembali menyeimbangkan tubuhnya sambil menghentikan lajunya.
"Tch, sepertinya aku terlalu meremehkanmu. Kau bukan sekedar orangutan. Kau gorilla" gerutu Aqua Dragon lalu mendengus kesal.
Bernard terlihat berdiri dengan postur penuh kewaspadaan. Tampak ia menendang tongkat sihir [Undyne Trident] mendekat ke pemiliknya, yaitu Ring.
"Apa itu yang ingin kamu ambil?" tanya Bernard tanpa menoleh sedikit pun pada orangnya.
"Y—ya, terima kasih" sahut Ring.
Tanpa mengatakan apapun, Bernard hanya mengangguk saja.
"Tch, takkan kubiarkan!!!" pekik Aqua Dragon kembali menyemburkan air.
Semburan air itu mengarah langsung ke arah Bernard dan Ring. Ia mencoba mencegah Ring untuk kembali meraih tongkat sihirnya agar ia tak bisa mengendalikan air yang menjadi serangan utamanya.
Akan tetapi Bernard melompat ke depan berniat menghadang semburan airnya.
"Dasar bodoh. Dia berniat bunuh diri dengan mencoba menghentikan semburan airku yang bahkan bisa menghancurkan batu" ejek Aqua Dragon dalam benaknya.
"[Power Slap]!!!" teriak Bernard.
Lalu ia menampar semburan air yang datang ke arahnya itu dan seketika semburan air itu seakan meledak. Ledakan di bagian depan arus, mengacaukan arah semburan hingga membuatnya berbelok ke arah yang sama dengan arah tamparan itu.
"Apa!?" ucap Aqua Dragon terkejut.
Bernard belum berhenti, dia melanjutka berlari ke arah Aqua Dragon dan kemudian melompat tinggi ke udara.
"Makan ini! [Skull Breaker]!!!" pekik Bernard yang melayang turun di udara tepat di atas kepala sang naga.
Kemudian Bernard memukulkan kedua tangannya yang dikepalkan menjadi satu, dan diayunkan ke bawah dengan sekuat tenaga itu ke kepala Aqua Dragon. Tepat ke bagian ubun-ubunnya. Suara benturan yang amat keras terdengar dari hantaman tangan Bernard ke tengkorak kepala Aqua Dragon tersebut.
Terkena hantaman yang sangat keras, membuat mulut naga itu langsung tertutup, menghentikkan paksa semburan airnya. Dan bahkan hingga membuat kepalanya melesat ke bawah, membuat dagunya menghantam bumi dengan sangat keras.
Akibat hantaman tangannya ke kepala naga, tubuh Bernard terdorong kembali ke atas. Bernard memanfaatkan itu untuk bersalto beberapa kali di udara sebelum mendarat di tanah dengan presisi dan aman dalam posisi jongkok.
Tapi tak berhenti di situ, Bernard kembali melompat lurus ke depan, tepat ke arah kepala sang naga.
"[Power Lob Kick]!!!" ucap Bernard dengan lantang.
"Kenapa mesti bagian kiri lagi!!!???" protes Aqua Dragon dalam hatinya.
Dan seperti yang dikatakannya, kepala bagian kirinya lagi yang kini ditendang oleh Bernard layaknya sebuah tendangan sepak bola. Tendangan keras itu membuat kepala sang naga terangkat ke udara yang juga mengangkat tubuhnya dan membuat dirinya terpental searah dengan arah tendangan itu.
Tubuh sang naga jatuh terguling-guling.
"Gorilla sialan!!!" pekik Aqua Dragon dengan sigap menghentakkan kedua kaki dan tangannya ke tanah melompat ke udara.
Ia membuka mulutnya lebar, dan seperti biasa, di antara tulang selangkanya bersinar cahaya biru tanda ia menggunakan elemental breath-nya.
"Kekuatanku memang belum pulih benar, tapi dengan ini, maka tamatlah riwayatmu!!!" tegas Aqua Dragon dengan sangat yakin.
Tangan Bernard sudah bersiap hendak menampar air yang akan datang kepadanya.
"Gorilla bodoh. Yang ini berbeda dengan sebelumnya. Sekali kena, dagingmu akan langsung larut dengan air, tulangmu akan hancur berkeping-keping. Dengan kata lain, kau sudah tamat!" lanjut Aqua Dragon yang merasa puas.
Ia pun menyemburkan airnya. Semburan yang memang sangat kuat yang bahkan membuat air tersebut seperti gas atau uap karena saking cepat dan kuatnya arus air tersebut.
Dan karena jarak yang cukup dekat dan kecepatannya, Bernard tak sempat bereaksi apapun. Bahkan ketika semburan itu terbelah menjadi dua melewati sisi kiri dan kanannya, ia masih tak bereaksi. Baru setelah beberapa saat, ia terkejut karena aadar serangan naga itu terbelah melewatinya begitu saja. Ia juga baru sadar kalau area yang terlibas semburan itu rata dengan tanah. Pepohonan dan apapun itu yang berada di jalurnya tersapu bersih tanpa bekas.
"Apa!? Jangan bilang!!??" tukas Aqua Dragon melirik mencari Ring.
Dan ia pun akhirnya menemukannya. Ia menemukan Ring yang tampak berjongkok di sebelah tubuh Aruthor yang luka-lukanya tampak sudah hilang sambil memegang sebuah tombak bermata tiga yang bercahaya kebiruan. Itu artinya ia menemukan penyebab kegagalan serangan yang harusnya menurutnya akan membunuh Bernard itu.
Tapi Bernard sangat tajam. Melihat ada kesempatan, ia langsung mengepalkan tangan yang tadinya hendak digunakan menampar itu. Kemudian ia melompat ke depan dan bersiap memukul kepala sang naga lagi.
"[Rockbuster Firefist]!!!" ucap Bernard dengan keras.
Bernard melesatkan tinjunya ke arah Aqua Dragon. Tinju itu dilesatkan dengan sangat kuat dan menghasilkan api di permukaan kepalan tangan tersebut. Dan karena Aqua Dragon yang sebelumnya terfokus pada Ring, membuat reaksinya terlambat. Ia tidak sempat menyilangkan tangannya dan harus pasrah menerima pukulan tepat di sisi kiri wajahnya lagi, karena posisi wajahnya yang sedang menoleh ke arah Ring.
"Kenapa selalu di sana!!!???" protes Aqua Dragon dalam hatinya tepat saat wajahnya dipukul.
Bukan hanya itu, tepat ketika tinju itu menghantam wajah sang naga, terciptalah ledakan yang juga membentuk sebuah tinju. Kekuatan pukulan ditambah dengan efek ledakan, membuat tubuh sang naga terpental dan berputar beberapa kali di udara hingga akhirnya harus tersungkur di tanah.
"Apa sudah selesai?" tanya Bernard.
Namun tentu saja tidak begitu. Aqua Dragon lagi-lagi kembali bangkit. Tampak sisi kiri kepalanya masih mengeluarkan kepulan asap. Ia menoleh ke arah Bernard dengan tatapan penuh nafsu membunuh. Rasa marah dan geramnya sudah tak bisa dibendung lagi. Dan ketika kepulan asapnya sudah lenyap, nampaklah sisi kiri wajah Aqua Dragon yang tampak rusak. Sisiknya sudah terlepas, dan kulitnya sudah terkoyak. Memperlihatkan rahang bagian kirinya yang dipenuhi gigi-gigi besar nan tajam.
"`Let the wrath grasp my heart. For the power that shall not out. Explode the chest of mine with rage. And have it burn with all the hatred´" ujar Aqua Dragon dengan bahasa naga yang tentu Ring dan Bernard tak mengerti.
『Terkutuklah engkau, wahai anak Azul. Terkutuklah dengan amarah yang takkan padam. Jiwamu akan terbakar habis. Jiwamu takkan jadi apapun. Jiwamu akan jadi bahan bakar dari amarahmu hingga musnah tak bersisa. Sungguh perbuatan yang sia-sia.』
Terdengar suara dari langit yang menghentikan realita, hanya sang naga yang mampu mendengarnya. Suara yang agung. Suara dari malak {Jabbarail} yang menyampaikan pesan The Creator. Bersamaan dengan menghilangnya suara itu. Realita berjalan kembali, dan bukan realita sang naga. Karena kesadaran sang naga, kesadaran yang merupakan hadiah pada makhluk yang berakal telah ditukarkan dengan amarah dan kekuatan. Kesadaran untuk berpikir. Berpikir untuk memilih jalan menuju takdir, kini telah lenyap. Kini tingkatannya hanya setara monster. Monster yang untuk diburu dan dipanen material dari tubuhnya. Segala pilihan untuk memilih akhir baik atau buruk, untuk memilih hasil akhirat telah tiada. Ketika ia mati, ia hanya akan jadi bahan bakar neraka. Neraka yang jadi energi pohon dunia. Tak ada reinkarnasi maupun retribusi. Itulah takdir keturunan Azul, keturunan naga yang menyerahkan diri mereka pada 7 nafsu berdosa.
Karena kesadaran Aqua Dragon telah lenyap, maka tingkahnya saat ini serupa dengan monster tanpa kecerdasan.
"Rrrrrrraaaaaaaarrrrrrrggggghhhhh!!!" raung Aqua Dragon.
Bersamaan dengan raungan itu, langit berubah gelap. Awan mulai berkumpul di atasnya dan membentuk pusaran yang terlihat mengerikan. Perubahan cuaca yang tiba-tiba itu mampu terlihat dari ibukota kerajaan Üdine, Kashmyr. Malahan orang-orang kota itu terlihat mulai ketakutan dan buru-buru masuk ke rumah mereka masing-masing. Bahkan mereka yang sedang bekerja di tempat kerja mereka seperti di pantai, tambak, serta toko, langsung menutup toko atau tempat kerja mereka. Karena mereka mengerti, biasanya pusaran awan seperti itu adalah tanda badai besar.
"Suara gemuruh raungan apa itu tadi!?" ucap pendeta Alfred dengan suara lantangnya sambil duduk di bangku di depan kuil Aquoz.
"Entahlah. Apa pendeta yakin itu bukan suara perut pendeta?" tukas biarawati Lenys yang sedang menyapu halaman.
"Suara perutku mana mungkin sekeras itu!" tegas pendeta Alfred masih dengan suara lantang.
"Ya kali aja karena orangnya suaranya nyaring, perutnya juga nyaring. Seperti kata pepatah kan, tong kosong nyaring bunyinya" jelas biarawati Lenys.
"JADI KAU ANGGAP AKU INI TONG?! AKU YANG SLIM DAN SIXPACK INI!?" tukas pendeta Alfred lebih lantang.
"Mungkin saja" jawab biarawati Lenys dengan singkat.
"Seperti biasanya kalian ini berisik sekali. Aku sedang mengumpulkan informasi saat ini. Tolong jangan berisik" pinta pendeta Gündirk yang berdiri di tengah halaman.
Terlihat tubuhnya diselimuti cahaya hijau, dan tampak ada angin yang berkumpul di sekelilingnya membentuk pusaran.
"Kau sedang apa, Dirk?" tanya pendeta Alfred, tentu dengan suara lantangnya.
Pendeta Gündirk tidak menghiraukannya dan tetap berusaha konsentrasi dengan sihir pengumpul informasinya.
"Diirrrrrrk!! Kau sedang apa!?" tambah pendeta Alfred lebih lantang.
Sebuah urat mulai menonjol keluar di kening pendeta Gündirk. Namun ia tetap melanjutkan usahanya.
"Oi! Gündirk! Kau budek ya? Jawab aku woy!" lanjut pendeta Alfred semakin lantang dan semakin menjengkelkan.
Pendeta Gündirk menghela napasnya mencoba untuk tetap tenang.
"Kasihan banget, pasti itu adalah efek samping sihir pengumpul informasinya! Sebagai ganti informasi, dia pasti menukarkan kemampuan mendengarnya sedikit demi sedikit! Sungguh kasihan!!" sambung pendeta Alfred semakin menjadi-jadi.
Darah mulai naik dan berkumpul di kepala pendeta Gündirk, membuat wajahnya berwarna merah padam. Namun ia tetap memejamkan mata berkonsetrasi pada pekerjaannya saat ini.
Tanpa sepengetahuannya, pendeta Alfred menghampirinya dan berdiri tepat di sebelahnya. Ia juga mendekatkan mulutnya ke telinga.
"Tu-Wa! GÜN—" ucap pendeta Alfred yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena dipukul oleh pendeta Gündirk.
"Apa maksudmu melakukan itu, Alfred!?" protes pendeta Gündirk sambil menutup telinga kanannya yang pengang.
Pendeta Alfred yang dipukul dengan keras dibuat terpental melintasi pagar dan tersungkur di halaman depan kuilnya sendiri. Pendeta Alfred terlihat bangun lagi dengan cepat. Kemudian ia dengan buru-buru mendekat ke pagar pembatas antara kuilnya dengan kuil Windtar, namun kini ia tak menyeberang.
"Kenapa kau memukulku!?" protes pendeta Alfred.
"Masih bertanya kenapa aku memukulmu!? Jelas-jelas itu salahmu sendiri karena terus saja menggangguku meski aku sedang mencoba mengumpulkan informasi di sini!" gerutu pendeta Gündirk menjelaskan.
"Informasi apa memangnya? Apa itu lebih penting daripada situasi aneh saat ini? Lihatlah sekarang cuacanya aneh sekali. Sama sekali tidak alami!" tegas pendeta Alfred dengan lantang.
"Justru aku sekarang sedang mengumpulkan informasi tentang penyebab cuaca ini, dasar Alfred bodoh!" bentak pendeta Gündirk menegaskan.
"Kalau memang itu yang sedang kau lakukan, coba apa alasan cuaca bisa jadi seperti ini tiba-tiba!?" tanya pendeta Alfred dengan lantang.
"Kalau kau tidak menggangguku, aku pasti sudah tahu sejak tadi, sialan!" bentak pendeta Gündirk dengan kesal.
"Apa!? Jadi semua ini gara-gara aku!??" sahut pendeta Alfred terkejut dengan keras.
"Ya, semua gara-gara kamu!" tegas pendeta Gündirk.
"Baiklah kalau gitu! Aku akan diam sekarang!" ungkap pendeta Alfred.
"Baguslah!" sahut pendeta Gündirk.
Pendeta Gündirk kemudian kembali memejamkan matanya.
"[Whispe—]"
"Maaf ya!" ucap pendeta Alfred memotong perkataan pendeta Gündirk.
"[Whi—]"
"Kamu memaafkan aku kan, Dirk?" potong pendeta Alfred lagi.
"[W—]"
"Oy Di—"
Keduanya tak ada yang berhasil menyelesaikan perkataannya. Karena ketika pendeta Alfred hendak memotong perkataannya lagi, pendeta Gündirk menjadi geram dan langsung secara reflek melemparkan sandalnya ke kepala pendeta Alfred.
"Makan tuh sandal, dasar berisik!" bentak pendeta Gündirk.
Pendeta Alfred yang terkena lemparan sandal kayu itu langsung terjungkal ke belakang.
"Sepertinya pengganggunya sudah hilang. Saatnya melanjutkan mengumpulkan informasi. [Whispering Winds]" ujar pendeta Gündirk sambil memejamkan mata.
Angin kembali berkumpul dan berputar membentuk pusaran mengelilinginya.
"Apa? Ini gawat. Alfred! Kita harus—" ucap pendeta Gündirk yang terkejut kemudian dengan panik menoleh ke arah pendeta Alfred.
Namun kata-katanya terhenti setelah melihat pendeta Alfred yang tampak pingsan dan sedang mencoba diangkat dari belakang oleh biarawati Lenys. Melihat keadaan pendeta Alfred, pendeta Gündirk seketika langsung menghela napas dan memegang keningnya.
"Kenapa dia malah pingsan di keadaan genting seperti ini?" keluh pendeta Gündirk sambil geleng-geleng kepala.
****
"Rrrrrraaaaaaaarrrrrrggggghhhhhh!!!"
Aqua Dragon meraung dengan sangat keras. Suara yang saking kerasnya mampu menggetarkan bumi, dan menggelegar bergema di langit. Menciptakan gelombang kejut ringan yang mendorong udara disekitarnya menjadi angin yang sekilas meniup semua debu dan dedaunan baik yang di udara maupun yang di permukaaan tanah.
Bersamaan dengan raungan itu, tubuh sang naga tampak berevolusi. Sisik-sisiknya semakin mencuat tajam dan membesar dan lalu muncul sisik baru yang berwarna hijau gelap, berbeda dengan sisik sebelumnya yang berwarna biru muda. Lalu motif retakan di tulang selangkanya juga terbungkus dan memunculkan tonjolan layaknya sebuat pelat pelindung dada dengan kristal berwarna biru bercampur warna hijau. Kuku-kukunya menjadi semakin tajam, begitu pula dengan gigi-giginya yang semakin membesar. Tanduknya bercabang dan berbelok melekuk ke arah yang berlainan dengan lekukan tanduknya yang sebelumnya. Luka di sisi kiri kepalanya pun tampak tertutup kembali oleh daging baru dan pulih seperti sedia kala. Begitu pula dengan sayapnya yang sebelumnya telah terpotong, kini tumbuh kembali bahkan dengan wujud yang lebih mengerikan.
"Apa itu!? Naga itu berevolusi? Terlebih lagi, semua lukanya pulih kembali!? Kau pasti bercanda!" tukas Ring tak percaya dengan yang dilihatnya saat ini.
"Ini bagus! Sepertinya aku bisa bertarung mati-matian kali ini! Aku tak perlu menahan diri lagi! Hahahaha!!" ungkap Bernard yang malah terlihat gembira dan puas.
Aruthor yang mendengar suara keras perlahan mulai kembali sadar.
"Su...ara apa itu?" ucapnya sambil pelan-pelan membuka matanya.
Ketika matanya terbuka, yang pertama terlihat adalah wajah panik dan gelisah Ring yang memang sedang berlutut setengah berjongkok di depannya. Melihat wajah cemas Ring yang menatap ke arah kirinya seakan sedang melihat sebuah bencana mengerikan itu, membuat Aruthor ikut menoleh ke arah yang sama dengan Ring untuk mengetahui yang sebenarnya sedang dilihat oleh Ring.
"A—apa yang terjadi!? Kenapa naga itu jadi semakin mengerikan!!??" ucap Aruthor yang kini tahu alasan Ring begitu gelisah dan ikut syok melihat wujud Aqua Dragon saat ini.
"Oh, anda sudah sadar, pangeran. Seperti yang ada lihat, naga itu kini berevolusi menjadi wujud yang lebih mengerikan" jelas Ring menoleh ke arah Aruthor.
"Dan kenapa bisa begitu!?" tanya Aruthor dengan panik.
"Se—sebenarnya aku dan paman itu sudah berhasil memojokkannya. Tapi sepertinya karena itu lah naga itu akhirnya memutuskan untuk berubah ke bentuk yang lebih kuat" ungkap Ring menjelaskan sambil melirik menghindari tatapan Aruthor.
"Paman itu?" sahut Aruthor sambil melihat ke arah yang ditunjuk telunjuk Ring.
Dan ia pun melihat Bernard yang tampak sudah memukul-mukulkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri karena sudah tak sabar untuk segera bertarung.
"Siapa paman itu?" tanya Aruthor.
"Entahlah. Dia bilang namanya Bernard Banardy. Tapi aku tak mengenalnya sama sekali" jawab Ring.
"Bernard Banardy? Nama yang asing" sahut Aruthor.
"Roaaaaaagghhh!!!" raung Aqua Dragon itu lagi, kali ini diarahkan langsung ke arah Bernard dan Ring, serta Aruthor.
Raungan itu membuat Ring, Aruthor dan juga Bernard menjadi waspada. Aqua Dragon itu pun melompat dan terbang kemudian membuka mulutnya lebar mengambil napas yang panjang. Kristal di dadanya bersinar hijau dan biru berdampingan.
"Firasatku buruk tentang ini. Ayo kita pergi dari sini, pangeran!" ajak Ring sambil merangkul tubuh Aruthor, dan kemudian melesat pergi dengan cepat.
Beberapa saat setelahnya, Aqua Dragon itu langsung meniupkan napasnya. Ia menyemburkan semburan air terkompresi angin yang membentuk sebuah peluru angin dan air yang berpusaran kecepatan tinggi. Atau kita sebut saja sebagai Storm Bullet alias peluru badai.
"[Power Slap]!" ucap Bernard mencoba menampar peluru badai itu.
Bernard benar-benar menampar Storm Bullet tersebut, dan yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang di luar dugaan. Telapak tangan Bernard yang menabrak Storm Bullet itu tertekan, terkikis, dan pecah memuncratkan darah. Namun tak berhenti di situ, pakaiannya hancur terkoyak, kulitnya tersayat-sayat, dan ia sama sekali tak bisa bereaksi apapun karena semua itu terjadi hanya sekejap mata.
"A—" hanya itu kata yang sempat keluar ketika sadar pembuluh darah di telapak tangannya pecah tepat saat menyentuh peluru badai.
Dari sisi Ring, tampaklah kecepatan sebenarnya peluru badai itu. Peluru itu melesat dengan kecepatan yang sukar dilihat oleh mata. Bahkan ketika ditembakkan, yang tampak hanya seolah segala yang dihadapannya sudah musnah menjadi potongan kecil, dan terlempar ke segala arah. Daerah hutan sepanjang garis serangan sejauh 20 kilometer, kini rata dengan tanah. Meski untungnya tak ada pemukiman yang ada dijalur serangan itu, dan sebagian besar yang ada di jarak garis serangan adalah wilayah laut.
"Wah! Serangan biasanya saja setara dengan Ultimate Breath nya yang sebelumnya. Bagaimana coba cara aku menghadapinya kalau gitu!" gerutu Ring dalam hatinya.
Aqua Dragon kini menoleh ke arah Ring yang ia lihat sedang mencoba kabur. Aqua Dragon mulai membentangkan sayapnya dan kemudian terbang ke atas langit sebelum akhirnya kembali menukik dan berbelok ke arah Ring dengan kecepatan yang mengerikan.
Hanya butuh waktu beberapa detik agar Aqua Dragon bisa mengejarnya dan akhirnya berhasil mencegat Ring, memaksanya untuk berhenti. Aqua Dragon bersiap untuk menembakkan Storm Bullet lagi.
"[Hyper Impact Dropkick]!!!"
Sesosok siluet merah melesat dengan sangat cepat dan kemudian melontarkan dirinya ke arah Aqua Dragon dan menabraknya dengan sangat keras. Dan untungnya tabrakannya itu berhasil mendorong tubuh Aqua Dragon ke belakang dan membuat kepalanya menunduk. Alhasil Storm Bullet nya jadi tertembak ke bawah manghantam tanah.
"Aarrgghh!!!" jerit sosok itu.
Karena rupanya sebuah ledakan tercipta akibat hantaman peluru badai tersebut dengan tanah. Ledakan yang menghamburkan tanah ke segala arah dengan kecepatan yang menakutkan. Ledakan itu terjadi tepat di depan sosok merah itu sehingga ia tertelan ke dalam ledakan. Sementara Ring dan Aruthor yang agak jauh berhasil menghindari dampaknya dengan perisai air. Meski hasilnya, perisai air itu mesti pecah dan hancur sebagai gantinya. Sekilas, terlihat sosok merah itu terlempar lewat di sebelah mereka.
"Apa!? Siapa itu barusan?" ucap Ring menoleh.
Namun saat menoleh, tiba-tiba sebuah cakar besar mengayun ke arahnya. Cakar itu pun berhasil menghantamnya. Tubuh Ring dan Aruthor terdorong di telapak tangan cakar itu dengan kuat sebelum akhirnya terlempar ke arah dorongan yang diterima mereka. Tubuh mereka terlempar dan menghantam tanah dengan sangat keras. Ring dan Aruthor memuntahkan darah dan tubuh mereka pun terguling-guling sebelum akhirnya berhenti setelah beberapa meter.
"[Major Heal][Major Heal]" ucap Ring dengan sigap langsung merapalkan sihir penyembuhan ketika masih sempat.
Ring menyembuhkan dirinya dan Aruthor dengan penyembuhan tingkat tinggi supaya diri mereka berdua langsung pulih. Mereka berdua pun langsung bangkit lagi. Dan tampak Aruthor langsung mengambil sebuah ranting kayu untuk digunakan sebagai pedangnya.
"Naga itu jadi lebih mengerikan dibandingkan sebelumnya. Bagaimana ini? Saat ini ‹mana› sudah mulai menipis akibat mesti mengaktivasi ‹Grand Magic› 2 kali" gerutu Ring dalam benaknya sambil mencoba kembali berdiri.
Tak jauh dari mereka, terlihat tubuh seorang laki-laki yang tak berpakaian sama sekali alias telanjang tampak tergeletak berlumuran darah.
"Apa itu… Bernard!? Itu Bernard kan? Dia pasti sangat tahan banting hingga bisa selamat meski telah terkena serangan semacam itu sebanyak dua kali, yang bahkan salah satunya adalah serangan langsung. Mungkin aku bisa menggunakan bantuannya" gumam Ring dalam hatinya.
"[Major Heal]" ucap Ring merapalkan sihir penyembuh ke tubuh laki-laki itu.
Luka-luka di tubuh Bernard pun seketika sembuh, dan hanya menyisakan darah yang menempel di kulitnya. Sehingga sekilas mungkin tak terlihat ada yang berbeda dari tubuhnya. Namun tampak Bernard langsung melompat bangkit dan menapak di atas kedua kakinya. Bernard berdiri dengan keadaan segar bugar.
"Ada apa ini? Aku merasa baik lagi! Aku merasa kembali segar! Apa ini anugerah The Creator!?" ujar Bernard sambil memeriksa dan merasakan keadaan tubuhnya.
Aqua Dragon terlihat keluar dari asap debu. Ia melangkah dengan santai mendekat ke ketiga orang yang menjadi lawannya itu. Setelah melihat ketiga lawan yang mestinya sudah tak berdaya itu kini masih sehat wal afiat, Aqua Dragon itu langsung meraung karena marah.
Aqua Dragon itu mecoba menghantam Bernard dengan cakarnya. Namun Ring dengan cekatan memunculkan air dengan jumlah banyak yang dikumpulkan dari udara sekitarnya, kemudian ia mengalirkannya ke arah sang naga. Aliran berarus sangat kuat dan akhirnya menyapu kedua kaki sang naga dan membuatnya jatuh karena kehilangan ke seimbangan. Alhasil serangan Aqua Dragon tak berhasil mengenai Bernard karena terbelokkan.
Bernard memanfaatkan itu untuk buru-buru menghampiri ekor sang naga. Ia kemudian memeluk ekor itu dengan kuat, mengangkatnya lalu menariknya. Ia membawa ekor itu berputar yang tentu saja membuat tubuh besar sang naga ikut berputar-putar.
"[Hyper Swing Overthrow]!!!" pekik Bernard.
Bernard melemparkan tubuh besar sang naga itu setelah diputar-putar dengan cepat terlebih dahulu. Tubuh Aqua Dragon itu terlempar dengan sangat kuat, menembus lebatnya hutan sejauh 5 kilometer sebelum akhirnya jatuh ke jurang menuju ke permukaan air laut dan lalu tercebur ke dalamnya.
"He—hebat! Dia masih menyembunyikan kekuatan sebesar itu? Apa dia itu monster?" komentar Ring yang terkejut melihatnya.
"Hahahaha! Hahahahahahahaha!"
Bernard tertawa riang dan lalu mengejar tubuh Aqua Dragon yang dilemparnya.
"Dikejar!? Apa dia sudah gila!?" komentar Ring lagi makin terkejut.
"Apa kita juga akan mengejarnya mengikuti paman itu?" tanya Aruthor.
"Kita tak punya pilihan lain. Jika kita lari, ada kemungkinan naga itu akan mencari kumpulan manusia yang bisa saja itu adalah sebuah kota, lalu menghancurkannya untuk melampiaskan amarahnya kepada kita" jawab Ring.
"Jadi kita akan mengejarnya?" terka Aruthor.
"Ya" sahut Ring.
Ring kemudian kembali mendekap Aruthor dan membawanya melesat dengan sihirnya yaitu pusaran air yang menyelimuti kaki hingga ke pinggul, yang kemudian menyempot menciptakan semacam jet air.
"Pangeran, apa anda bisa menggunakan Lightblade anda?" tanya Ring.
"Tak tahu. Aku tak punya pedangku, dan hanya punya ini" jawab Aruthor sambil menunjuk ranting kayu di tangannya.
Ring melihat ke arah ranting kayu itu sekilas dengan melirikkan matanya secara cepat.
"Secara teori mestinya Pangeran bisa menggunakan itu untuk menggunakan sihir. Hanya saja mungkin ketahanannya akan habis dan akan hancur setelah dipakai" jelas Ring.
"Kalau gitu, hanya sekali pakai ya?" ujar Aruthor sambil memperhatikan ranting di tangannya.
Jauh di depan, Bernard tanpa ragu sedikit pun langsung saja melompat terjun bebas dari atas tebing ke dalam jurang.
"Cepatnya! Dia sudah sampai saja di sana!" komentar Ring dalam hati yang dibuat kaget oleh kecepatan Bernard yang di luar nalar.
Tapi beberapa saat kemudian sebuah ledakan air terjadi, dan tubuh Bernard terlempar ke udara cukup tinggi dan berakhir kembali di atas tebing tempat ia melompat sebelumnya.
"Dasar bodoh! Apa dia lupa kalau yang ia hadapi adalah seekor naga yang bisa menyerang dari jarak jauh!?" komentar Ring lagi.
Sosok Aqua Dragon tiba-tiba muncul dan terbang melayang di pinggir tebing. Sosoknya yang terbang sambil membentangkan sayapnya lebar-lebar dan menatap langsung ke Bernard benar-benar terlihat menakutkan.
"Pangeran Aruthor! Segera bersiaplah untuk menggunakan Lightblade!" pinta Ring yang tampak juga mempersiapkan sesuatu.
Itu terlihat dari di sekitarnya, terlihat ada beberapa bola air yang terbang bersamanya dengan kecepatan yang setara sehingga mereka terlihat terus berada di sekelilingnya.
"Baik!" sahut Aruthor sambil menggenggam kuat ranting kayunya.
Ring menghentikan laju terbangnya dan menurunkan tubuh Aruthor. Bersamaan dengan berhentinya ia, semua bola air yang terbang bersama Ring tetap melaju dan kini mereka melesat ke arah Aqua Dragon.
"[Heal]" ucap Ring menyembuhkan Bernard.
Kemudian Ring kembali terbang melesat ke arah sang naga air. Mendapatkan penyembuhan, Bernard bangkit kembali. Lalu ia juga ikut berlari menghampiri Aqua Dragon yang saat itu terkena semua tembakan bola air Ring, meski serangan tersebut tak berpengaruh sedikit pun pada tubuhnya.
Ring yang terbang dengan kecepatan tinggi, kemudian berbelok ke atas menyambukkan air yang berpusaran menyelimuti kakinya itu ke Aqua Dragon. Itu adalah cambukkan yang sangat kuat, ditambah dengan gaya momentum dari laju Ring, dan kekuatan pusaran air yang ditingkatkan sesaat sebelum dicambukkan, membuat cambuk air itu jadi lebih mematikan. Cambuk air itu menghantam tubuh Aqua Dragon mendorongnya dengan kuat ke belakang.
Sambil airnya menghantam tubuh Aqua Dragon, Ring lewat di belakang tubuh sang naga air itu setelah sekali bersalto di udara bermanuver layaknya orang yang sedang melakukan loncat indah.
Bersamaan dengan tubuh Aqua Dragon terhantam cambuk air Ring, dari depan Bernard datang dengan kecepatan penuh.
"[Hyper Impact Dropkick]!!!" pekik Bernard.
Bernard pun menendang dada Aqua Dragon dengan kedua kakinya. Menambah daya dorong sebelumnya yang diakibatkan oleh cambukkan air Ring.
Tubuh Aqua Dragon terus terdorong ke belakang.
Sementara itu, Ring yang jatuh dengan indah kemudian berbalik dan membelakangi permukaan air laut. Kemudian ia mengarahkan tongkatnya ke arah tubuh Aqua Dragon. Seketika air mematuhi keinginannya. Yaitu menyembur dengan kuat ke arah tubuh Aqua Dragon dan semakin mendorongnya ke belakang.
Melihat kalau itu gilirannya, Aruthor lalu mengangkat "pedang" ranting kayunya tinggi-tinggi ke atas. Ia menghirup napas kemudian menghembuskannya. Ia mencoba merasakan aliran ‹mana› dalam dirinya. Kemudian ia mengalirkan ‹mana› itu ke ranting kayu tersebut dan mulai membayangkan ranting kayu tersebut mulai terselimuti cahaya.
"[Lightblaaaaaaaaaaaaaaaaaade]!!!" pekik Aruthor.
Ranting kayu itu mulai mengeluarkan cahaya kuning keemasan yang menyilaukan. Semakin lama semakin terang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa…!!!" lanjut Aruthor sambil dengan sekuat tenaga mengayunkan ranting kayu di tangannya yang telah berubah menjadi pedang cahaya itu secara vertikal lurus ke bawah.
Tepat saat ranting itu terayun penuh ke bawah, cahaya di ranting itu melesat menjadi sabit cahaya. Lalu sabit cahaya itu mengarah langsung ke Aqua Dragon. Terlihat Aqua Dragon kesulitan bereaksi karena telah mendapatkan serangan beruntun, sehingga ia tak punya waktu untuk merespon karena refleknya masih mencoba bereaksi pada serangan sebelumnya.
"Kena! Kali ini tubuhmu akan terbelah dua! Serangan tipe cahaya adalah serangan one-hit kill" pikir Ring yang yakin sudah menang.
Tubuh Aqua Dragon pun terhantam sabit cahaya yang dilesatkan Aruthor itu.
"Apa!?" ucap Ring terkejut.
Tentu saja keterkejutan Ring itu bisa dimaklumi, itu karena sabit cahaya itu menghantam tubuh Aqua Dragon dan bukan membelahnya. Yang artinya itu tak jadi one-hit kill atau serangan sekali mati. Hasilnya hanya mementalkan tubuh Aqua Dragon dengan kuat ke belakang. Dan sabit itu pun hancur setelah membentur tubuh sang naga air itu.
Tubuh Ring dan Bernard pun jatuh ke laut. Sementara Aruthor masih berdiri sambil memegang ranting kayunya yang terlihat hanya tersisa bagian yang digenggam tangannya saja dan sisanya tampak lenyap dengan bekas hangus di bagian terputusnya.
Tampak bagian tubuh Aqua Dragon yang terhantam serangan Aruthor itu mengeluarkan uap. Namun tak ada tanda-tanda luka sedikit pun. Aqua Dragon itu kembali meraung dengan keras bertambah marah. Kristal di dadanya kembali bercahaya. Ia bersiap menembakkan Storm Bullet nya sekali lagi.
Itu adalah tanda bahaya bagi Aruthor yang kini menjadi satu-satunya yang berhadapan langsung dengan Aqua Dragon.
"Ba—ba—ba—bagaimana sekarang? Aku harus bagaimana?" tanya Aruthor kebingungan dan panik.
Ring yang sedang berada di dalam air buru-buru melaju ke permukaan. Ia menggunakan pengendalian airnya untuk melesat ke permukaan dengan cara yang sama dengan yang ia gunakan untuk terbang. Tanpa menunggu lama, ia berhasil keluar dan melihat naga sudah siap untuk menembak.
"Celaka! Aku tidak akan sempat!" keluh Ring mencoba melesat secepat yang ia bisa.
Namun sang naga itu sudah menembakkan Storm Bullet nya.
Ring berusaha menghentikannya dengan mengendalikan air di Storm Bullet tersebut. Namun tentu saja hanya air yang bisa ia singkirkan dari Storm Bullet itu. Tidak dengan anginnya. Angin sisa dari Storm Bullet itu terus melaju ke arah Aruthor bisa bereaksi karena kecepatan peluru tersebut yang diluar nalar.
"Oh The Creator, apa aku telah salah mengajaknya keluar berburu monster ketika dia masih belum siap? Apa dia akan mati gara-gara aku? Oh The Creator, tolonglah hambamu ini dan selamatkanlah dia" doa Ring dalam hati ketika semuanya seperti bergerak lambat baginya karena kemampuan pikiran kecepatan tingginya.
Aruthor hanya terdiam tanpa bergerak sedikit pun. Meski mencoba bergerak pun semuanya takkan sempat. Ia akhirnya hanya bisa pasrah.
Tapi tiba-tiba dari samping melesat sosok hitam merah. Sosok itu berhenti di depan Aruthor. Kemudian sambil mengarahkan magic wand atau tongkat sihir pendeknya ke depan, laki-laki berambut merah panjang itu tersenyum.
"[Explosion]" ucapnya dengan santai.
Dan tiba-tiba saja terlihat oleh Ring kalau telah terjadi sebuah ledakan di tempat Aruthor berdiri saat ini.
****