Chapter 14

The Witch and The Prince (part 7)

Di dalam air, Bernard dan Ring sedang mengejar Aqua Dragon yang mencoba untuk kabur. Berbeda dengan Ring yang melesat di dalam air dengan sihir airnya, Bernard murni bergerak di dalam air dengan berenang. Namun meski begitu, kecepatan gerak mereka bisa dikatakan setara.

Mereka berdua bergerak dan terus mencoba untuk mengejar Aqua Dragon yang terus berenang semakin dalam.

"Ini takkan ada habisnya. Malahan mungkin kami yang akan dirugikan kalau dia berenang makin jauh ke dasar lautan yang gelap itu. Aku harus segera menariknya" pikir Ring lalu berhenti meluncur dan mulai mengacungkan tongkatnya ke arah Aqua Dragon yang kabur.

"Kembali lah kemari!" pekik Ring dalam hatinya.

Sementara itu, Bernard menambah kecepatannya saat sadar Ring berhenti dan berniat untuk melakukan sesuatu pada Aqua Dragon.

Air di sekitar Aqua Dragon terlihat memadat, dan mereka menekan ke tubuh Aqua Dragon. Namun dengan kekuatan tubuhnya, Aqua Dragon mampu memaksa menghancurkan tekanan air tersebut dan berhasil kembali melaju.

Akan tetapi, akibat tubuh Aqua Dragon yang berhenti sesaat akibat tekanan air tadi, itu sudah cukup untuk Bernard bisa meraih ekor Aqua Dragon. Bernard akhirnya menarik Aqua Dragon itu dengan mudahnya dan mengayun-ayun tubuh kadal bersayap itu berputar di dalam air. Kemudian Bernard melepasnya, melempar Aqua Dragon itu ke arah Ring.

"Dia melemparnya kemari!?" ucap Ring terkejut.

Ring mengarahkan tongkatnya ke arah Aqua Dragon yang terlempar ke arahnya. Lalu ia mengayunkan tongkatnya itu diagonal ke kanan atas, menunjuk ke permukaan air.

Tubuh Aqua Dragon itu pun terselubungi oleh arus kuat pusaran air dan itu mempercepat laju tubuh Aqua Dragon tersebut di dalam air. Pusaran air itu membawa tubuh Aqua Dragon itu searah dengan ayunan tongkat Ring. Tubuh Aqua Dragon itu dibuat tak berdaya dan pasrah dibawa ke permukaan.

[ "Sepertinya mereka berhasil untuk membawanya kembali keluar dari air." ]

"Maksudnya?" sahut Leivan bingung.

[ "Masih nanya maksudnya! Kan sudah kubilang, mereka berhasil membawanya keluar dari dalam air, hero lemot!" ]

Tepat setelah Vulcan mengatakan itu, tubuh Aqua Dragon terlempar keluar dari dalam air. Tubuh Aqua Dragon itu terus naik dan terbawa oleh pilar pusaran air.

[ "Ini kesempatan kita! Ayo kita kejar!" ]

"Baik!" sahut Leivan.

Leivan kemudian terbang untuk mengejar tubuh Aqua Dragon yang dibawa oleh pilar pusaran air tepat ke arah kota.

[ "[Burst Mode] [Barrage Compressed Fire Ball]!" ]

Vulcan menembaki tubuh Aqua Dragon itu lagi dengan hujanan laser secara beruntun.

Di waktu yang sama, di arah kota, tepatnya di pesisir pantai, Baluztar dan Aruthor sedang berdiri menyaksikan hal itu.

"Guru, ini aku yang salah lihat atau memang naga itu menuju kemari?" tanya Aruthor.

"Tidak, kamu tidak salah lihat. Aqua Dragon itu memang menuju ke sini" jawab Baluztar dengan wajahnya tampak meneteskan keringat.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana, guru?" tanya Aruthor menoleh ke arah Baluztar di sebelahnya.

"Kita tak punya pilihan lain selain kita harus menghadapinya, kan" balas Baluztar tanpa ragu.

Ia mengambil pedang besar di punggungnya dan kemudian berpose siap bertarung.

"Yang Mulia ratu menyuruh kami untuk berkerja sama, tapi bagaimana caranya aku berkerja sama dengan Yang Mulia pangeran?" pikir Baluztar yang bingung.

Aqua Dragon itu terus mendekat ke arah mereka berdua.

"Tidak, aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Aku hanya perlu menebas segala yang ada di depanku! Hiaaaaa!!!" pekik Baluztar lalu melompat.

Itu adalah sebuah lompatan yang kuat yang meski hanya dengan sekali hentakan, tubuh Baluztar langsung melesat cepat ke arah Aqua Dragon.

Semakin jauh dari pengendali pusaran air, yaitu Ring, akhirnya pusaran air itu semakin melemah dan hal itu dimanfaatkan oleh sang Aqua Dragon untuk melepaskan dirinya. Dengan sekali hempasan sayapnya, pusaran itu mampu dihancurkannya. Ia pun berbalik ke arah kota dan mendapati Baluztar melesat ke arahnya. Aqua Dragon itu meraung dengan keras ke arah Baluztar membuat Baluztar terkejut dan sedikit gemetar.

"Vulcan, halau niatnya!" suruh Leivan.

[ "Aku tahu! Kau berisik sekali, bocah![Giga Fire Ball]!!!" ]

Vulcan menciptakan sebuah bola api raksasa yang berukuran diameter sekitar 45 meter dan bola api itu kini melesat ke arah sang Aqua Dragon. Aqua Dragon dengan nalurinya menyadari bahaya di belakangnya. Ia pun berbalik dan mengabaikan Baluztar untuk mengantisipasi bahaya yang ia anggap lebih besar.

Aqua Dragon itu meraung ke arah bola api. Sayapnya direntangkan lebar-lebar dan dari kedua pasang sayapnya itu terlihat 4 pusaran angin tercipta. Pusaran angin itu kemudian disatukan di tengah di depan mulut yang juga menciptakan pusaran air dan keduanya pun bersatu menjadi sebuah pusaran badai raksasa.

Bersamaan dengan suara raungan, bola pusaran badai raksasa itu pun ditembakkan ke arah bola api raksasa yang melaju ke arahnya.

"Aku merasakan firasat buruk" ungkap Leivan.

[ "Turuti firasatmu itu, kita pergi dari sini! Cepat!" ]

"Ba—baiklah" sahut Leivan.

Menuruti saran Vulcan, Leivan pun segera terbang menjauh dari tempatnya berada saat ini. Leivan terbang secepat yang ia bisa.

Dan benar saja, firasatnya itu rupanya tepat. Bola api raksasa yang ditembakkan oleh Vulcan lenyap bagaikan hanya sekedar api lilin yang ditiup. Melihat hal itu Leivan langsung bergidik ngeri dan wajahnya langsung pucat dan berkeringat dingin. Dan bukan hanya bola apinya, nampak awan pun juga lenyap membuat langit seketika bersih dari awan. Dan awan yang berada di luar jalur tembakan tampak terdorong menjauh.

"Ini hanya perasaanku, atau memang Aqua Dragon itu semakin kuat?" tanya Leivan dengan gemetaran.

[ "Itu artinya Aqua Dragon ini bukan Aqua Dragon biasa. Bisa jadi dia termasuk dalam keturunan naga bangsawan." ]

"Tunggu, kalau begitu bukankah ini artinya kita berada dalam masalah?" tukas Leivan.

[ "Yang berada dalam masalah itu kamu, bukan aku." ]

"B—benar juga sih" sahut Leivan dengan senyum kecut.

Sementara itu, Baluztar kini sudah berada di permukaan air, berenang-renang mencoba kembali ke pesisir pantai. Namun terlihat ia agak kesulitan, itu dikarenakan ia berenang sambil membawa pedang besarnya.

"Apa aku coba lepaskan saja ya? Tidak, ini adalah pusaka kerajaan. Aku tidak boleh meninggalkannya begitu saja" pikir Baluztar tetap berusaha berenang sambil membawa pedang itu.

Aqua Dragon itu meraung kembali. Itu adalah sebuah raungan yang menggelegar. Lalu setelah meraung, Aqua Dragon itu langsung terbang melesat ke arah kota.

"Gawat! Sekarang naga itu mulai mengincar kota!" ucap Baluztar.

Aqua Dragon itu terbang dengan sangat cepat, dan hanya butuh beberapa detik untuk ia sampai di atas kota pesisir pantai itu.

"Bahaya! Evakuasinya masih belum selesai! A—aku harus melakukan sesuatu!" gerutu Aruthor yang terlihat panik.

Aqua Dragon itu meraung dengan keras, menebar terror di atas ibukota kerajaan Üdine itu. Suara raungan itu terdengar ke berbagai penjuru, menciptakan kepanikan massal kepada semua warga kota. Alhasil, evakuasi yang tadinya berjalan lancar kini menjadi kacau karena orang-orang yang berlarian ke segala arah tak terkendali. Mereka mencoba melarikan diri, namun rasa panik dan takut mereka telah menghancurkan akal sehat mereka dan membuat mereka lari tak tentu arah.

Di istananya nampak ratu Nurolia juga memperhatikan kekacauan itu dari balkon.

"Sekarang aku harus bagaimana? Wahai The Creator of All Creation, berikanlah aku petunjuk" ucap ratu Nurolia berdo'a.

Dari belakangnya, sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya. Nurolia menoleh dan melihat seorang anak berambut hitam sedang menatap ke arahnya dengan tatapan cemas.

"Ada apa?" tanya ratu Nurolia kepada anak itu.

Anak itu menggelengkan kepalanya sambil melepaskan genggamannya ke pergelangan tangan ratu Nurolia.

Anak berambut hitam itu pun mengusap rambutnya ke belakang, menunjukkan wajahnya. Mata peraknya nampak sedikit bersinar lebih terang karena memantulkan cahaya di sekitar akibat tak terhalang lagi oleh rambutnya. Ia membuka telapak tangan kanannya di depannya. Dan sebuah buku putih bercahaya muncul di atas telapak tangan itu.

「Apa ada yang bisa kami bantu, "The One Who Have Guidance"?」

"Tunjukan jalan aman menuju ke kota" pinta anak itu.

「Semua jalan aman.」

"Bagitu ya? Bagus" sahut anak itu memanjat ke pagai balkon.

"Tu—tunggu, kamu mau apa?" tanya ratu Nurolia menangkap lengan anak itu.

"Aku akan mencoba berbicara dengan kadal bersayap itu" jawab anak itu.

"Tidak, tidak boleh! Itu berbahaya!" tegur ratu Nurolia.

"Membiarkannya tetap mengamuk jauh lebih berbahaya" jawab anak itu.

"Tapi, aku tak bisa membiarkanmu pergi! Maaf, tapi kamu harus tetap di sini!" tegas ratu Nurolia menarik tangan anak itu lalu mendekap tubuhnya erat-erat.

Tubuh anak itu dipeluk erat dan wajahnya pun terbenam antara gundukan payudara ratu Nurolia yang berukuran besar dan tentu itu membuatnya kesulitan bernapas. Anak itu pun menepuk-nepuk punggung ratu Nurolia memberi isyarat minta dilepaskan karena ia merasa sesak.

"Maafkan aku, aku takkan membiarkanmu pergi ke tempat berbahaya itu!" tegas ratu Nurolia salah paham maksud isyarat itu.

Hingga akhirnya tubuh anak itu pun lemas tak sadarkan diri.

"Ya, kembalilah tidur. Aku akan membawamu kembali ke kamar. Kamu akan aman di sana" lanjut ratu Nurolia kemudian menggendong tubuh anak itu masuk.

Di saat yang sama, Aruthor berlari menuju ke pusat kota. Ia mencoba untuk menghampiri Aqua Dragon untuk menghadapinya. Sekian lama berlari, Aruthor akhirnya sampai di pusat kota. Ia bersembunyi di balik dinding bangunan dan mengintip ke arah Aqua Dragon yang sedang bertengger di atas sebuah atap mansion milik seorang bangsawan tertentu.

Aqua Dragon terlihat hanya sedang bernapas. Namun bagi seorang naga bernapas adalah mengumpulkan energi. Jadi dengan kata lain, Aqua Dragon saat ini sedang mengisi ulang energinya yang sudah banyak terpakai.

"Apa dia sudah mulai kelelahan? Daritadi dia hanya ngos-ngosan saja. Kalau begitu, ini adalah kesempatanku!" tegas Aruthor.

Aruthor mulai mencari benda di sekitarnya yang bisa ia gunakan sebagai senjata. Dan kebetulan ia menemukan sebilah pedang yang tergeletak di jalan. Aruthor segera berlari untuk mengambil pedang itu sambil mencoba merendahkan tubuhnya supaya tak disadari oleh sang naga.

Namun sepertinya itu percobaan yang sia-sia, karena dari tempat tinggi seperti posisi Aqua Dragon saat ini, gerak-gerik Aruthor tentu terlihat sangat jelas bagaikan tikus hitam di ruangan serba putih.

Alhasil, Aqua Dragon itu meraung ke arah Aruthor.

Aruthor pun tentu saja langsung jatuh terduduk di lantai batu jalanan. Tubuhnya gemetara dan wajahnya pucat menatap Aqua Dragon yang bertengger di atas atap mansion itu yang nampak sudah merentangkan 2 pasang sayapnya.

Hembusan angin dari gelombang kejut itu meniup semua dedaunan, sampah, dan debu tanah. Pohon dibuat doyong dan atap genting bangunan terlepas. Pemandangan itu terlihat sangat mengintimidasi bagi siapapun yang melihatnya.

Dan salah satunya adalah Aruthor, yang saat ini masih terduduk dan tak bisa bergerak karena terlalu ketakutan.

"Apa yang kamu lakukan dengan diam di sana!? Menyingkirlah!" teriak seseorang dari belakang.

Tiba-tiba sebuah pusaran air melesat menembak ke arah Aqua Dragon. Aqua Dragon menembakkan peluru angin dan menghancurkan pusaran air itu dengan mudah. Benturan keduanya menciptakan hujan singkat di tempat tersebut disertai dengan kabut. Hasilnya, pandangan Aqua Dragon tertutup oleh kabut meski hanya untuk beberapa saat.

Sesosok manusia kemudian menyambar tubuh Aruthor dan membawanya melesat pergi menjauh dari tempat itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya orang itu yang ternyata adalah Ring Valion.

"Nona Ring!?" sahut Aruthor terkejut.

"Kenapa kamu ada di sana tadi?" tanya Ring.

"Ibuku menyuruhku untuk menghadapi naga itu bersama guru Würgar" jawab Aruthor.

"Apa ibumu sudah gila! Kenapa ia menyuruh anaknya untuk melakukan hal berbahaya semacam itu!?" protes Ring.

"Nona Ring, kita mau kemana?" tanya Aruthor.

"Kita kembali ke istana. Dari sana kita akan memiliki posisi yang lebih bagus untuk menghadapi naga itu" jelas Ring.

"Tapi di sana ada ibu!" ucap Aruthor.

"Pers•t•n, dengan ibumu! Kita harus mengutamakan keselamatan kotanya" pekik Ring sambil menambah kecepatan terbangnya.

Ring dan Aruthor pun melesat ke arah istana dengan kecepatan tinggi. Menyadari lawannya mencoba kabur darinya, Aqua Dragon itu pun kemudian terbang mengejar Ring dan Aruthor.

"Nona Ring, kita dikejar!" ungkap Aruthor.

"Bagus! Memang itu tujuanku!" tegas Ring.

Tak perlu waktu lama, mereka pun sampai di halaman istana. Ring berhenti di sana dan meletakan Aruthor di sana. Tak lama kemudian, Aqua Dragon juga sudah sampai dan bertengger di atas dinding gerbang benteng istana.

Aqua Dragon itu meraung ke arah Ring dan Aruthor, membuat tubuh mereka berdua bergetar hebat.

"Aku mulai terpengaruh oleh raungannya. Itu artinya mana-ku hampir habis" pikir Ring yang menyadari kondisi dirinya saat ini.

Dari dalam kamarnya, ratu Nurolia mendengar raungan itu. Dengan segera ia membuka tirai jendelanya dan terkejut mendapati kalau Aqua Dragon kini sudah berada di dekat istananya.

"Yang benar saja, kenapa kadal itu ada di sini? Siapa yang membawanya kemari?" gerutu ratu Nurolia.

Ratu Nurolia bergegas keluar dari kamar ke ruang kerjanya dan langsung menuju ke balkon. Ia pun melihat Ring dan Aruthor di halaman istananya.

"Jadi kalian ya yang membawanya kemari. Padahal aku sudah berusaha agar kadal itu tak mendekat kemari, tapi kalian malah membawanya tepat ke sini. Ini bodoh sekali" keluh ratu Nurolia dalam hatinya sambil memegangi keningnya dan menggelengkan kepalanya.

Pandangan Aqua Dragon kini beralih ke arah ratu Nurolia. Gaun putih dan rambut pirang emas Nurolia memang sangatlah mencolok. Apalagi aura dan karismanya yang kuat, membuat semua mata ingin melihat ke arahnya, bahkan monster seperti Aqua Dragon sekalipun.

"Haaah~ sekarang dia sudah melihatku. Aku sudah tak bisa kabur lagi" ujar ratu Nurolia setelah menghela napasnya.

Aqua Dragon itu langsung terbang ke arahnya dan bersiap untuk mencaplok ratu Nurolia yang hanya diam dan pasrah.

Akan tetapi, belum sempat mulut naga itu mencaplok tubuh ratu Nurolia, sesosok manusia melesat bagai peluru dari samping dan menghantam tubuh sang Aqua Dragon itu dengan hantaman yang amat dahsyat. Hantaman itu mampu mementalkan tubuh Aqua Dragon hingga menghantam dinding benteng hingga jebol dan terus menjauh berguling-guling menghantami pepohonan sebelum akhirnya berhenti karena Aqua Dragon itu berbalik dan mendarat di atas kaki dan tangannya yang mencengkeram tanah.

Sosok manusia yang menghantam tubuh naga itu dengan hantaman tubuhnya pun kini tampak mendarat di halaman istana itu. Rupanya itu adalah Bernard yang saat ini tubuhnya berototnya mengeluarkan aura cahaya yang semakin terang.

"Aura ini? Dia seorang ‹Abda›?!" ucap ratu Nurolia ketika melihat sosok Bernard.

Bernard mulai berjalan dengan tenang menghampiri Aqua Dragon. Aqua Dragon meraung keras kepadanya, namun itu sama sekali tidak menggentarkan hati Bernard. Dia tetap berjalan ke arah Aqua Dragon tanpa rasa takut sedikitpun.

Aqua Dragon menembakan peluru angin ke arah Bernard. Peluru angin itu menghantam tubuh Bernard dan menciptakan sebuah ledakan. Namun meski terkena hantaman peluru angin serta ledakan itu, tubuh Bernard tampak baik-baik saja. Malahan ia sama sekali tak terpengaruh oleh itu dan terus berjalan ke arah Aqua Dragon seolah tak terjadi apa-apa.

"{Abdul Jabbar} kah?" terka ratu Nurolia.

Aqua Dragon kini membuka mulutnya lagi untuk menembakkan serangan yang lebih kuat. Namun Bernard malah berlari menyongsong serangan itu tanpa ragu. Tepatnya ke arah mulut Aqua Dragon yang bersiap menembakkan seranganya. Namun daripada berlari, gerakan Bernard lebih seperti melompat dan melesat bagaikan sebuah peluru.

Tubuh Bernard itu menubruk bola badai yang hendak ditembakkan oleh Aqua Dragon dan menembusnya. Tubrukan itu meledakkan bola badai tersebut secara premature, dan meledakkan mulut Aqua Dragon. Namun bukan itu dampak utama tubrukan tubuh Bernard yang sebenarnya. Karena setelah menembus bola badai, Bernard terus melanjutkan lajunya dan menembus bagian dalam tubuh Aqua Dragon hingga keluar dari lubang belakangnya.

Tentu saja itu memberikan dampak kerusakan yang sangat besar pada Aqua Dragon. Aqua Dragon itu menjerit dan meraung keras sebelum akhinya terbaring lemas di atas permukaan tanah.

Namun tidak berhenti di situ, setelah keluar dari tubuh Aqua Dragon, Bernard langsung menangkap ekor Aqua Dragon dan akhirnya mengayun tubuh Aqua Dragon tersebut dan memutar-mutarnya sebelum akhirnya dilempar ke arah halaman istana.

Tubuh Aqua Dragon mendarat di halaman istana dalam keadaan tak berdaya.

"A—apa naga itu sudah mati?" tanya Aruthor.

"Tidak, kurasa ia masih bernapas" jawab Ring.

Tak lama kemudian Bernard datang dan mendarat tak jauh dari tubuh Aqua Dragon. Bernard menghampiri kepala Aqua Dragon dan berhenti tepat di depan ubun-ubun dari Aqua Dragon tersebut. Kemudian Bernard menyentuh ubun-ubun Aqua Dragon dengan telapak tangan kirinya dan lalu meninju menggunakan tangan kanannya. Tinjuan itu mampu menembus tengkorak sang Aqua Dragon dan menghancurkan otak di dalamnya. Darah meledak keluar melalui mata serta lubang hidung Aqua Dragon tersebut. Dan dengan cara itu, Aqua Dragon menghembuskan napas terakhirnya.

Melihat situasi gore seperti itu, wajah Aruthor langsung memucat. Ia melihat ke Ring namun Ring tampak biasa saja. Memang wajah Ring saat ini nampak terkejut, mamun itu murni karena kaget oleh kekuatan Bernard.

"Saya ucapkan terima kasih saya kepada penyandang nama {Abdul Jabbar}" ujar ratu Nurolia dari Balkon.

Bernard menoleh ke arah ratu Nurolia dan menganggukan kepalanya.

Setelah mengangguk, Bernard mencoba untuk melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Namun tiba-tiba saja selembar kain putih jatuh dari atas dan mendarat menutup kepalanya dan tubuhnya.

"Pakailah itu, itu cuma kain gorden sih, tapi anda harus menutupi tubuh anda dengan sesuatu. Karena ada seseorang yang ingin saya pertemukan dengan anda" lanjut ratu Nurolia.

Bernard menarik kain gorden itu dan melilitkannya ke tubuhnya, menutupi bagian auratnya.

""The One Who Have Guidance" ada di sini. Tidakkah anda ingin menemuinya?" tanya ratu Nurolia.

Mendengar itu mata Bernard langsung terbelalak. Bernard melompat dan mendarat di balkon, tepat di belakang ratu Nurolia.

"Antarkan aku kepadanya" pinta Bernard sambil menoleh melirik ke arah ratu Nurolia yang ada di belakangnya.

"Baiklah" sahut ratu Nurolia sambil tersenyum.

Lalu ratu Nurolia menoleh ke arah Aruthor dan Ring.

"Kalian berdua juga, naiklah kemari dan segera temui aku di ruanganku" suruh ratu Nurolia kepada Aruthor dan Ring.

Setelah mengatakan itu, ratu Nurolia pun masuk ke dalam untuk mengantarkan Bernard bertemu dengan "The One Who Have Guidance".

"Sekarang bagaimana, nona Ring?" tanya Aruthor.

"Untuk sekarang kita patuhi saja perintah ibu anda, pangeran" jawab Ring.

Tak lama kemudian datanglah Leivan yang tampak membawa tubuh Baluztar yang basah kuyup dan tetap ngotot membawa pedang besarnya.

"Guru!" panggil Aruthor lalu berlari menghampiri Baluztar.

Tubuh Baluztar pun didaratkan di dekat Aruthor oleh Leivan. Sementara Leivan sendiri mendarat ke dekat Ring.

"Sial sekali, aku cape banget mesti ngangkat tubuh om penuh otot yang beratnya bukan main itu. Apalagi dia ngotot banget pengen bawa pedangnya juga. Lenganku rasanya ingin putus jadinya" gerutu Leivan sambil menekuk tubuhnya dengan lelah.

"…" Ring hanya diam dan menatap Leivan dengan tatapan sayu.

"Oh, maaf kamu jadi mendengarkan keluhanku, nona. Perkenalkan, namaku adalah Leivan Crimson. [Hero of Magic] dari Magic Kingdom Al-Syahir. Kalau boleh tahu, siapakah nama nona?" tanya Leivan penuh dengan tata krama bangsawan.

"Ring Valion. Konsultan akademi pahlawan Brightion, bocah" jawab Ring.

"B—bocah!?" sahut Leivan terkejut dengan panggilan Ring.

[ "Jangan tertipu dengan penampilannya, Leivan. Meski dia kelihatan lebih muda darimu, tapi sebenarnya dia adalah perempuan "dewasa"." ]

"Apa!? Jadi maksudmu dia itu tu—" ujar Leivan.

Tapi belum sempat menyelesaikan perkataannya, ucapan Leivan terpotong oleh Ring yang menembakan peluru air hingga mementalkan tubuh Leivan sejauh lebih dari 3 meter.

"Mana ku memang hampir habis, tapi bukan berarti aku tidak bisa menggunakan sihirku lagi. Aku belum membatalkan penyatuan spiritku" ungkap Ring.

"Arrgh, ke—kenapa kamu tidak melindungiku, Vulcan?" protes Leivan sambil meringkuk di tanah kesakitan.

[ "Kamu menuai apa yang kamu tanam, Leivan." ]

"Tch, perempuan tu— dewasa memang kuat-kuat ya. Hehehe…" ujar Leivan yang langsung mengubah kata-katanya ketika melihat tatapan tajam dari Ring dan Vulcan, "Mengerikan, perempuan tua sangat mengerikan!" lanjut Leivan dalam hatinya sambil mengusap keringat di keningnya.

****

Di ruang kerjanya, ratu Nurolia tampak sedang duduk di belakang mejanya. Sementara Aruthor dan Ring tampak berdiri di seberang meja dengan wajah yang gugup dan sedikit pucat. Di belakang mereka terlihat Baluztar dan Leivan.

"Sebelum aku menanyai kalian, jenderal Würgar kemari lah" suruh ratu Nurolia pada Baluztar yang sedari tadi berdiri di belakang Aruthor dan Ring.

"Baik, Yang Mulia ratu!" sahut Baluztar.

"Batalkan rencana evakuasi dan tenangkan kembali masyarakat kita yang masih panik oleh serangan naga! Lakukan dengan segera!" perintah ratu Nurolia.

"Baik, Yang Mulia ratu! Kalau begitu hamba pamit!" balas Baluztar sambil berlutut.

Lalu Baluztar pun pergi meninggalkan ruangan.

"Sekarang untuk kalian berdua, bisakah kalian mulai menjelaskan kenapa semua hal ini bisa terjadi?" pinta ratu Nurolia beralih kepada Aruthor dan Ring.

"Se—sebenarnya…" balas Aruthor.

Kemudian Aruthor pun mulai menjelaskannya. Ia menceritakan panjang lebar semua yang terjadi sejauh yang dapat ia tangkap.

Setelah selesai mendengarkan cerita Aruthor, ratu Nurolia kemudian melirik ke arah Ring. Ring sadar kalau selanjutnya ia yang akan ditanyai oleh sang ratu. Ia pun langsung menelan ludah karena grogi.

"Aku bingung harus mengatakan apa pada kalian. Tadinya aku ingin memceramahi kalian karena melakukan tindakan ceroboh yang sangat berbahaya yang bisa saja membahayakan pada negara ini. Tapi setelah mendengar cerita tadi, rasanya memang itu tak bisa dihindari. Apalagi kalian berhasil menemukan penyebab mengeringnya sungai kita, dan bahkan membereskan pokok dari masalahnya. Meski bukan murni kalian yang mengalahkannya, tapi karena kalian ikut andil juga, maka aku harus mengakui pencapaian kalian sebagai pahlawan untuk negara ini" keluh ratu Nurolia.

Aruthor dan Ring tampak bernapas lega.

"Tapi bukan berarti aku akan melepaskan kalian begitu saja! Fakta kalian yang membawa naga itu kemari membahayakan negara ini tetap tak bisa diabaikan! Kalian harus aku hukum supaya tidak ada keluhan dari rakyat setelah ini" lanjut Nurolia sambil menggebrak meja dengan kedua tangannya.

"Tapi yang mulia ratu, kami tak punya pilihan. Naga itu adalah naga yang masuk ke ‹Wrath Mode›. Kekuatan serta kecepatannya tidak bisa kami kendalikan. Serta ia mendapatkan elemen tambahan juga. Bagaimana cara kami mengendalikan hal absurd semacam itu?" protes Ring.

"Aku tahu. Aku tahu itu. Tapi rakyat tidak. Mereka yang awam tidak tahu apapun tentang hal itu. Dan karena ketidak-tahuan mereka, mereka akan menuntut kalian. Mereka akan menuntut hal gila dari kalian. Karena itu, sebelum itu terjadi, aku akan memberikan kalian hukuman lebih dulu. Hukuman yang bisa dianggap hukuman yang "adil" bagia kedua belah pihak" balas ratu Nurolia.

"Kalau boleh aku memberi saran, bagaimana kalau Yang Mulia ratu menunjuk seorang pahlawan untuk menambah silaunya supaya hukuman anda kepada mereka bisa lebih ringan" ujar Leivan mengangkat tangan kanannya.

"Oh, itu ide yang bagus. Tapi maaf, kamu ini siapa ya?" tanya ratu Nurolia.

"Namaku adalah Leivan Crimson. [Hero of Magic] dari Magic Kingdom Al-Syahir. Senang bertemu dengan anda, Yang Mulia ratu kerajaan Üdine" jawab Leivan sambil membungkukkan badannya.

"Leivan Crimson? Dan yang disebelahmu? {Apa itu kamu, Vulcan Scarlettia?}" balas ratu Nurolia melirik ke peri yang terbang melayang-layang di sebelah Leivan.

Kata di dalam kurung "{}" diucapkan dalam bahasa elf kuno.

[ "{Lama tak berjumpa, makhluk bersayap. Oh tidak, aku lupa kamu sudah tak bersayap lagi. Apa sekarang aku harus mulai memanggilmu sebagai "mantan makhluk bersayap"?}" ]

"{Kalian para spirit seperti biasanya sangat sombong ya? Padahal kalian hanya bekas kekuatan dari ‹Origin Elf›}" ujar ratu Nurolia dengan nada yang sarkas.

[ "{Berengs•k, apa kau mengajakku bertarung, hah mantan makhluk bersayap?}" ]

"{Diam saja, spirit sombong. Mau sekeras apapun kamu berusaha kamu takkan berhasil. Takdir melindungiku dari kematian hingga aku memenuhi janjiku untuk melayani ‹The True King›}" jawab ratu Nurolia dengan tersenyum santai.

[ "{Yakin sekali kamu kepada hal metafisik seperti takdir. Apa kamu yakin kamu tidak dibohongi?}" ]

"{The Creator tidak seperti kalian, The Creator selalu mematuhi janjiNYA}" balas ratu Nurolia dengan wajah yang sangat yakin.

"Aku tak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan, tapi bisakah aku mendapatkan tanggapan atas saranku sekarang?" ujar Leivan memotong.

"Bukankah tadi sudah?" balas ratu Nurolia.

"Sudah?" sahut Leivan dengan wajah bingung.

"Ya, aku sudah bilang kalau itu adalah "ide bagus" kan?" ungkap ratu Nurolia.

"Hanya itu saja?" tanya Leivan.

"Kamu tidak puas, [Hero of Magic]? Kamu mau aku mengatakan apa lagi?" tanya balik ratu Nurolia.

"Yang mulia tidak akan menerapkannya?" tanya Leivan balik.

"Aku tidak bisa melakukannya. Maaf saja, tidak seperti Magic Kingdom Al-Syahir, negara kami ini terlalu lemah pengaruhnya untuk menunjuk seorang Hero" ungkap ratu Nurolia, "Tapi beda lagi jika itu adalah negara besar seperti Brightion" tambahnya lalu melirik ke arah Ring.

"Apa dia memintaku untuk membantunya menggunakan wewenangku sebagai konsultan akademi pahlawan? Dari tatapannya nampaknya begitu" pikir Ring.

Ring kemudian berlutut di lantai.

"Baiklah yang mulia ratu, saya akan mencoba untuk menghubungi akademi pahlawan Brightion dan meminta mereka untuk menunjuk seorang pahlawan dari negara ini" ujar Ring sambil menundukkan kepalanya.

"Oh ya, benar juga. Kalau tak salah kamu pernah bilang kalau puteraku itu berkompetensi untuk menjadi seorang pahlawan kan?" tukas ratu Nurolia.

"I—iya, saya memang bilang begitu sebelumnya" sahut Ring.

"Sebelumnya? Apa saat ini itu berubah?" tanya ratu Nurolia.

"T—tidak, Yang Mulia. Saya rasa malah saat ini pangeran terbukti memiliki kemampuan untuk menjadi seorang Hero. Lagipula beliau memiliki kemampuan elemen cahaya yang potensial" jawab Ring.

"Kalau begitu tidak ada masalah lagi, kan. Jadi kapan kamu akan melaporkannya ke Brightion?" tanya ratu Nurolia lagi.

"Sa—saya rasa saya akan segera melaporkannya sekarang kalau saya boleh meminta waktunya" ungkap Ring.

"Oh bagus. Kalau begitu silakan" balas ratu Nurolia.

"Kalau begitu saya undur diri" ucap Ring kemudian mundur dan pergi.

"Sekarang tinggal kamu, Aruthor. Adakah yang ingin kamu katakan?" ujar ratu Nurolia kini beralih ke arah puteranya.

"A—apakah aku boleh pergi? A—aku ingin lanjut latihan, su—supaya aku bisa menjadi pahlawan yang bisa membuatmu bangga" jawab Aruthor sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu ingin kembali latihan? Kupikir aku akan membiarkan itu? Tidak, Aruthor. Kembalilah ke kamarmu, beristirahatlah. Kamu baru saja mengalami hal yang buruk, pasti kamu lelah secara fisik maupun mental. Jadi istirahatlah di kamarmu" tegur ratu Nurolia dengan wajah khawatir.

"T—ta—" ucap Aruthor.

"Tak ada tapi!" potong ratu Nurolia dengan tegas.

"Ba—baiklah, ibu" sahut Aruthor.

Aruthor pun pergi meninggalkan ruangan dengan pundak yang turun dan muka yang tertunduk lesu. Kini di ruangan itu hanya tinggal ratu Nurolia dan Leivan.

"Jadi, ada urusan apa Hero dari negara sebelah sampai datang ke negara kami yang kecil dan miskin ini?" tanya ratu Nurolia.

"Saya tak membawa misi apapun dari negara, jadi maaf kalau saya membuat anda kecewa, Yang Mulia. Saya kemari hanya untuk berwisata" jawab Leivan.

"Berwisata? Ke negara yang sedang menghadapi krisis?" sahut ratu Nurolia.

"Justru negara yang sedang krisis membutuhkan pemasukan dari luar kan?" tukas Leivan.

Mereka berdua saling mengintimidasi satu sama lain dengan senyuman di wajah mereka.

"Itu memang benar, tapi kami tak bisa menawarkan apapun saat ini. Negara kami sedang krisis parah, sehingga tak ada satupun hal yang bisa menjadi hiburan di mata anda, [Hero of Magic]" ujar ratu Nurolia.

"Itu tidak benar. Saya sudah cukup terhibur menghadapi ‹Aqua Oceanic Dragon› yang memasuki Wrath Mode. Saya tak menyangka bisa bertemu seekor naga di negara kecil ini" balas Leivan.

"Benar juga, kamu juga ikut andil menghadapi Aqua Dragon itu ya? Apa ada hadiah yang kamu inginkan? Selama aku bisa mengabulkannya, dan selama itu tak bertentangan dengan aturan The Creator, aku akan berusaha untuk memenuhinya" ungkap ratu Nurolia menawarkan hadiah.

"Oh benarkah, kalau begitu bagaimana kalau saya minta salah satu dari senjata pusaka negara ini?" tanya Leivan.

"Senjata pusaka negara, kah? Aku tak tahu apakah ada dari senjata pusaka kami yang akan bisa memuaskanmu, [Hero of Magic]. Seperti yang kamu tahu, kami hanyalah sebuah "negara kecil"" ungkap ratu Nurolia.

"Itu bukan kamu yang memutuskannya kan? Sekarang tunjukkan saja senjata pusaka kalian" balas Leivan.

"Baiklah, aku akan meminta jenderal Würgar untuk mengantarmu ke ruang penyimpanan pusaka kami nanti. Jadi sambil menunggu, bagaimana kalau kamu berkeliling kota kami terlebih dahulu? Bukankah tadi bilang kamu ke sini untuk wisata? Tenang, nanti akan kuutus seseorang untuk menjemputmu kalau semuanya sudah siap. Kuharap kamu menikmati waktumu di negara kami" ujar ratu Nurolia lalu memberi isyarat untuk Leivan segera keluar dari sana.

"Tch, jadi dengan kata lain dia mencoba untuk mengusirku ya. Tapi tak apa lah, lagian nanti juga aku akan bisa memeriksa harta pusaka apa yang akan bisa aku masukan ke dalam koleksiku" pikir Leivan.

Leivan kemudian membungkuk dan pamit. Ia pergi meninggalkan ruangan tanpa perlawanan sedikit pun.

Setelah Leivan keluar, ratu Nurolia bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamarnya. Terlihat di sana ada Bernard yang sedang berlutut di samping ranjang menghadap ke arah seorang anak yang duduk di atas ranjang.

"Jadi itu yang diinginkan oleh The Creator dari hamba selanjutnya? Kalau begitu, hamba akan menuruti kehendak The Creator dengan senang hati" ujar Bernard.

Anak itu mengangguk.

"Oh, apa pembicaraanmu dengan beliau sudah selesai?" sapa ratu Nurolia.

"Ya, lebih dari ini, maka aku akan menjadi hamba yang tidak sopan dan tidak tahu diri. Karena itu, aku akan pamit untuk melanjutkan misi pengabdianku selanjutnya. Semoga kamu senantiasa ada dalam keselamatan dan keberkahan, ratu sayap cahaya" jawab Bernard lalu menundukkan kepalanya.

Bernard kemudian berdiri dan berjalan melewati ratu Nurolia.

"Kamu juga, {Abdul Jabbar}. Dan semoga sukses dalam misimu" balas ratu Nurolia sambil menoleh ke arah Bernard.

Bernard pun keluar dari kamar itu sehingga kini di kamar itu hanya tingga ratu Nurolia, dan anak laki-laki bermata perak yang duduk di ranjang.

Ratu Nurolia tersenyum, dan ia pun mulai menghampiri anak laki-laki itu. Terlihat anak laki-laki itu bingung dan mulai meneteskan keringat dari pelipis keningnya yang meluncur hingga ke pipinya. Ratu Nurolia duduk di tepi ranjang, tepat di sebelah anak itu.

"J—jadi anda sudah bangun, The One Who Have Guidance?" sapa ratu Nurolia.

"…" anak itu diam tak menjawab.

Malah nampak ia bergeser sedikit menjauh dari sang ratu.

"Maaf untuk yang sebelumnya. Tapi aku terpaksa melakukan itu untuk melindungimu. Tolong jangan berpikiran buruk tentangku" pinta ratu Nurolia.

Tubun ratu juga tampak bergeser mendekat ke anak itu. Tapi anak itu tampak mencoba mendorong pundak ratu menjauh sambil dirinya menoleh menghindari untuk menatap sang ratu.

"Begitu ya, jadi sekarang kamu membenciku, ya?" tukas ratu Nurolia.

Ratu Nurolia akhirnya menegakkan posisi tubuhnya.

"Bagaimana caranya supaya kamu mau memaafkanku?" tanya ratu Nurolia.

Namun anak itu tak merespon apapun. Ia tetap menghadapkan punggungnya ke arah ratu Nurolia. Dan tentu hal itu membuat sang ratu semakin sedih.

"Jadi kamu ingin aku pergi dari sini?" tukas ratu Nurolia lagi.

Saat itu mulai ada reaksi. Anak itu mulai membalikkan tubuhnya dan menoleh ke arah ratu Nurolia. Ia menatap wajah sang ratu dengan wajah yang pucat.

"T—tidak. T—tetaplah di sini. Ada se—sesuatu hal yang harus k—ku—kusampaikan kepadamu" ujar anak laki-laki itu.

"Baiklah, apa itu, The One Who Have Guidance?" sahut ratu Nurolia.

"B—berhati-hatilah dengan utusan d—dari seberang lautan" ungkap anak itu.

"Begitu ya" sahut ratu Nurolia sambil tersenyum.

Namun tentu hatinya tidak begitu.

"Dari "seberang lautan", kah?" lanjutnya dalam hati.

****