Song Yi mendongakkan kepalanya. Kacamata hitamnya meluncur hingga ujung hidungnya. Jelas-jelas Song Yi tidak menatap mata pria itu, tapi ia justru merasa tatapan mata pria itu sudah menargetkannya. Hal itu membuat dirinya terasa sesak.
"Kau cantik," kata pria itu sambil berbisik ringan. "Tak maukah kau menciumku?"
Nada suara pria itu terdengar konyol. Suaranya terdengar ringan, seksi, serak, sekaligus rasa gerah yang sangat sulit diungkapkan.
"!!?"
Song Yi tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Akhirnya Song Yi mengerti. Pria ini memang sengaja!
Pria ini tahu bagaimana caranya menarik perhatian wanita. Lalu, pria ini berbicara dengan sikap dan nada sarkastik dan superior, kemudian menghancurkan harga dirinya.
Pria ini membuat Song Yi memikirkan ulang tingkah lakunya agar tidak menjadi superior.
Hanya dengan mengatakan beberapa patah kata, Song Yi langsung tahu.
Pria ini adalah pemuda yang licik dan sekaligus sangat ahli.
Sebelum Song Yi sempat berbicara, pria itu melepaskan sabuk pengamannya, membuka pintu mobil, dan keluar dari mobilnya.
Tepat di seberang Song Yi, pria itu meletakkan tangannya di pintu mobil. Sikap tubuhnya terlihat sangat malas, tapi, entah mengapa terlihat kuat dan hebat.
Pria itu mengangkat tangannya, memegang kacamata hitam dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu menarik kacamatanya ke bawah. Setelah kacamata itu dilepaskannya, terlihat sepasang alis pria itu yang indah dan menarik.
Fitur wajahnya sangat tampan. Tulang alisnya jelas terlihat, menambah ketampanan wajahnya secara keseluruhan. Lengkung alis yang menjulang tinggi dan rongga matanya yang dalam membuat siapa saja yang melihatnya tersentuh dan tersenyum.
Dengan karakternya yang seperti bajingan liar yang memanjakan mata, ditambah dengan sikap tenangnya yang menyatu, terintegrasi dengan temperamennya. Dia bukanlah orang yang liar, bukan juga orang yang keras kepala, melainkan pemalas yang jantan dan penuh dengan kebenaran. Dia orang yang liar dengan kekakuan dan kekuatannya.
"Kita pergi?" Pria itu bertanya lagi.
Dia tersenyum kepada Song Yi. Senyumnya tipis dan terkesan dipaksakan. Ada sedikit kejahatan dalam senyumannya.
Song Yi tersenyum dan detak jantungnya makin berdegup kencang.
Song Yi menatap pria itu. Mungkin karena indera keenam wanita yang begitu kuat, atau mungkin ada hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dalam diri seorang pria membuat Song Yi merasa bahwa hal ini tidaklah mudah.
Song Yi menjilat bibirnya dan berkata dengan suara keras dan tegas, "Aku tak akan pergi bersamamu! Mobil ini juga tidak akan membuatmu kehilangan uang! Permisi!"
Song Yi membuat keputusan besar. Saat melihat bahwa ada sesuatu yang salah, maka satu-satunya cara terbaik bagi pria itu adalah melarikan diri dari tempat itu diam-diam.
Selain keselamatannya sendiri, pria itu merasa tidak ada hal menarik lainnya.
Saat Song Yi membalikkan badan, dia melihat bayangan di tanah. Pria yang ada di sampingnya memegang atap mobil dengan satu tangannya dan membalikkan badannya.
Dasar sial! Dia yang setampan ini bukan mucikari, kan?
Sebelum Song Yi terpeleset, dia merasakan pergelangan tangannya menegang.
Telapak tangan pria itu kasar, tapi membawa kehangatan untuknya.
"Kau mau ke mana?" Pria itu bertanya kepada Song Yi.
"Kau masih juga tidak mau menambahkan WeChat?" Dia bertanya lagi.
"Kau tidak ingin aku mentransfer uang untukmu?" Untuk ketiga kalinya, dia bertanya.
Nada suaranya terdengar malas, tapi mengajukan tiga pertanyaan yang mematikan bagi Song Yi.
"Uhuk, uhuk," Song Yi akhirnya membalikkan badan.
Mendadak, angin kencang berembus dan menerpa wajahnya. Angin itu juga meniup rambut Song Yi, memperlihatkan wajah cantiknya di hadapan pria itu.
Sepasang mata rubahnya terlihat berbinar, menunjukkan sikap genit, ditambah dengan bakat alaminya dan sikapnya yang lembut.
Pria itu memegang tangan Song Yi. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa Song Yi sangat kurus.
Tulang Song Yi terasa lemah dan rapuh dalam genggaman pria itu.
Hembusan angin juga meniupkan aroma teh bercampur dengan aroma tembakau.
Begitu murni dan penuh nafsu … kejantanan seorang pria.
"Kakak, kau begitu terampil," Song Yi menarik tangannya sendiri, lalu menyipitkan matanya sambil tersenyum. "Entah apakah pinggang Kakak bagus?"
Suara Song Yi terdengar halus dan menghanyutkan. Seluruh tubuhnya begitu menawan, tapi suaranya seperti seorang penjahat wanita.
Sedangkan pria ini sama sekali tidak menanggapinya.
Dia melepaskan tangan wanita itu.
Detik berikutnya, Song Yi melihat surat tilang yang dipegang pria itu.
"Aku polisi," katanya.
"Orang yang paling bisa menolak dalam sejarah."
Cara ini adalah cara terbaru.
"Song Yi." Pria itu menatap Song Yi dalam-dalam. Sudut bibirnya terangkat, "Benar, kan?"
Song Yi terkejut.
Song Yi baru menyadari mengapa dia merasakan tatapan agresif dari balik kacamata hitam pria itu.
Ini bukan lagi pria melawan wanita, melainkan polisi melawan tersangka.
Pantas saja. Pantas saja pria ini keras kepala dan sulit diatur. Namun, tatapannya tajam dan tenang. Rupanya dia seorang polisi ….
"Tang Si." Pria itu melengkungkan bibirnya, seulas senyuman lembut muncul di wajahnya. "Pak Polisi Tang, apa kesalahan yang telah kulakukan?"
"Jika menggodamu adalah sebuah kejahatan, aku tidak akan mengakuinya."