Chapter 31

~Story of Frozen Serpent~

ǁ Gunung Frostain adalah sebuah danau. Danau yang airnya diangkat dan dibekukan membentuk sebuah istana tempat tinggal seekor naga. Naga yang merajai wilayah utara benua barat. Monarki yang berkuasa atas kaum serigala salju. ǁ

ǁ Kaum serigala salju adalah makhluk suci. Makhluk yang taat kepada kami. Mereka hidup dalam satu keluarga. Keluarga besar dengan ikatan kuat. Sesungguhnya telah kami turunkan kepada mereka pembimbing dari kaum mereka sendiri. ǁ

ǁ Sang tirani telah takluk pada nafsunya. Naga es telah lupa akan penciptanya. Ia menindas kepada semua yang di bawahnya. Bermain sebagai tuhan menggunakan kekuatan yang telah kami pinjamkan kepadanya. ǁ

ǁ Naga es hatinya telah membeku. Nafsu menguasai raganya. Menurunkan derajatnya menjadi seekor ular. Setiap ucapannya hanya sebuah desisan. Intimidasi yang kosong makna. Hanya ketakutan semata yang menguasai diri. ǁ

ǁ Ular terbang mulai bermain dengan manusia. Menciptakan tempat bermain, hiburan mematikan untuk memuaskan nafsu dan hasratnya. Jiwa terkutuk berhati beku. Kami telah datangkan hukuman untukmu. Sesungguhnya The Creator of All Creations adalah Maha Adil lagi Maha Bijaksana. ǁ

Buku pun menutup.

"(Apa maksudnya ini? Kenapa aku ditunjukkan kisah semacam ini?)" gumam Syuhada.

「Syin gunakanlah kebijaksanaan.」

"(Kebijaksanaan? Benar juga, kisah ini muncul setelah aku memutuskan untuk menuju ke arah gunung yang ada di sana. Jangan bilang gunung itu adalah gunung Frostain yang disebutkan di sini?)" duga Syuhada.

「Kebijaksanaan Syin bertambah.」

"(Tapi gunung Frostain adalah gunung es dari danau yang dibekukan. Sementara gunung yang di sana adalah gunung biasa yang bersalju di puncaknya. Bukankah mestinya itu gunung yang berbeda?)" pikir Syuhada.

「Tanya lah kepada Ardh Gaia Motherland.」

"Ardh, apakah gunung di sana itu benar gunung Frostain?" tanya Syuhada kepada Ardh.

"Ya, itu adalah gunung Frostain. Dari mana tuan Hada tahu tentang itu?" jawab Ardh lalu bertanya balik.

"Aku membacanya di buku putih" jawab Syuhada.

"Oh~ begitu ya. Ya, benar. Gunung di sana itu adalah gunung Frostain, tempat tinggal seekor naga es. Jadi tuan Hada berhati-hatilah, karena sebentar lagi kita akan masuk ke dalam area pengawasannya" ungkap Ardh.

"Tapi bukannya gunung Frostain adalah danau yang dibekukan? Harusnya itu 100% es kan?" tanya Syuhada lagi.

"Tuan Hada bahkan mengetahui hal itu juga!? Ya, memang dulunya gunung itu adalah gunung yang seluruhnya adalah es. Namun setelah ribuan tahun, tanah mulai menutupi gunung itu, semakin lama semakin menumpuk dan menebal. Hingga pada akhirnya jadi gunung yang terlihat sekarang" jelas Ardh.

"Bagaimana caranya tanah sebanyak itu bisa naik ke atas gunung!? Apa naga yang tinggal di sana yang memindahkannya!?" tukas Syuhada.

"Tidak, tuan Hada. Naga adalah makhluk yang diciptakan untuk berdiam diri dan bersembahyang sepanjang hidupnya. Mereka adalah makhluk yang diuji dengan cara diberikan kekuatan yang sangat dahsyat. Hasrat untuk menggunakan kekuatan itu, adalah ujian dari The Creator of All Creation kepada mereka. Jadi mereka tak mungkin menggunakan kekuatan mereka hanya untuk hal sepele semacam itu" sanggah Ardh.

"Lalu bagaimana jika naga itu jatuh kepada hawa nafsunya?" tanya Syuhada.

"Naga yang takluk kepada hawa nafsunya sendiri adalah naga yang dikutuk. Mereka akan dihukum dengan hukuman yang setimpal" jawab Ardh.

"(Apa itu benar?)" tanya Syuhada kepada buku putihnya.

「Ya, itu benar.」

"Kalau begitu, sepertinya kita akan segera masuk ke wilayah seekor naga yang terkutuk" ujar Syuhada.

"Apa ma— {Apa maksudmu, tuan Hada?}" tanya Ardh.

"(Kenapa dia tiba-tiba menggunakan bahasa elf kuno?)" gumam Syuhada.

「Ardh Gaia Motherland sedang berhati-hati.」

"(Pada apa?)" tanya Syuhada.

「The Creator of All Creations juga menciptakan makhluk-makhluk tak kasat mata.」

Syuhada sedikit tersentak. Kemudian ia menoleh ke sekitarnya untuk memeriksa.

「Syin belum diberikan kemampuan untuk melihat mereka. Jadi itu sia-sia saja.」

"(B—begitu ya…)" sahut Syuhada.

"{Tenang saja, tak ada siapapun di sekitar kita}" ujar Ardh.

"{Kalau begitu, kenapa kamu menggunakan bahasa elf kuno, Ardh?}" tanya Syuhada.

"{Untuk berjaga-jaga saja. Karena yang sedang kita bahas ini adalah naga tirani yang menguasai wilayah sekitar sini}" jawab Ardh.

"{Begitu ya. Aku memang membacanya juga kalau naga ini adalah monarki yang suka bermain-main dengan kaum yang ada di bawahnya. Bahkan katanya dia mulai bermain-main dengan manusia juga}" jelas Syuhada.

"{Apa!? Dengan manusia juga!?}" ucap Ardh terkejut dan berhenti melangkah.

Syuhada yang sedang duduk di pusaran angin juga berhenti.

"{Ya, itu yang aku baca}" jawab Syuhada.

"{Kalau begitu bahaya, kan? Bagaimana kalau kita pergi ke arah lain saja?}" pinta Ardh tampak khawatir.

"{Kenapa kamu begitu khawatir? Memangnya kamu tak bisa mengalahkan naga itu?}" tanya Syuhada.

"{Bisa. Malah itu mudah bagiku. Yang aku khawatirkan adalah tuan Hada. Selagi aku menghadapi naga itu, siapa yang akan menjaga tuan Hada?}" jawab Ardh.

"{Aku punya {Jabbarail}}" ujar Syuhada sambil mengangkat tangan kanannya.

Di atas telapak tangan kanannya itu ada sebuah buku putih melayang yang tentu saja Ardh tak dapat melihatnya, namun Ardh tahu kalau saat ini Syuhada sedang mencoba menunjukan hal itu padanya.

"{Aku punya {Al-Kahf}}" lanjut Syuhada yang lalu mata kirinya berubah menjadi mata lubang hitam.

Kemudian Syuhada memunculkan sebuah pisau belati ke genggaman tangan kanannya.

"{Dan aku punya kamu juga}" sambung Syuhada sambil menunjuk Ardh.

"{Benar juga. Sebelumnya juga tuan Hada mengalahkan wyvern menggunakan angin yang kupinjamkan, bukan?}" ujar Ardh.

"{Ya. Karena itu, aku ingin kamu meminjamkannya lagi. Apa boleh?}" tanya Syuhada.

"{Tentu saja boleh. Angin! Patuhi semua perintah dan kehendak tuan Hada!}" ujar Ardh kemudian memerintahkan angin untuk mematuhi perintah Syuhada.

Mata sebelah kanan Syuhada kemudian berubah menjadi mata Ardh.

"{Sekarang aku sudah memiliki kuasa atas angin, aku akan bisa melawan balik segala hal yang dilemparkan ke arahku}" ungkap Syuhada.

"{Tuan Hada tolong tetap berhati-hati. Naga yang telah jatuh kepada hawa nafsunya akan melakukan segala cara untuk merealisasikan segala keinginannya. Bahkan jika itu cara yang licik dan jahat sekalipun}" ujar Ardh memperingatkan.

"{Aku mengerti. Karena itu aku ingin meminta satu hal lagi kepadamu}" balas Syuhada.

"{Apa itu, tuan Hada?}" sahut Ardh.

"{Tolong selidiki gunung Frostain untukku. Jika itu kamu sendiri, maka kamu akan bisa menyusup tanpa ketahuan. Lalu pastikan keadaan dan situasi di sana}" jawab Syuhada.

"{Apa gunanya melakukan itu?}" tanya Ardh.

"{Aku membaca kalau ada kaum serigala salju di sana. Aku ingin kamu memeriksan mereka, Ardh. Apabila mereka layak diselamatkan, selamatkan}" ungkap Syuhada.

"{Apabila tidak?}" tambah Ardh.

"{Aku akan memberikan keputusan saat waktunya tiba. Untuk saat ini, lakukan dulu yang aku pinta terlebih dulu}" balas Syuhada.

"{Aku mengerti, tuan Hada}" sahut Ardh.

"{Berangkat lah}" ujar Syuhada.

"{Baik}" sahut Ardh lagi.

Ardh kemudian menghilang bersama angin seakan tubuhnya melebur dengan udara.

"{Sepertinya aku harus berjalan kaki dari sekarang, ya}" ujar Syuhada lalu melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

****

Jalanan setapak yang dilalui Syuhada mulai semakin samar. Itu adalah tanda kalau jalanan itu sudah sangat lama tidak dilalui manusia. Semakin lama semakin hilang panduan jalan setapak itu. Hingga akhirnya benar-benar sudah tak ada lagi jejaknya.

"(Hmm… sekarang bagaimana?)" gumam Syuhada.

「Biar kami yang memandu Syin dari sini.」

"(Terima kasih, Hud)" sahut Syuhada.

Kemudian di penglihatan Syuhada muncul cahaya yang menjadi "jalan setapak" untuk diikuti olehnya.

"(Panduan yang bisa dilihat, memang sangat membantu)" komentar Syuhada.

Syuhada kemudian mengikuti jalur bercahaya itu. Dan terbukti itu adalah rute yang mudah untuk dilalui oleh Syuhada. Ia merasa seolah melewati sebuah jalan yang memang dibuat manusia untuk melewati kawasan hutan tersebut untuk jalan-jalan berwisata santai.

「Ada individu yang mengikuti anda.」

"(Hm? Siapa?)" tanya Syuhada.

「Individu ini dipenuhi rasa penasaran.」

"(Ras apa? Kaum apa?)" tanya Syuhada lagi.

「Spirit.」

"(Spirit??!!)" sahut Syuhada terkejut.

「Jangan takut, Syin. Dia mengikuti Syin bukan untuk mencelakai Syin. Tapi hanya karena murni rasa penasarannya saja.」

"(Tapi kenapa dia bisa begitu penasaran terhadapku?)" tanya Syuhada penasaran.

「Karena kami bersama Syin.」

"(Hah? Jangan bilang dia bisa melihatmu?)" tukas Syuhada.

「Tidak. Namun dia bisa merasakan ada sesuatu yang menghalaunya untuk menganggu Syin.」

"(Dengan kata lain, dia penasaran karena ia tak bisa menggangguku, dan dia tak melihat dan tak tahu apa yang menghalanginya dari melakukan itu?)" duga Syuhada.

「Tepat.」

"(Apa dia spirit yang jahat?)" tanya Syuhada lagi.

「Tidak ada spirit yang jahat. Mereka hanya pribadi yang kekanak-kanakan. Pribadi yang suka mengganggu dan cenderung jahil. Hanya saja ada spirit yang bersih dan spirit yang berdosa.」

"(Jadi maksudnya, tak ada konsep jahat bagi mereka. Namun hanya ada konsep bertakwa atau berdosa. Lalu apa bedanya mereka dengan manusia?)" tanya Syuhada.

「Kepada manusia telah ditanamkan akal atau sederhanya kesadaran. Kesadaran untuk membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk. Dan kesadaran itu dimiliki oleh semua manusia. Hanya saja sebagian dari kalian mengabaikan akal kalian.」

"(Iya juga sih. Sama seperti perasaan ketika aku kelaparan dahulu dan hendak mencuri. Meski tak ada yang memberitahuku kalau mencuri itu buruk, tapi kesadaranku seolah memperingatkanku dengan rasa takut. Tubuhku gemetar dan menggigil. Padahal saat itu juga tidak ada siapapun yang menegurku, tapi aku merasa takut karena aku tahu kalau yang kulakukan itu adalah mengambil barang orang lain tanpa izin pemiliknya. Dan beruntungnya aku mengikuti kesadaranku itu dan tidak jadi melakukannya. Sehingga sebagai gantinya aku berhasil membuka 〘Divine Guidance Lv. 1〙 atas kebijaksanaanku itu)" gumam Syuhada.

「Bersyukurlah karena Syin terselamatkan dari lingkaran kejahatan.」

"(Ya, terima kasih kepada The Creator of All Creations karena telah membimbing hatiku ke jalan yang benar saat itu. Karena kalau saja aku dibiarkan mengambil keputusan untuk tetap mencuri saat itu, maka aku akan terjebak dalam lingkaran kejahatan karena merasa mendapatkan pembenaran atas perbuatanku karena aku dibuat aman dan berhasil dalam melakukan pencurian itu)" tambah Syuhada.

「Dan Syin juga sudah melakukan kerja bagus karena tetap memilih mengikuti kesadaran Syin untuk tidak mencuri.」

"(T—terima kasih…)" sahut Syuhada sambil menggaruk kepalanya dan wajahnya memerah karena malu.

Sekian lama berjalan, Syuhada sampai di depan sebuah goa.

"(Kenapa kita ke sini?)" tanya Syuhada.

「Ini sudah sore. Akan lebih baik Syin beristirahat dan mulai menyiapkan kemah di sini.」

"(Benar juga. Tak terasa sudah sore ya. Jadi aku sudah sejauh itu ya berjalan kaki?)" duga Syuhada sambil melihat ke langit yang mulai tertutup lembayung senja.

Syuhada memasuki goa dan memeriksa keadaan di dalam goa itu untuk memastikan keamanan goa itu sebelum ia gunakan untuk bermalam. Setelah memastikan kalau tak ada hewan, serangga, atau monster berbahaya yang menghuni goa itu, ia pun kembali keluar dari goa dan mulai memegang dagu berpikir.

"(Pertama-tama aku harus mencari makanan lalu kayu bakar untuk membuat api unggun. Hmm… tak terasa aku harus kembali ke kebiasaan lamaku untuk melakukan semuanya sendiri karena tak ada Ardh bersamaku saat ini)" pikir Syuhada.

Syuhada kemudian kembali masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan yang bisa ia makan. Ia memperhatikan ke sekelilingnya, dan sesekali juga melihat ke atas kalau-kalau ada buah-buahan yang bisa ia ambil. Namun ia tak menemukan apapun yang bisa dimakan.

"(Kenapa hutan ini sepi sekali?)" gumam Syuhada.

「Hutan ini sepi dari binatang karena ada monster yang hidup di dekat sini.」

"(Monster? Jangan bilang monster itu juga memburu binatang-binatang yang ada sehingga banyak binatang yang ketakutan dan bermigrasi?)" terka Syuhada.

「Benar.」

"(Kalau begitu, bukankah ini buruk? Aku bisa-bisa takkan menemukan makanan kalau begini)" keluh Syuhada.

「Berusahalah lebih keras.」

"(Bagaimana caranya? Kalau yang diusahakannya saja tidak ada, bagaimana caranya aku berusaha?)" tanya Syuhada.

「Gunakan kebijaksanaan Syin.」

"(Hmm… tadi Hud bilang di sekitar sini ada monster kan? Monster apa?)" tanya Syuhada lagi.

「‹Black Orc›.」

"(Orc hitam? Apa bedanya mereka dengan orc biasa?)" tanya Syuhada lagi.

「…」

"(Jadi aku harus cari tahu sendiri ya? Baiklah, di mana wilayah kekuasaan mereka?)" tanya Syuhada lagi.

「1 ㏎ ke barat daya.」

"(Jauhnya. Mungkin aku harus terbang untuk memeriksanya)" gumam Syuhada.

Kemudian Syuhada mengumpulkan angin dan membentuk jubah serta sorban transparan yang melilit tubuhnya. Kemudian di punggungnya muncul sayap yang terbentuk dari pusaran angin transparan yang meliuk-liuk.

"{Mohon bimbingannya, Hud!}" ucap Syuhada.

Lalu muncul di penglihatan Syuhada berupa tanda panah yang menunjuk ke arah tujuan Syuhada, yaitu pemukiman ‹Black Orc›.

Dengan sekali dorongan, tubuh Syuhada pun melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke arah yang ditunjuk tanda panah tersebut.

"Uwwaahh!!??" ucap Syuhada terkejut, "(sepertinya aku masih belum terbiasa terbang. I—ini terasa begitu tinggi)" keluhnya yang penglihatannya mulai sedikit kabur.

****

Pemukiman ‹Black Orc› memiliki penampakan yang sama dengan milik ‹Orc›, namun tentunya berbeda dengan manusia. Pemukiman mereka terlihat tidak rapi dan terkesan acak-acakan. Dari segi strategis pun mereka hanya seperti menempatkan bangun penting mereka di tengah, dan itu terlihat jelas karena bangunan paling besar yang tak lain adalah rumah pimpinan mereka berada tepat di tengah wilayah pemukiman itu.

Makhluk jenis ‹Orc› adalah makhluk yang memiliki kecerdasan, karena itu mereka bisa membangun hubungan sosial serta peradaban. Meski peradaban mereka rendah dan hubungan sosial mereka yang berdasar kekuatan, karena kecerdasan mereka yang tak begitu tinggi.

Karena ‹Orc› masuk kategori monster, mereka sering diburu oleh manusia sehingga mereka sering dipaksa untuk selalu bermigrasi dari waktu ke waktu. Sehingga mereka terbiasa memiliki kehidupan yang semi-nomaden.

‹Orc› juga monster yang cukup sering menangkap dan memakan manusia. Namun sebelum menjadikan manusia sebagai makanan mereka, ‹Orc› sering bermain-main dengan mereka dulu. Apalagi jika itu manusia lawan jenis mereka. Biasanya mereka akan melakukan berbagai hal, utamanya seksual untuk memenuhi hasrat seksual mereka yang tinggi. Itu karena ‹Orc› adalah makhluk yang mirip dengan babi dari bentuknya juga sifatnya, hanya saja berjalaan dengan dua kaki dan memiliki tangan humanoid. Dan ditambah mereka tahu kalau manusia memiliki bentuk tubuh yang lebih indah dan menawan daripada kaum mereka sendiri yang selalu memiliki perawakan mirip babi. Lalu apabila bentuk tubuh manusia yang mereka tangkap sudah tak tampak indah lagi, baru lah setelah itu mereka memakannya. Karena mereka tak bisa melihat manfaat lain untuk terus membiarkan para manusia tawanan mereka hidup. Apalagi karena perkawinan manusia dan ‹Orc› mustahil memiliki keturunan.

Dan kelihatannya, para ‹Orc› di sini juga berhasil menangkap beberapa manusia. Itu terlihat dari beberapa manusia yang terikat ke tiang pasak kayu seperti seekor anjing. Baik laki-laki maupun perempuan, semuanya terikat tanpa sehelai kain pun menutupi tubuh mereka. Di depan mereka terlihat setumpuk daun yang nampaknya adalah makanan yang diberikan para ‹Orc› untuk mereka.

"(Kelihatannya aku terpaksa harus ikut campur. Tadinya aku hanya mau memeriksa saja, tapi jika sudah begini kasusnya, terpaksa aku harus turun tangan)" gumam Syuhada.

Syuhada memunculkan pisau belatinya. Pisau belati dengan tulisan (الحكمه) itu pun mulai bercahaya.

「Waspada lah.」

"{Terima kasih!}" sahut Syuhada.

Kemudian Syuhada melesat turun dan mendarat tepat di dekat pasak-pasak tempat para manusia terikat. Para manusia itu pun terkejut melihat seorang anak seolah tiba-tiba jatuh dari langit. Syuhada menghampiri para manusia itu dan mulai memotong tali yang mengikat mereka satu persatu.

Mereka terlihat bingung, terkejut, dan takut. Itu semua tampak dari ekspresi wajah mereka ketika menatap Syuhada. Bahkan setelah ikatan mereka putus, mereka malah menjauh dari Syuhada.

"(Kenapa mereka terlihat takut kepadaku?)" tanya Syuhada.

「Mungkin karena cara datang Syin yang tak biasa.」

"(Cara datangku? Benar juga, harusnya aku datang dengan mengendap-ngendap. Itu akan terlihat lebih normal daripada turun langsung dari atas seperti tadi)" gumam Syuhada.

"K—kalian mengerti bahasa benua barat?" tanya Syuhada kepada mereka.

Mereka semua tampak mengangguk dengan gerakan dan tempo yang beragam.

"B—baguslah. Aku akan menyelamatkan kalian" ujar Syuhada.

Seorang orc yang terlihat menemukan tawanan dibebaskan oleh seorang manusia asing, langsung berteriak mengeluarkan jeritan lantang. Jeritan yang mirip suara babi. Setelah mendengar suara jeritan itu, terlihat para orc lain buru-buru keluar dari rumah-rumah mereka. Dan mereka pun mengepung tempat tawanan mereka itu.

Melihat semua orc berkumpul di sana, para manusia yang baru dibebaskan Syuhada pun menjadi panik dan penuh ketakutan.

Dari balik kerumunan orc, terlihat sesosok orc yang memiliki tinggi dan ukuran tubuh lebih dari orc yang lain. Orc tinggi itu terlihat menyenggol dan melempar orc-orc yang menghalangi jalannya. Dan akhirnya terlihat lah sesosok orc yang terlihat memakai armot dari tulang monster tertentu. Bahkan helmnya juga adalah tengkorak kepala monster berjenis penyeruduk karena memiliki tanduk tajam kedua sisinya.

❝Kukira apa, hanya bayi manusia jantan ternyata. Ya, sudah lama aku tak memakan daging muda. Aku akan menikmati dagingmu dengan gembira malam ini!❞ ucap orc itu.

"(Y—yang barusan itu!?)" pikir Syuhada terkejut.

「Tentu saja Syin akan bisa mengerti bahasa mereka dengan kemampuan kami.」

❝Kemarilah bayi manusia!❞ ujar orc tadi.

Sambil terlihat ia membawa sebuah pedang berjenis Talwar yang berukuran besar, orc itu berjalan mendekati Syuhada dengan menyeret ujung pedangnya di tanah.

"(Pochi, lapisi pisauku dengan lubang dimensi penyimpananku)" pinta Syuhada.

| Dimengerti. |

Syuhada mulai memegang pisau belati itu ke atas bersiap mengayunkannya untuk menebas sang orc.

❝Hahahahaha! Bayi yang bodoh! Apa memangnya yang bisa kau lakukan dengan benda kecil itu? Rasakan ini! Ini baru senjata yang sesungguhnya!❞ tegas sang orc juga mulai bersiap mengayunkan talwarnya.

Tapi ayunan Syuhada selesai lebih dulu dan membelah dua sang orc.

Semuanya terbelah menjadi dua, bahkan pedang besar yang diayunkan juga terbelah dua persis menjadi bagian yang sama persis bagaikan pinang dibelah dua. Kedua bagian tubuh orc itu pun jatuh ke arah yang berlawanan sambil menyemburkan darah yang sangat banyak.

Semua orang terkejut bukan main oleh kejadian itu, bahkan kaum orc juga.

"(Uwwahh~ ini menjijikan. Aku yang terbiasa memproses hewan pun tetap saja merasa jijik kalau mengetahui bentukan awalnya mirip manusia)" komentar Syuhada sambil menutup mulut dan hidungnya dengan tangan kirinya.

Para orc lain pun mulai berisik dan terlihat wajah mereka yang dipenuhi rasa terror dan ketakutan. Mereka mulai berlarian kalang kabut menyebar ke segala arah menjauhi Syuhada yang menjadi sumber terror mereka.

"{Angin, tandai mereka. Dan apabila mereka sudah cukup jauh untuk keluar dari penglihatan manusia, ungsikan udara dari mereka. Jangan biarkan satu hembusan pun masuk ke pernapasan mereka hingga akhirnya jiwa mereka terpisah dari raganya}" ujar Syuhada memberikan instruksi.

「Kebijaksanaan Syin bertambah.」

"(Aku terpaksa melakukannya karena jika dibiarkan mereka pasti akan mencoba membalas dendam. Bukan kepadaku, tapi kepada semua manusia yang mereka temui yang lebih lemah dari mereka tentunya. Mereka akan menjadi monster yang lebih brutal dari sebelumnya)" gumam Syuhada sambil terlihat sedikit menyesal.

Syuhada kemudian berbalik menengok ke arah orang-orang yang telah ia selamatkan.

"Ehem! K—kalian tidak apa-apa?" tanya Syuhada dengan sedikit grogi.

Semua orang itu terkejut dan ketakutan.

"(Ya, itu wajar sih. Mereka melihatku bisa membelah dua pemimpin makhluk yang selama ini telah membuat mereka tidak berdaya dengan sangat mudahnya. Di mata mereka pasti aku ini adalah monster yang mengerikan)" tukas Syuhada lalu menghela napas.

Ketika memperhatikannya dengan lebih seksama lagi, Syuhada baru menyadari kalau kondisi tubuh dari orang-orang di depannya tampak sangat menyedihkan. Mereka kurus kering dan tubuh mereka tampak sangat kumal karena tak pernah memiliki kesempatan untuk mandi.

"(Pochi, kamu sedang ada di mana?)" tanya Syuhada.

| Posisi hamba sedang ada di kota, ibukota kerajaan Torren, Rottendam. |

"(Kalau begitu, apa kamu bisa belikan beberapa makanan serta kantong minum dan beberapa ember juga? Lalu belikan juga beberapa pakaian dengan ukuran…)" gumam Syuhada.

| Dikonfirmasi. Ukuran berhasil didapatkan melalui penglihatan Master. |

"(Kamu bisa melihat yang aku lihat!?)" sahut Syuhada kaget.

| Perintah akan segera dilaksanakan. Item akan disimpan ke penyimpanan Master. |

"(Bagus. Kalau begitu akan kutunggu)" jawab Syuhada merasa lega.

Setelah menunggu beberapa saat, panel baru muncul.

| Perintah selesai dilaksanakan. Item sudah masuk ke penyimpanan Master. |

"(Cepatnya!? Seperti yang diharapkan dari Pochi!)" puji Syuhada.

| Hamba merasa tersanjung atas pujian Master. |

Syuhada memeriksa barang yang telah dikirimkan Pochi. Ia pun mendapati berbagai macam makanan yang terlihat sangat enak seakan itu adalah makanan dari restoran mahal. Juga terlihat beberapa setel pakaian pria maupun wanita yang tampak bagus, bersih, dan rapi.

"Ehem! B—bersihkan tubuh kalian terlebih dahulu" pinta Syuhada kepada mereka.

Syuhada memunculkan beberapa ember air di depan mereka yang tentunya telah terisi air bersih yang begitu jernih.

"Dan jangan diminum! Untuk minuman kalian aku sudah menyiapkan tempat lain!" tegur Syuhada memunculkan beberapa kantong air yang ia gantungkan ke pagar pembatas area tawanan.

Terlihat beberapa orang yang memang hendak minum langsung mengurungkan niatnya.

Mereka akhirnya mulai membilas dan membasuh badan mereka menggunakan air. Mereka menggosok-gosok tubuh mereka mencoba membersihkan setiap kotoran yang melekat di tubuh mereka.

"(Seharusnya aku membelikan mereka kain pembilas juga, tapi… aku tak mau merepotkan Pochi lagi karena harus bolak-balik pasar)" gumam Syuhada.

「{Al-Kahf} takkan kerepotan dengan hal sepele seperti itu.」

"(Iya juga ya. Dia bisa berpindah kemana pun dengan instan)" ungkap Syuhada baru ingat.

Tiba-tiba di penyimpanan Syuhada muncul beberapa helai kain perca untuk membilas tubuh saat mandi.

"(Dia mendengarkan pembicaraan kita!?)" tukas Syuhada terkejur.

「Mungkin hanya perkataan Syin.」

Syuhada kemudian membagian kain itu ke setiap orang yang sedang mandi saat ini.

「…」

"(Jika saja situasinya normal, mungkin aku takkan setenang ini melihat orang mandi)" gumam Syuhada lalu bersandar ke pagar pembatas dan memejamkan matanya.

「Kenapa Syin tiba-tiba mengatakan itu?」

"(Karena aku merasa Hud ingin mempertanyakan hal itu)" jawab Syuhada.

Setelah beberapa lama, orang-orang mantan tawanan itu pun telah menyelesaikan mandi mereka. Melihat mereka telah selesai, Syuhada dengan sigap langsung memunculkan pakaian yang telah dibelikan oleh Pochi ke depan mereka, lalu menyimpan kembali ember-ember beserta kain-kainnya ke penyimpanan.

"Ehem! K—kenakanlah pakaian, tutupi tubuh kalian dengan baik!" suruh Syuhada.

Mereka menurut dan mulai berebut untuk memakai pakaian terbaik.

"۞ Bersabarlah! Tenanglah! Ambil keputusan dengan kepala dingin! Jangan biarkan keserakahan menguasai diri kalian! ۞" ujar Syuhada mengaktifkan 〘Word of Guidance〙.

Seketika semua keributan berhenti. Mereka mulai meletakan kembali pakaian yang mereka hendak ambil. Kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

"(Kemampuan ini terlalu luar biasa kuat! Jika aku asal-asalan menggunakannya, maka bisa berakhir dengan kekacauan masal)" pikir Syuhada.

「Karena itu kami meminta Syin untuk bijaksana dalam menggunakannya.」

Orang-orang itu mulai mengambil pakaian yang sesuai ukuran mereka, dan beberapa juga berdiskusi mengenai pakaian yang mereka ambil untuk memutuskan pemilik pakaian yang sama yang dipilih oleh orang berbeda.

"(Aku ingin tahu Ardh sedang apa saat ini?)" gumam Syuhada.

Syuhada melihat ke arah langit yang mulai gelap karena matahari mulai terbenam. Dan para mantan tawanan tampak sudah selesai berpakaian. Kini mereka sudah kembali terlihat rapi, kecuali rambut mereka yang tampak masih sedikit kotor.

Mereka lalu berlutut menghadap ke arah Syuhada memberikan penghormatan pada penyelamat mereka.

"(Kenapa mereka berlutut padaku?)" gumam Syuhada bingung.

「Coba baca hati mereka.」

Syuhada pun mengaktifkan 〘Revealing Darkness〙.

"(Anak ini pasti lah utusan dewa! Dia di utus untuk menyelamatkan kami!)" pikir seorang tante berusia 30-an.

"(Hormat kami pada tuan pahlawan! Hormat kami pada tuan pahlawan! Hormat kami pada tuan pahlawan!)" ujar seorang wanita muda usia 20-an awal.

"(Oh dewa, akhirnya kau turun untuk menyelamatkan kami!)" ungkap seorang perempuan usia 20-an akhir.

"(Dewa! Terima sembah kami dewa!)" ucap seorang laki-laki tampan paruh baya.

"(Utusan dewa! Terima kasih telah datang untuk kami yang hina ini!)" ungkap seorang laki-laki muda yang mungkin masih berusia 17-an.

"(Pertolongan dewa benar-benar datang! Terima kasih, dewa!)" ujar seorang gadis berusia 17 tahunan.

"(Pahlawan! Utusan dewa! Terima penghormatanku!)" ujar pemuda usia 20-an yang tampak bertubuh kekar meski agak samar karena mulai kurus.

Mendengar semua itu, Syuhada langsung menghela napas dan memegang keningnya.

"(Aku harus menyudahi kesalah-pahaman ini. Kalau tidak, aku akan mendapatkan hukuman The Creator of All Creations)" pikir Syuhada.

「Kebijaksanaan Syin bertambah.」

"Ehem! Pe—perlu aku tegaskan sebelum aku memperkenalkan diriku. Aku bukan dewa, bukan pula titisan, turunan, maupun wujud lainnya! A—aku juga bukan utusan dewa manapun yang mungkin kalian bayangkan saat ini! Aku hanyalah manusia biasa yang dititipkan kemampuan untuk menolong kalian! D—dan namaku adalah Syuhada!" tegas Syuhada lalu memperkenalkan dirinya.

"Hormat kami kepada tuan pahlawan, Syuhada!" ucap mereka dengan serentak.

"(Aku tidak akan bisa menyanggah yang satu itu, karena memang faktanya makna dari kata pahlawan ya memang orang yang menyelamatkan orang lain. Dan lagipula, yang terpenting sekarang hanya memperbaiki kesalah-pahaman yang paling berbahaya dulu)" pikir Syuhada.

「Kebijaksanaan Syin bertambah.」

"Ka—karena sekarang sudah gelap, mari kita pindah ke tempat lain yang lebih aman" ajak Syuhada.

"(Pochi, simpan mereka ke penyimpanan yang waktunya berhenti)" pinta Syuhada.

Kemudian semua orang itu pun menghilang tanpa jejak. Syuhada juga tak lupa untuk menyimpan kembali kantong air yang sebelumnya ia keluarkan.

"(Hud, tunjukkan jalan kembali ke goa sebelumnya)" pinta Syuhada setelahnya.

Tanda panah kembali muncul di penglihatan Syuhada menjadi kompas yang menunjuk ke arah goa yang ditemukannya sebelum ke sini. Syuhada kemudian kembali terbang dan melesat ke arah yang ditunjuk oleh tanda panah di penglihatannya menggunakan angin seperti sebelumnya.

****

Sesampainya ke goa, saat itu matahari sudah benar-benar terbenam. Syuhada lalu mencoba untuk mengumpulkan beberapa ranting kering dan menumpuknya. Kemudian satu ranting kering yang dipegangnya ia masukan ke penyimpanan.

"(Kalau tidak salah, aku bisa memanipulasi aturan apapun di dimensi penyimpananku, kan?)" pikir Syuhada.

「Benar. Tak ada batasan aturan semacam apapun itu.」

"(Syukurlah kalau begitu. Kalau begitu nyalakan salah satu ujung ranting yang kusimpan tadi dengan api)" instruksi Syuhada.

Terlihat di panel tampilan penyimpanan Syuhada, gambar 3D realistik ranting kayu yang terbakar. Kemudian Syuhada memunculkan kembali ranting itu ke dunia nyata dan meletakan ranting kayu tersebut ke bawah tumpukan ranting kayu dan menambahkan beberapa dedaunan kering untuk memperbesar nyala apinya.

"(Tunggu sebentar, jika begini bukankah itu artinya aku bisa melakukan yang sihir lakukan? Seperti menembakan bola api dan semacamnya. Kepalaku saat ini dipenuhi oleh ide brilian! Tapi aku mesti berhati-hati menggunakannya, jangan sampai kekuatanku membuatku mabuk oleh kesombongan)" gumam Syuhada dengan girang.

「Kebijaksaan Syin bertambah.」

"(Oh iya, aku baru ingat. Pochi keluarkan mereka dari penyimpanan)" pinta Syuhada.

| Dilaksanakan. |

Kemudian orang-orang yang diselamatkan Syuhada di pemukiman ‹Orc› pun muncul di sekitar api unggun. Mereka langsung terlihat syok dan kebingungan. Soalnya karena waktu mereka dihentikan saat dipenyimpanan, mereka jadi merasa seolah berteleportasi karena bagi mereka pemandangan seolah tiba-tiba berganti dari area tawanan, ke area hutan depan goa.

"Ehem! T—tak usah panik, aku yang memindahkan kalian kemari. M—maaf apabila aku telah lancang dan seenaknya memindahkan kalian" ujar Syuhada.

Orang-orang itu tampak menggelengkan kepala mereka.

"S—sekarang kita sudah ada di sini, bagaimana kalau kita makan?" tawar Syuhada sambil mencoba bersikap ramah, meski agak canggung, "tapi sebelum itu…" lanjutnya sambil membagikan kantong air kepada mereka.

Semua orang tampak buru-buru meminum air segar di kantong air itu.

"Jangan terburu-buru. Minum secukupnya saja" ujar Syuhada.

Mereka pun kemudian langsung berhenti minum dan menutup kembali kantong air mereka.

"Syukurlah kalian mengerti. Kalau begitu, mari kita mulai makan" lanjut Syuhada lalu memunculkan berbagai macam makanan.

Kini di sana seperti sebuah acara makan-makan perkemahan. Karena di sekeliling api unggun tersaji berbagai macam makanan yang tampak sangat enak. Semua orang terlihat menahan air liur mereka yang hendak menetes.

"Kenapa diam saja? Ayo dimakan" ungkap Syuhada sambil ia juga mengambil makanan untuk dimakan.

Yang ia ambil adalah sepotong paha ayam panggang yang telah terlumuri saus pedas manis yang membuat daging paha ayam itu berwarna kecokelatan. Syuhada memejamkan matanya berdo'a dahulu, sebelum kemudian ia menyantap daging paha ayam panggang itu.

"(Hm! I—ini enak! Rasa sausnya sangat cocok untuk tekstur dan aroma daging ayam yang dipanggang! Ini luar biasa!)" komentar Syuhada.

Melihat Syuhada memakannya dengan wajah girang, membuat semua orang menelan ludah karena terbayang rasa enaknya. Salah seorang dari mereka pun mulai mengambil satu makanan dan menyantapnya. Ia tersentak kaget. Air mata langsung mengalir di pipinya. Ekspresinya tampak sangat terharu.

"Ini enak banget! Ini baru lah makanan! Akhirnya— akhirnya aku bisa memakan makanan yang sesungguhnya sekali lagi!" ungkap laki-laki paruh baya itu.

Setelah melihat kawan mereka memulai lebih dulu, akhirnya semuanya pun mulai berani untuk mengambil makanan-makanan yang ada di depan mereka dan mulai menyantapnya. Dan mereka semua pun mulai berekspresi mirip dengan pria paruh baya tadi. Mereka semua terharu, karena setelah sekian lama diperlakukan seperti hewan ternak, mereka kini kembali bisa makan makanan yang layak sebagai manusia.

Syuhada yang menyaksikan itu hanya bisa tersenyum karena ikut merasakan kebahagiaan mereka.

Setelah selesai makan, Syuhada mulai memberlakukan aturan yaitu memisahkan tempat tidur laki-laki dengan perempuan supaya tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Syuhada membagi dua ruangan di dalam goa itu menjadi sisi kiri dan kanan menurut sudut pandang dari mulut gua. Sisi kiri untuk perempuan dan sisi kanan untuk laki-laki. Sementara itu, Syuhada tidur di garis pembatas untuk menjaga dan mengawasi mereka.

Malam itu pun berhasil dilalui tanpa kejadian apapun.

****