Terus Menatap Kakinya

Brigade Polisi Kriminal Ningcheng.

Tak terdengar suara manusia sama sekali di kantor tersebut. Hanya terdengar suara kertas yang dibolak-balik dan suara ketukan papan ketik di komputer.

Tiba-tiba, pintu didorong dan terbuka.

Tang Si berjalan di depan, postur tubuhnya begitu luar biasa.

Di belakangnya, tampak beberapa orang polisi menggiring seorang wanita cantik.

Mendadak suasana kantor polisi yang tadinya begitu tenang menjadi heboh karena kedatangan seorang wanita cantik. Sepertinya, kedatangan wanita ini tidak pada tempatnya.

Begitu wanita cantik itu masuk ke dalam ruangan, terjadi perubahan udara yang drastis di dalam ruangan itu, tampak begitu unik.

Wanita itu selalu menatap kaki Tang Si. Celana panjangnya yang berwarna hitam membungkus kedua kakinya yang lurus dan kuat. Tang Si memakai sepatu bots bermerek Martin yang bagus.

Song Yi sama sekali tak melepaskan pandangannya dari sepasang kaki itu dan masuk ke dalam ruangan.

"Bawa dia ke ruangan interogasi. Interogasi dia dulu, aku akan segera kembali," setelah Tang Si menjelaskan kepada salah satu anak buahnya, dia langsung menuju ke ruangannya.

Sepasang kaki itu mendadak menghilang ke pintu di seberang ruangan tempat Song Yi berada. Hatinya seolah mendadak runtuh, seperti layang-layang yang putus talinya.

Di tempat ini, mungkin Song Yi bisa akrab dengan Tang Si, karena dia dan Tang Si paling banyak bicara.

Setidaknya selama dalam perjalanan kemari, mereka berdua mengobrol.

Mendadak saja Tang Si menghilang dari pandangan Song Yi. Rasanya seperti sedotan yang dipegangnya kini hilang.

Song Yi menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Tak apa-apa, jangan takut.

Song Yi, jangan takut. Kau tidak takut mati, tapi mengapa justru hal ini saja kau takut?

Semakin Song Yi berusaha keras menghibur dirinya sendiri, dia semakin panik. Ketakutan di hatinya seolah tak bisa dirasakannya lagi.

Di ruang interogasi.

Cahaya putih dan dingin bersinar di wajah Song Yi. Kulitnya menjadi putih dan lembut. Saat ini, dia seolah diterangi cahaya. Tubuhnya tampak halus dan segar, kulitnya juga terlihat bagus.

Saat ini, mata rubah Song Yi tampak layu dan kabur.

"Wu Wang yang mati."

Ketika mendengar nama ini, mata rubah Song Yi terangkat. Jelas dia mengenal orang ini.

Polisi yang menginterogasinya menyunggingkan senyum, lalu berkata kepada Song Yi, "Tahun ini usianya 25 tahun. Dia putra tunggal dari Grup Wu dan meninggal pada pukul 02.00 subuh hari ini. Dia meninggal karena keracunan di sebuah gang yang letaknya tak jauh dari rumahmu. Kami mendeteksi ada DNA-mu di kukunya."

"Kemarin kau menghadiri pesta dan berselisih dengannya. Kami punya alasan untuk meragukanmu."

"Aku tak mungkin membunuhnya. Apa kalian punya bukti bahwa akulah yang membunuhnya?"

Song Yi memotong kata-kata polisi yang menginterogasinya. Dia tetap berusaha menahan dirinya agar tetap tenang. Wajah cantiknya kini berubah menjadi dingin.

Suaranya yang halus dan lembut bergetar, tak jelas terdengar.

Song Yi tahu bahwa saat ini dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

"Kau punya alibi?"

"Tidak."

Semalam Li mengantar Song Yi pulang dan dia tidur sendirian.

"Kalau begitu, Nona Song, kau sangat dicurigai sebagai tersangkanya."

Song Yi mengerutkan kening. Dari raut wajahnya, siapa saja yang melihatnya akan segera tahu bahwa dia tidak suka dituduh tanpa alasan seperti ini. Kedua alisnya bertautan dan Song Yi merasa sangat tidak nyaman saat ini.

"Dia meninggal karena keracunan. Apakah kalian punya bukti kuat bahwa aku lah yang meracuninya?" Song Yi membuka kelopak matanya lebar-lebar, menatap polisi yang menginterogasinya dengan kecantikan yang agresif.

"Jika kalian tidak punya bukti kuat, tolong lepaskan aku."

Emosinya bergejolak dan dia hampir kehilangan kendali.

Song Yi akan hancur jika dia berada di tempat ini, meskipun tidak lama.

Klik.

Tepat pada saat itu, pintu didorong dan terbuka.

Tang Si memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan masuk ke dalam ruangan.

Song Yi menatapnya dan merasa agak lega.

Karena Tang Si memakai pakaian kasual.

Polisi yang baru saja menginterogasinya keluar begitu Tang Si masuk ke dalam ruangan. Tang Si duduk di seberang Song Yi, bersama dengan polisi yang bertugas mencatat dan merekam perkataan mereka berdua di sampingnya.

Song Yi menatap tajam ke arah Tang Si.

Tang Si merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Song Yi yang menusuk. Dia menunduk dan membaca buku catatan.

"Kau tak ada alibi, tak ada yang memberimu bukti. Sampai saat ini, kecurigaan kami yang terbesar tertuju padamu," kata Tang Si dengan enteng.

Suara malasnya terdengar dingin.