~Burning Noblewoman (part 3)~
Di lereng pegunungan yang ada di sebelah utara kota Agness, terlihat seorang elf yang sedang duduk memeluk lutut di depan sebuah api unggun. Dia adalah elf yang sebelumnya kabur dari pelelangan budak di kota Agness.
"Beruntung lah aku bisa kabur. Jika aku terus ada di sana, aku tidak tahu aku akan terjual kepada siapa. Jika sampai aku terjual ke orang mesum, maka bisa-bisa tubuh suciku akan dijadikan— aahh! Aku tak mau memikirkannya! Lebih baik sekarang aku memikirkan aku harus pergi kemana? Wilayah barat bukanlah wilayah aman untuk para elf" gerutu elf tersebut terlihat kebingungan.
Dari belakang tiba-tiba sesosok humanoid berjubah hijau muncul dari balik kegelapan malam.
"Semoga keselamatan dan keberkahan selalu menyertaimu, wahai sebangsaku" sapa sosok humanoid itu.
Elf itu terkejut dan langsung berbalik sambil bersiap mengayunkan tangannya seperti pedang. Itu adalah sikap untuk mengeluarkan sihir sabit angin.
"Siapa kamu!?" tanya elf itu penuh dengan kewaspadaan.
"Bagus, terus lah waspada. Karena tempat ini tidak aman bagi kalian" jawab sosok berjubah hijau itu.
Elf itu mencoba mencari tahu identitas sosok berjubah hijau tersebut. Namun sosok itu sama sekali tak menampakkan wajahnya. Mulutnya tertutup oleh masker yang terlihat terbuat dari semacam daun. Begitu pula dengan jubahnya. Kepalanya juga tertutup tudung jubah daun itu sehingga bagian yang nampak hanyalah matanya saja. Itu pun gelap sehingga tak terlihat jelas. Dari perawakannya terlihat seperti seorang manusia remaja.
Di belakang punggung sosok itu terdapat busur panah dan seikat anak panah yang kelihatan dibuat secara professional. Cara ia berdiri pun terlihat seperti seorang yang sudah sangat terlatih dalam pertarungan. Kira-kira seperti itu lah informasi yang didapat oleh elf itu melalui pengamatannya.
"(Aku takkan bisa mengalahkannya meski aku berusaha. Aku juga takkan bisa melarikan diri darinya. Anak ini sangat kuat. Siapa sebenarnya dia? Dan kenapa dia memanggilku sebangsanya? Apa dia juga elf?)" duga elf itu.
"Kamu belum menjawab salamku. Apa kamu masih umat The Creator of All Creations?" tanya sosok berjubah hijau.
"Ma—maaf, semoga keselamatan dan keberkahan selalu menyertaimu juga" balas elf itu.
"Bagus. Sepertinya kamu masih belum melupakan jati dirimu sebagai elf. Namaku adalah Midari Irys. Siapa namamu?" ujar sosok berjubah hijau itu dengan ramah.
"Namaku Greya Skyhawk" jawab elf itu.
"Skyhawk? Itu nama klan penembak jitu terbaik bangsa elf, bukan? Bagaimana bisa anggota klan itu sampai tertangkap sebagai budak?" tanya Midari.
"Ceritanya panjang" jawab Greya.
"Aku punya banyak waktu" balas Midari.
Midari lalu duduk bersila di tanah tepat di sebelah Greya.
"Sekarang ceritakan lah" suruh Midari.
"Kenapa aku harus menceritakannya padamu?" protes Greya.
Greya masih bersikap waspada dan siap bertarung.
"Aku ingin menyelamatkan bangsaku, apakah itu tidak boleh? Tapi untuk melakukannya aku butuh informasi tentang apa yang terjadi dan siapa pelakunya. Aku tak bisa menyelamatkan sesuatu tanpa petunjuk kemana aku harus pergi untuk melakukannya, kan?" jelas Midari.
"Bangsamu? Jadi benar kamu itu elf?" tukas Greya.
Midari kemudian membuka tudung penutup kepalanya, dan terlihatlah rambutnya yang berwarna hijau serta telinganya yang panjang dan meruncing ke samping.
"Seperti yang kamu lihat" jawab Midari.
"T—tapi usahamu sia-sia saja. Mereka memiliki sesuatu yang mampu melemahkan elf, kamu hanya akan jadi manusia biasa di hadapan mereka!" tegas Greya.
"Aku sudah mengetahui hal itu, tapi aku akan tetap melakukannya. Jadi sekarang cepat ceritakan!" suruh Midari sambil memelototi Greya.
"B—baik!" sahut Greya ketakutan.
Karena Greya mampu merasakan aura yang sangat kuat menekannya secara fisik dan mental yang datang dari arah orang yang saat ini menatapnya tajam itu.
Setelah mendengar jawaban itu Midari kembali tenang dan kembali memakai kembali tudung kepala jubah daunnya itu.
****
Klan Skyhawk adalah klan elf terkuat di wilayah barat. Mereka memiliki ciri yang mana memiliki rambut emas dan kulit yang putih. Mereka juga memiliki mata hijau zamrud. Klan ini memiliki spesialisasi dalam penembakan jarak jauh menggunakan busur magis. Hal itu ditunjang oleh kemampuan penglihatan mereka yang mampu melihat sesuatu dalam jarak yang sangat jauh.
Berbeda dengan bangsa elf lain, klan ini memiliki sebuah kota besar dan menjalin hubungan baik dengan manusia di kota itu. Nama kota itu adalah Valkyrion. Sebuah kota yang paling maju di benua barat.
Kota itu tidak berada di bawah naungan kerajaan mana pun dan menjadi sebuah kota netral yang berbatasan langsung dengan wilayah kerajaan demon di utara, kerajaan Brightion di barat hingga selatan, dan kerajaan naga es di sebelah timur.
Sebagai sebuah kota yang besar yang netral, Valkyrion tidaklah memiliki sistem kepemimpinan yang biasa. Sistem pemerintahan kota itu adalah perwakilan permusyawaratan. Yaitu dengan memiliki dewan perwakilan untuk masing-masing ras yang tinggal di kota itu untuk memusyawarahkan semua hal yang berkaitan dengan penerapan hukum dan semacamnya.
Untuk sekilas itu memang seperti sistem pemerintahan yang bagus dan netral, tapi sistem pemerintahan jenis ini memiliki kendala. Yaitu kecenderungan untuk berat sebelah. Bagus apabila beratnya ke sesuatu yang baik, tapi apa jadinya jika beratnya menuju ke sesuatu yang buruk. Maka sistem ini akan goyah dan runtuh.
Sistem tanpa pemimpin tunggal seperti ini akhirnya akan selalu berakhir pada pengambilan voting. Dan pengambilan voting akan selalu memberi hasil yang sesuai dengan kehendak yang memiliki dukungan atau kendali atas mayoritas. Dan itu sangat rentan akan pengkhianatan dan kudeta.
Dan memang itu lah yang terjadi di Valkyrion saat itu.
Semua ras selain ras elf bekerja sama untuk mengambil alih kepemerintahan di kota Valkyrion. Hasilnya ras elf kehilangan pengaruhnya dan akhirnya tak dianggap lagi sebagai makhluk setara oleh ras-ras lain, terutama ras manusia.
Semua elf melakukan perlawanan namun usaha mereka sia-sia. Para elf berhasil dilemahkan oleh suatu alat magis yang di bawa seorang pemuda berambut cokelat yang muncul entah dari mana. Dan pada akhirnya para elf berhasil ditangkapi dan kemudian dijadikan budak.
Meskipun mereka tak bisa memiliki anak dengan elf akibat para elf yang terlahir sebagai perempuan tanpa kesuburan dan tanpa fungsi organ seksual meskipun memilikinya, namun para elf yang memiliki keindahan paras dan bentuk tubuh juga keterampilan bisa dijadikan sebagai budak hiasan, pelayan, maupun semacam ternak untuk dipanen rambutnya yang memang sangat indah karena berwarna emas yang persis seperti emas asli.
Para elf akhirnya turun kasta dan hanya menjadi setara dengan barang dan ternak.
Sejak saat itu kota Valkyrion telah berada di bawah kekuasaan manusia. Semua ras di sana kini menjadi ras bawahan para manusia juga. Tak ada yang tahu kenapa itu bisa terjadi. Tapi banyak yang berspekulasi kalau ada seseorang yang menarik benang di belakang layar.
Pengkhianatan dari para manusia kepada ara elf di kota itu, tanpa sadar juga memicu hal yang mengerikan di tempat lain.
Dan itulah akhir dari persahabatan antara elf klan Skyhawk dan manusia dari benua barat.
****
"Aku tak menyangka, para manusia itu berani meruntuhkan kota yang menjadi simbol persahabatan antara elf dan pahlawan manusia, Natsumi Minato" ujar Midari.
"Para manusia itu memang tak tahu terima kasih! Padahal para elf sudah membantu sangat banyak untuk kemenangan aliansi atas Demon King di masa lalu!" gerutu Greya sambil memukul tanah.
"Jangan dulu berpikir seperti itu, tidak semua manusia seperti itu. Harusnya kamu tahu, ‹True King› adalah seorang manusia. Dan dia harusnya sudah terlahir saat ini. Tapi jangan sampai salah, karena apabila ada ‹True King›, maka akan ada pula ‹False King›. Dan dia adalah penipu" tegur Midari sambil menambahkan beberapa ranting kering ke api unggun.
"Darimana kamu tahu informasi itu? Informasi itu terdengar seperti informasi yang hanya dimiliki oleh ‹Ancient Elf› dan ‹High Elf›" tanya Greya.
"Karena memang informasi itu adalah informasi yang hanya diketahui oleh ‹Ancient Elf› dan ‹High Elf› saja" jawab Midari.
"A—apa mungkin— jangan bilang— k—kamu ini ‹Ancient Elf›!?" tukas Greya.
Midari menggelengkan kepalanya.
"K—kalau begitu, ‹High Elf›?" lanjut Greya.
Midari kembali menggelengkan kepalanya.
"(Tidak mungkin elf biasa bisa memiliki akses ke informasi itu. Benar, dia terlihat seperti sedang berusaha menyembunyikan jati dirinya. Mungkin karena itu dia berbohong)" duga Greya sambil terbelalak.
"Lalu setelah ini, kamu mau kemana, Greya?" tanya Midari.
"A—aku tak tahu. Aku bingung harus pergi kemana. Aku merasa tak ada tempat yang aman untukku" jawab Greya.
"Bagaimana kalau kamu menjadi pengembara? Kalau memang tak ada tempat yang aman untuk ditinggali, aku rasa menjadi pengembara adalah opsi yang lebih baik" usul Midari.
"Pengembara?" tanya Greya.
"Ya, pengembara. Seperti diriku. Berpindah dari satu kota ke kota lain, menjelajahi dunia. Dunia ini sangat luas, dan di luar sana ada kehidupan lain yang berbeda dengan yang ada di benua barat ini. Kehidupan yang tidak memandang rendah bangsa elf" jelas Midari.
"B—benarkah!? Ada tempat semacam itu!?" sahut Greya.
"Ya. Kalau kamu tidak percaya, kenapa tidak coba untuk menjelajahi sendiri dunia ini? Kamu akan menemukan berbagai hal menarik di luar sana" balas Midari.
"Tapi… apa aku bisa? Aku ini tak sekuat saudari-saudariku yang lain. Di klan Skyhawk, aku adalah yang terlemah. Bagaimana caranya aku bertahan di luar sana? Tanpa kekuatan, aku takkan bisa selamat dari kejamnya benua barat ini" ungkap Greya.
"Selamat atau tidak, itu tidak diputuskan oleh kekuatan. Melainkan oleh kehendak Creator of All Creations" ujar Midari sambil melemparkan ranting-ranting kering lain ke api.
"✾ Pengajaran 7 tingkatan, tingkat 1. Keimanan. Percaya pada The Creator of All Creations dan jangan pernah meragukannya. Semua yang ada adalah kehendakNYA ✾" lanjut Midari, dengan bahasa elf modern.
"Aku sudah tahu pengajaran itu, memangnya kenapa?" tanya Greya lagi.
"✾ Semua yang ada di bumi dan di langit ada karena kehendakNYA. Semua yang terjadi adalah kehendakNYA. Apabila IA tak mengizinkan, maka sesuatu tak akan terjadi. Karena itu, yakin lah, tak akan ada kecelakaan yang menimpamu, wahai makhlukNYA. Tidak tanpa seizinNYA ✾" jelas Midari.
"Kalau begitu semua yang menimpa bangsa elf juga!?" tukas Greya.
"Ya, itu pastinya sudah ada dalam rencanaNYA. Dan The Creator takkan menimpakan suatu kecelakaan pada umatNYA tanpa keselamatan menyertai setelahnya. The Creator takkan memberikan ujian yang tak mampu diselesaikan oleh hambaNYA. Karena itu, setelah kamu menegaskan rasa percayamu padaNYA, IA mengutusku untuk menyelamatkanmu dengan menjadikanku mesti melewati pegunungan ini" ungkap Midari menjelaskan lebih lanjut.
"Tapi bukankah itu hanya kebetulan?" tukas Greya lagi.
"Yang mereka sebut kebetulan, adalah yang kita, umat The Creator of All Creations sebut takdir" balas Midari.
"(Pengetahuan dan kebijaksanaan ini, sudah kuduga dia bukan elf tingkatan biasa)" duga Greya semakin yakin.
"Jadi, aku harus jadi elf pengembara saat ini?" tanya Greya lagi ingin memastikan.
"Ya. Lagipula kamu tak memiliki pilihan lain. Benua barat sudah tak aman untuk bangsa elf saat ini. Pergilah ke timur, ke arah matahari terbit. Untuk saat ini, jangan gunakan nama klanmu untuk menghindari deteksi para pemburumu. Cukup gunakan nama depanmu saja untuk identitas pengembaramu" jawab Midari sambil memberikan masukan.
"Baik, akan kulakukan sesuai usulanmu, nona Midari" sahut Greya.
"Dan jangan lupa untuk menyembunyikan telingamu juga sebisa mungkin selama masih berada di wilayah benua barat" tambah Midari.
"Siap, nona Midari" sahut Greya lagi.
"Bagus. Sekarang istirahat lah. Besok kamu harus pergi ketika fajar untuk menghindari kontak dengan pasukan demon yang sedang berkumpul di puncak pegunungan" lanjut Midari.
"Pasukan demon!? J—jangan bilang nona Midari ada di sini karena—" tukas Greya.
"Ya, sebenarnya aku di sini untuk mengawasi pergerakan pasukan demon dari wilayah Arcduke Clausolas Collosalus" ungkap Midari.
"Begitu ya, baiklah, aku akan segera tidur supaya bisa bangun sebelum fajar" balas Greya.
"Bagus lah kalau begitu" sahut Midari.
"✾ Oh The Creator of All Creations, hidup dan matiku adalah milikMU. Jaga aku ketika tidurku. Dan tolong bangunkan aku sebelum fajar ✾" ucap Greya berdo'a.
Greya kemudian meringkuk di tanah dengan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. Kemudian ia pun tertidur dengan cepat.
Sementara itu Midari tetap terjaga sambil terus menjaga api unggun tetap menyala.
****
Pagi hari datang, kota Agness kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Aktivitas perdagangan utamanya. Para pedagang kini mulai kembali membuka toko-toko serta kios mereka di pasar yang ada di pusat kota.
Berbeda dengan itu, di kediaman Marquess Agnis, saat ini Ring Valion sedang berlatih di halaman samping mansion. Ia melatih kontrol sihir airnya dengan menciptakan tiruan berbagai macam hewan menggunakan air. Ia menciptakan berbagai jenis ikan dan kehidupan laut lainnya, dan membuat mereka bergerak berenang-renang di udara di sekelilingnya.
"Hmm… masih belum. Aku harus bisa lebih detail lagi. Gerakannya harus lebih alami lagi" ucap Ring sambil mengerutkan dahinya mencoba meningkatkan konsentrasinya.
Ring terus meningkatkan output sihirnya untuk mendapatkan kendali lebih baik terhadap air yang saat ini melayang-layang di sekitarnya. Konsentrasi energi sihir jadi semakin padat dan menghasilkan tekanan energi sihir yang cukup kuat untuk membentuk detail yang lebih rinci kepada air di sekitarnya sehingga bentuk hewan-hewan yang tercipta dari air itu menjadi semakin alami dan mirip dengan aslinya.
Tak lama kemudian terdengar suara tepukan tangan dari balkon lantai 2.
"Wah… ini pertama kali aku melihat ada orang yang bisa membentuk makhluk dengan sihir sedetail itu. Sangat menakjubkan" puji orang yang sedang bertepuk tangan di balkon.
Ring menoleh ke arah orang tersebut dan mendapati kalau orang itu ternyata adalah Mellin. Sambil masih mengenakan pakaian tidurnya yang nampak berkain tipis sehingga hampir transparan itu, ia terlihat melambaikan tangan kepada Ring.
Pakaian yang dikenakan oleh Mellin adalah pakaian tidur berwarna merah dan memiliki kain yang hampir transparan dan halus seperti sutera. Desain pakaiannya juga sangat elegan dengan hiasan bunga mawar merah dari kain, dan renda berwarna hitam. Namun pakaian tidur itu terlihat terlalu terbuka. Karena bentuknya mirip gaun one-piece, yang memperlihatkan belahan dadanya juga bagian bawahnya hanya menutup sampai setengah jengkal di bawah pangkal pahanya.
"Saya mengerti ini memang mansion anda, Yang Mulia Marquess. Namun bukankah jalan-jalan dengan pakaian setipis itu rasanya agak kurang sopan?" komentar Ring.
"Tenang saja, jam segini biasanya di lantai dua tidak ada siapa-siapa kecuali para maid" balas Mellin sambil membungkukkan tubuhnya dan menaruh kedua sikunya di pagar balkon.
"Lalu bagaimana kalau sampai ada yang naik ke lantai 2?" tanya Ring.
"Itu tidak mungkin. Tak akan ada yang berani melakukan itu" jawab Mellin.
"Kenapa anda bisa seyakin itu?" tanya Ring lebih jauh.
"Karena jika mereka melakukannya maka akan kubakar mereka" ungkap Mellin sambil tersenyum.
Namun senyuman itu bukanlah senyuman senang, melainkan senyuman yang memancarkan aura intimidasi.
"O—oh… begitu ya" sahut Ring sedikit terkejut dengan aura Mellin tersebut.
Keterkejutannya membuat sihirnya sedikit goyah. Semua bentuk hewan yang tengah dikendalikannya terlihat jadi sedikit kacau dan hilang detailnya.
"Maaf sudah mengganggu latihanmu. Silakan lanjutkan" ujar Mellin lalu pergi dari balkon itu, masuk kembali ke dalam mansion.
"Ah… mood berlatihku jadi hilang. Mungkin sebaiknya aku mandi dulu" keluh Ring.
Ring membatalkan sihirnya itu kemudian semua air yang tadi melayang di sekitarnya pun lenyap ke udara. Ring berjalan menuju ke pintu samping mansion, tapi tiba-tiba saja ia berpapasan dengan seorang maid yang terlihat membawa sebuah keranjang buah yang nampak juga hendak masuk ke dalam.
"Hm?" Ring terlihat sedikit terkejut ketika melihat maid itu, "(kenapa aku merasakan energi sihir setingkat penyihir kelas menengah darinya?)" pikirnya.
"M—maaf, silakan masuk duluan" ujar maid itu dengan gugup.
"Tidak, kamu saja. Aku tidak sedang terburu-buru kok" sanggah Ring.
"Eh? B—baiklah kalau begitu" sahut maid itu kemudian masuk ke dalam mansion dengan sedikit terburu-buru.
Ring diam berdiri di depan pintu memperhatikan maid itu.
"Energi sihirnya sedang terkonsumsi. Apa dia sedang mengaktifkan sihir? Tapi aku tak melihat apapun yang ia aktifkan?" gumam Ring yang jadi bingung.
Ring pun kemudian masuk dan menutup pintu. Ia berjalan menuju ke pemandian yang ada di lantai dasar. Ketika sedang dalam perjalanan, ia berpapasan lagi dengan seorang maid. Kali ini nampaknya ia adalah kepala maid karena pakaiannya terkesan lebih rapi dan elegan. Usianya juga terlihat paling senior diantara maid-maid lain.
"Selamat pagi, nona tamu. Jika anda menunggu sarapan, maaf kami belum selesai menyiapkannya" ungkap kepala maid.
"Oh, jangan khawatir. Aku kemari bukan untuk sarapan. Aku kemari hendak menuju ke pemandian. Aku ingin mandi" jawab Ring.
"Maafkan hamba, tapi nona tamu pemandiannya bukan di sini. Yang ada di sini hanya pemandian untuk para pekerja mansion saja. Pemandian utama ada di lantai 2" ujar kepala maid tersebut sambil membungkukkan badannya.
"Euh, sebenarnya aku di sini pun—" ucap Ring.
"Eh, kamu! Cepat antar nona tamu ke pemandian di lantai 2!" tegas kepala maid pada seorang maid yang kebetulan dekat dengan mereka.
Itu adalah maid yang membawa keranjang buah tadi.
"A—aku?" sahut maid itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu! Memangnya siapa lagi yang ada di sini?" bentak kepala maid itu.
"T—tapi—" ucap maid itu dengan penuh keraguan.
"Tak ada tapi-tapi! Cepat laksanakan!" suruh kepala maid dengan tegas.
"B—baik!" sahut maid itu dengan setengah hati.
Maid itu meletakan keranjang buahnya di atas meja dapur. Kemudian ia berjalan menghampiri Ring dengan gaya yang malas.
"Silakan ikuti saya" ajak maid itu kemudian berjalan di muka.
Ring mengikutinya dari belakang.
Mereka berjalan menuju ke tangga yang akan mengantarkan mereka ke lantai 2.
"Apa kamu tahu kamu memiliki energi sihir yang lumayan besar?" ucap Ring membuka topik pembicaraan untuk mengobrol.
Namun perkataan Ring tersebut membuat maid di depannya itu sedikit tersentak kaget. Ia tampak berhenti berjalan dan berbalik ke arah Ring.
"A—apa maksud anda, n—nona?" tanya maid itu.
Ring berjalan melewatinya.
"Yang aku ingin katakan adalah, kamu sepertinya memiliki bakat untuk menjadi seorang ‹Mage›" jawab Ring sambil berhenti dan berbalik menghadap maid itu.
"Bakat menjadi ‹Mage›?" sahut maid itu.
"Ah, benar juga. Pastinya kamu sudah tahu sih, dan tentunya kamu sudah menjadi ‹Mage› juga. Mengingat saat ini kamu sedang menggunakan sihir. Meski aku tak tahu itu sihir apa" ujar Ring sambil tersenyum.
"N—nona, jangan bilang anda... memiliki kemampuan deteksi sihir?" tukas maid itu.
"Oh? Kalau kamu mengetahui itu, itu artinya kamu memang sudah menjadi ‹Mage› ya! Sepertinya dugaanku tepat!" balas Ring.
"Tch! Kalau begitu aku terpaksa akan melakukan ini!" ucap maid itu dengan tatapan tajam.
Kemudian dari tubuhnya keluar energi gelap, perlahan wujud maid itu seakan luntur seperti tinta dan energi gelap itu adalah bagian tinta luntur yang mengalir keluar. Dan dibalik sosok maid itu, rupanya itu adalah sosok mengerikan menyerupai monster. Sosok humanoid berambut putih panjang dan berkulit abu-abu gelap. Gigi taringnya meruncing keluar dari tepian bibirnya dan di punggungnya terdapat sepasang sayap yang terlalu kecil untuk terbang. Itu adalah sosok demon kelas rendah, ‹Imp›.
"Demon!?" ucap Ring terkejut dan langsung bersiap mengaktifkan sihirnya.
"Lambat!" pekik demon itu melesat ke arah Ring.
Tangannya yang berkuku tajam sudah berada di depan wajah Ring dan hanya tinggal beberapa centimeter dari mukanya. Akan tetapi, tiba-tiba saja sebuah bola api lalu melesat ke arah demon itu dari belakang Ring. Bola api itu kemudian menghantam wajah sang demon dan mementalkan dirinya hingga terjungkal ke belakang.
"Kamu tidak apa-apa, nona penyihir?" tanya seseorang dari belakang.
Ring menoleh dan melihat kalau orang itu ternyata adalah Mellin yang tampak sedang mengarahkan tinjunya ke arah sang demon. Terlihat di tangan yang mengepal itu, sebuah cincin berbatu kristal merah yang tampak saat ini bercahaya.
"Beruntung aku selalu memakainya. Cincin ini mengizinkanku mengaktifkan sihir api tingkat rendah tanpa perlu merapal spell. Lagipula... kenapa bisa ada demon di sini?" sapa Mellin yang terlihat masih memakai gaun tidurnya.
"Marquess Agnis?!" ucap Ring terkejut.
"Sayang sekali aku tak membawa tongkat sihirku saat ini, jadi kemungkinan aku tak bisa membantumu untuk yang selanjutnya" lanjut Mellin.
"Hahahaha! Tak kusangka, cuma sihir Fireball saja sudah sekuat itu. Sepertinya informan itu benar tentang kekuatan Marquess Agnis, sang penyihir merah terkuat benua barat selain ‹Hero of Magic›" ujar demon itu yang masih terlentang di lantai.
Dengan sekali gerakan akrobat, demon itu langsung berdiri seolah tak terjadi apa-apa.
"Ciri-cirinya memang seperti ‹Imp›, tapi jika dilihat dari ia yang tak terluka sedikit pun oleh seranganku, sepertinya dia bukan ‹Imp› biasa" komentar Mellin.
"Atau mungkin ini juga masih penyamarannya. Bisa jadi ia menggunakan penyamaran berlapis untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya" duga Ring kini sudah benar-benar siap bertarung.
"Kamu benar. Kemungkinan memang seperti itu" sahut Mellin.
"Kalian terlalu banyak bicara. Sihirku sudah aktif" ujar demon itu dengan senyuman licik.
"Dia mengaktifkan sihir apa?" tanya Mellin.
"Entah lah..." balas Ring yang juga bingung.
"Kalian akan segera melihatnya... atau, mendengarnya?" ucap demon itu secara ambigu.
"Gyaaaaaa!!!"
Terdengar suara teriakan dari arah dapur.
"Apa yang terjadi!?" ucap Mellin.
"Arahnya berasal dari dapur. Tunggu, sebelumnya dia membawa keranjang kan? J—jangan bilang!?" tukas Ring dengan wajah panik.
"Apa kalian tahu monster bernama Mimic?" ucap demon itu dengan senyuman penuh keangkuhan.
"Mimic? Itu monster yang memiliki kemampuan berkamuflase untuk menyerupai berbagai jenis barang untuk menjebak targetnya, kan?" ujar Ring.
"Ya, tepat sekali. Dan aku membawa monster itu kemari dengan menyegel mereka di bentuk penyamaran mereka dengan sihirku. Menurut kalian apa yang akan terjadi jika aku melepas segel mereka dengan sihirku?" tanya Demon itu dengan senyuman yang menyeringai.
"Celaka! Itu artinya di dapur saat ini— nyonya Marquess, anda pergi lah selamatkan para pelayan di dapur! Demon ini biar saya sendiri yang hadapi" ucap Ring.
"Kamu yakin bisa menghadapinya sendiri?" sahut Mellin.
"Tak usah khawatir, karena saya takkan menahan diri lagi! [Liquidas Deus]!" balas Ring.
Ring mengaktifkan sihir pengendalian airnya. Sekilas terlihat tongkat sihirnya bersinar kebiruan dan memperlihatkan tulisan dalam bahasa elf kuno.
"[Undyne Trident]!?" ucap demon terkejut melihat tongkat itu.
"Ternyata kamu adalah pemegang [Undyne Trident], ya? Baiklah, aku percayakan yang di sini kepadamu, Ring Valion!" tegas Mellin lalu buru-buru pergi menuju ke dapur.
"Tch, tak kusangka aku malah bertemu dengan utusan Undyne di sini. Tapi tidak masalah, karena tugasku di sini bukan untuk berhadapan langsung denganmu. [Summon Familliar: Demonic Hound]!" ujar demon itu lalu mengaktifkan sihirnya.
Muncul 5 formasi lingkaran sihir di lantai dan di atas formasi itu muncul masing-masing satu monster berbentuk anjing namun berwajah mengerikan dan memiliki gigi yang terlihat sangat tajam. Kelima anjing itu menggeram ke arah Ring, namun Ring tak terlihat gentar sama sekali.
"Percuma saja, monster tingkat rendah takkan berguna melawanku" ujar Ring.
"Siapa yang bilang kalau aku memanggil mereka untuk melawanmu?" sanggah demon itu.
Kelima anjing itu kemudian lari menjauh dari Ring dan keluar membobol jendela bersama dengan demon pemanggilnya.
"Takkan kubiarkan! [Water Arrow]!" ucap Ring sambil berlari ke arah jendela tersebut.
Tercipta 6 anak panah dari air yang melayang di atas Ring. Kemudian semua anak panah itu melesat ke arah keenam target mereka yaitu demon dan para anjingnya. Akan tetapi demon itu malah menyeringai tersenyum.
"[Form Change]!" ucapnya lalu berubah menjadi ‹Demonic Hound›.
Kemudian keenam anjing itu berpencar menyebar ke segala arah. Semua panah air itu pun hanya menghantam tanah dan menghancurkan permukaan tanah yang dihantamnya.
Ring ikut keluar dan berlari menghampiri kolam air mancur di taman mansion. Lalu ia mengayunkan Trishula-nya, dan kemudian semua air di kolam itu pun tertarik dan menciptakan lingkaran aliran air yang melayang di atas Ring.
"Kalian pikir kalian bisa lari dariku?" ucap Ring.
Ring mengayunkan trishula-nya sedemikian rupa sehingga lingkaran aliran air di atasnya kini berubah bentuk menjadi 6 tombak air bertekanan tinggi karena pengompresian air dalam jumlah yang banyak.
"Rasakan ini!" pekik Ring lalu mengayunkan trishula-nya lagi.
Keenam tombak itu kemudian melesat ke arah target mereka masing-masing. Semua tombak itu berhasil mengenai keenam ‹Demonic Hound› itu secara langsung maupun tidak langsung oleh ledakan air setelah menghantam pemukaan tanah. Ledakan air dari efek setelah hantaman tombak-tombak air itu tampak sangat kuat hingga menciptakan kawah berdiameter 3 meter di permukaan tanah.
Semua ‹Demonic Hound› tumbang terkena serangan Ring itu, kecuali satu yang nampak kini wujudnya berubah menjadi sesosok iblis mengerikan yang memiliki tubuh yang terbalut armor yang seolah terbuat dari batu yang aslinya adalah eksoskeleton-nya.
"Apakah itu wujud aslimu, demon?" tanya Ring.
"Tak kusangka seranganmu cukup kuat untuk memaksaku berubah kembali ke wujud asliku" ujar Demon itu sambil menoleh dan berbalik melihat ke arah Ring.
Terlihatlah wajahnya yang semuanya tertutup eksoskeleton. Itu adalah bentuk wajah yang sangat menakutkan, bukan dalam kesan horror atau gore, namun dalam kesan sangar alias mengintimidasi.
"Sepertinya aku memang tak bisa lari dari pemegang [Undyne Trident]. Aku butuh lebih dari sekedar anjing untuk mengalihkan perhatianmu" lanjut demon itu.
Demon itu mengangkat lengan kirinya ke depan dengan telapak tangannya mengarah ke bawah.
"[Summon Familliar: Shadow Ghoul]! [Summon Familliar: Black Goblin]! [Summon Familliar: Demonic Hound]! Lalu terakhir, [Summon Familliar: Collosal Serpent]!" ucap demon itu mengaktifkan banyak sihir secara beruntun.
Muncul sekitar 10 formasi lingkaran sihir di atas tanah. Lalu di atas 4 formasi muncul 4 ‹Shadow Ghoul›, kemudian di 5 formasi muncul 5 ‹Demonic Hound›, dan satu sisanya, lingkaran sihir paling besar di belakang demon itu, muncul di atasnya seekor monster berbentuk ular yang memiliki sisik berwarna abu-abu gelap seolah terbuat dari pelat baja.
Ular itu memiliki diameter tubuh terlebar 2 meter, dan memiliki panjang sekitar 20 meter lebih.
"Serang manusia betina itu!" perintah demon itu.
Kemudian kesembilan monster panggilan itu langsung menerjang ke arah Ring.
"[Waterball]!" ucap Ring.
Sebuah bola air tercipta, namun bukan di depan Ring, melainkan melayang di atasnya. Ukuran bola air itu juga nampak tak biasa karena bola air itu memiliki lebar diameter sekitar 10 meter atau mungkin lebih karena bentuknya yang tak berbentuk bola sempurna.
Ring memisahkan beberapa air dan membentuk anak panah menggunakan mereka. Kemudian ia melesatkan semua anak panah itu ke arah monster yang menerjang ke arahnya.
Semua monster itu pun berjatuhan terkena hujanan anak panah airnya Ring.
"(Manusia betina ini boleh juga. Pertama dia menciptakan air menggunakan sihir, lalu mengendalikan air itu menggunakan sihir pengendalian airnya yang bersifat berkelanjutan yang sudah ia aktifkan sebelumnya. Dengan begitu, dia bisa menghemat ‹mana› miliknya. Tapi dilihat dari semua sihirnya saat ini, dan ia yang seorang utusan Undyne, kemungkinan dia hanya bisa menggunakan sihir air. Itu artinya keputusanku untuk memanggil ‹Collosal Serpent› memang tepat)" pikir sang demon dengan penuh keyakinan.
Demon itu kemudian melompat dan mendarat di atas kepala ular panggilannya.
"[Form Change]" ucap demon itu.
Tubuh demon itu pun berubah menjadi semacam helm yang membungkus kepala ular itu, membentuk semacam eksoskeleton. Terlihat di bagian atas helm tersebut sebuah bola kristal berwarna biru yang tampak berkilau.
"Dia berubah menjadi item magis?" terka Ring ketika melihat itu.
"[Elemental Properties Enchantment: Water Element Resistance] [Magic Properties Enchantment: Magic Resistance]" lanjut sang demon yang suaranya masih terdengar meski telah berubah menjadi helm eksoskeleton.
"Dia bisa ‹Enchantment Magic›!?" ucap Ring terkejut.
"[Fire Lance]" tambah sang demon kembali merapal sihir.
Terlihat 3 formasi lingkaran sihir muncul di sekitar ular raksasa itu. Satu di kiri, satu di kanan, dan satu lagi di atas kepalanya. Kemudian tak lama kemudian dari ketiga formasi sihir itu melesat sebuah masing-masing satu tombak api ke arah Ring.
Ring menghalau ketiga tombak api itu menggunakan bola airnya. Bola air itu pun meledak menciptakan ledakan uap panas yang cukup kuat hingga menciptakam tremor di tanah dan gelombang kejutnya meretakkan jendela bangunan mansion yang paling dekat dengan pusat ledakan tersebut.
"Hahaha! Belum cukup!" ujar sang demon.
Ular raksasa itu kemudian bergerak dan mengelilingi kabur air akibat ledakan uap itu dengan kecepatan yang luar biasa. Taman itu terlihat rusak parah akibat pergerakan ular bersisik logam itu.
"Rasakan ini lagi! [Fire Lance]" ucap sang demon.
Kemudian 3 tombak api kembali menembak ke arah kabut air. Namun sebelum ketiga tombak itu mengenai sasaran mereka sesosok humanoid terlihat melesat keluar dari dalam kabut. Sosok itu terbang dengan cepat ke angkasa.
Sosok itu tak lain adalah Ring yang terlihat menggunakan airnya untuk terbang ke atas.
"[Waterball]" ucap Ring kembali mengaktifkan sihirnya.
Ia kembali menciptakan sebuah bola air besar. Dan ia menggunakan itu untuk menghalau gelombang kejut ledakan akibat sihir tombak api milik demon yang menghantam tanah.
Ring melayang turun dan kembali mendarat di tanah, sambil terlihat membawa bola air raksasa itu tetap dekat dengannya. Ia melihat ke arah ular raksasa yang terus bergerak mengelilinginya. Ring menembakinya dengan anak panah air, namun terlihat semuanya tidak mempan. Ular raksasa itu tidak terluka sama sekali. Bahkan semua anak panah air itu seolah menghilang ketika menyentuh tubuh sang ular raksasa.
"Percuma saja! Efek ‹Magic Resistance› membuat tubuh ‹Collosal Serpent› memiliki ketahanan terhadap sihir offensive. Ditambah, ‹Collosal Serpent› adalah makhluk air dengan ‹Water Element Resistance› yang tinggi serta tambahan sihir ketahanan element air dariku, membuat monster ini menjadi musuh alamimu, utusan Undyne!" ungkap sang demon.
Setelah mendengar itu, Ring pun menghentikan serangan anak panah airnya. Kini bola air hanya tinggal berlebar diameter 3 meter saja.
"(Ini gawat. Kalau begini aku takkan bisa melakukan apa-apa untuk menghadapinya)" gerutu Ring sambil menekuk alisnya tampak kesal.
Ring memeremas kuat ke gagang tongkat sihirnya itu untuk menahan rasa jengkelnya.
"(The Creator, harus apa aku saat ini?)" gumam Ring bingung.
"[Lightblade]!" pekik seseorang dari arah mansion.
Sebuah sabit cahaya melesat ke arah ular raksasa dan berhasil memotongnya dengan sangat mudah, memisahkan kepala dan badan sang ular bersisik logam tersebut.
"Apa!? Siapa!?" ucap sang demon terkejut ketika kepala ular itu jatuh menghantam tanah.
Ring melihat ke arah jendela lantai dua yang merupakan kamar tamu tempat sabit cahaya itu berasal. Dan ia melihat sesosok pemuda berambut pirang berdiri sambil sebelah kakinya menginjak bingkai jendela.
"Aruthor!?" ucap Ring.
"Tak kusangka ada orang yang bisa menggunakan elemen cahaya di tempat ini. Aku harus segera melaporkan ini kepada tuan Bandhel" ujar sang demon.
Demon itu kembali merapalkan sihir perubahan wujudnya dan kini ia berubah menjadi seekor burung hitam yang tak jelas jenisnya dan langsung terbang menjauh dengan cepat.
"Takkan kubiarkan!" pekik Ring melesatkan 3 anak panah air ke arah burung tersebut.
"[Fire Lance]" ucap sang demon melesatkan satu tombak api ke arah Ring.
Ketiga anak panah air itu bertabrakan dengan tombak api dan menciptakan sebuah ledakan uap air. Namun tombak api itu terlihat tak berhenti sama sekali dan terus melesat ke arah Ring dengan kecepatan yang luar biasa.
Ring mencoba menggunakan bola airnya untuk menghalau tombak api itu, sama seperti yang sebelumnya. Tombak api itu pun berhantaman dengan bola air Ring, dan seketika terjadilah ledakan uap air yang sangat kuat. Menyebarkan kabut pekat ke seluruh penjuru area halaman mansion.
Tubuh Ring terpental oleh gelombang kejut ledakan dan berguling-guling di tanah.
"Tch, aku tidak sempat melapisi tubuhku dengan kubah air. I—ini sakit dan panas sekali. Dan kabut ini membuatku tak bisa melihat dimana musuhku. Jangan bilang ini yang demon itu incar?" gerutu Ring yang mencoba bangkit lagi.
Aruthor saat ini sudah turun dan berlari ke arah taman.
"[Lightblade]! [Lightblade]! [Lightblade]!" ucap Aruthor sambil mengayunkan pedangnya dengan beragam macam jenis tebasan.
Namun semua sabit cahaya yang dilesatkan oleh Aruthor itu mampu dengan mudahnya dihindari oleh manuver terbang sang demon yang kini berwujud burung hitam itu.
"Hahahaha! Serangan semacam itu takkan mampu mengenaiku!" tukas sang demon.
Dan kini demon itu pun telah berhasil keluar dari jarak pandangan manusia. Namun tidak dari pandangan seseorang yang sudah memperhatikan pertarungan tersebut dari tadi.
"Kelihatannya mereka masih pemula kalau sampai menghadapi demon kelas menengah saja sudah babak belur begitu" komentar sesosok humanoid berjubah hijau yang sedang bersiap menembak merentangkan panahnya.
"[Cyclone Strike]" ucapnya dan terlihat anak panah itu bersinar kehijauan.
Angin mulai berputar menciptakan pusaran di sekitar anak panah yang masih direntangkan di busur tersebut. Kemudian anak panah itu pun dilepaskan.
Anak panah itu melesat dengan kecepatan yang diluar nalar. Anak panah itu melesat bagaikan sebuah misil. Melaju lurus ke arah jalur terbang sang demon. Anak panah tersebut mencegat dan berhasil mengenai wujud burung hitam itu, memaksa sang demon kembali ke wujud aslinya sambil terdorong oleh kekuatan dorongan anak panah yang terbalut pusaran angin itu.
"Apa?!" ucap sang demon terkejut dan syok.
Anak panah itu menancap tepat di dadanya dan menyate paru-paru serta jantungnya menembus hingga ke sisi lain tubuhnya. Tembakan yang bisa dikatakan sangat tepat sasaran.
Di wujud aslinya yang tak bersayap, demon itu pun dipaksa jatuh ke atas jalan yang menuju ke rumah walikota. Itu adalah kawasan elit, dan tentunya kawasan dengan penjagaan pasukan penjaga yang cukup ketat. Demon itu jatuh menghantam bumi dengan cukup keras hingga membuat jalanan itu retak, ia jatuh tepat di hadapan seorang pasukan penjaga yang sedang berpatroli.
Terlihat kalau demon itu tidak langsung mati, ia masih bisa bergerak dan mencoba merapalkan semacam sihir untuk menyembuhkan dirinya. Akan tetapi anak panah lain datang dan menerobos lehernya dan memaku leher itu ke tanah. Anak panah lain berdatangan dan menembus kening, mata, dan mulutnya.
Demon itu pun akhirnya tewas.
Melihat itu, prajurit penjaga itu syok. Ia celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya, namun ia tak melihat seorang pun pemanah yang menembakkan semua anak panah itu. Kemudian ia pun langsung berlari ke arah pos pasukan penjaga yang berada di alun-alun kawasan elit.
"Demon! Ada demon! Ada demon menyusup ke kota!" teriak prajurit itu.
Sepanjang jalan, prajurit penjaga itu berteriak, dan suaranya itu membuat semua orang yang tinggal di kawasan itu panik.
****