Tubuhnya Khusus, Tak Tahu Baik atau Buruk

Tang Si menghentikan langkahnya sejenak, lalu membalikkan badannya dan melirik ke ruang inspeksi.

"Kau jangan muncul di hadapannya. Mungkin dia akan lebih santai."

"Maksudmu, wajahnya yang jelek dan menakuti orang?"

"Bos, aku tidak ingin menyerangmu secara pribadi."

Tang Si membasahi bibirnya. Sambil tersenyum santai, dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dengan malas lalu berkata, "Gadis ini cukup istimewa. Aku tak akan mengatakannya lebih lanjut mengenai dia, tapi kurasa dia punya trauma psikologis saat dia masih kecil."

Tang Si memiringkan kepalanya. Matanya yang menggoda tampak malas. "Kalian jangan berkeliaran di hadapannya. Saat ini, gadis itu adalah tersangka utamaku. Jika terjadi sesuatu, lihat saja bagaimana aku akan membereskan kalian."

Nada suara Tang Si memang terdengar seperti bercanda, tapi kalimatnya juga menjadi pengingat.

Karakter Tang Si memang seperti ini. Nada suaranya memang santai dan tidak terkesan mengancam.

Karakternya ini juga mengindikasikan bahwa dia bisa bergaul dengan baik dengan orang lain. Namun, jika sudah lama bergaul dan berinteraksi dengannya, orang-orang akan merasakan jarak dan kekakuan dalam karakternya. Tak ada seorang pun yang bisa benar-benar masuk ke dalam dunianya.

Setelah Tang Si menyelesaikan kalimatnya, dia menoleh kepada Zhou Liang dan berkata, "Tapi, kamu cukup tahu diri."

"???"

Zhou Liang sama sekali tidak mengerti ucapan Tang Si.

"Aku tahu aku jelek."

Setelah Tang Si mengatakan kalimat itu, dia langsung pergi jauh.

Ya ampun! Suatu hari nanti, jika kau salah bicara, kau akan mati!

Malam itu gelap gulita. Langit begitu gelap seperti percikan tinta tanpa sinar bulan. Sebaliknya, lampu di kantor brigade kriminal polisi masih menyala terang.

Tang Si melayangkan pandangannya ke suatu tempat yang jauh. Kabut yang dilihatnya seperti kain kasa gelap, menutupi bangunan.

"Ada air panas?"

"Hei, Teman, bisakah kau meminta teman yang lain membawakan pakaian? Terima kasih."

"Aku agak kedinginan. Apa ada selimut?"

Di sebagian wajah wanita yang duduk di kursi itu tampak memerah, padahal kulitnya putih bersih, seperti sedang menggunakan pemerah pipi. Dia tetap terlihat sabar dan tidak malu-malu. 

Wajahnya kini terlihat kusut. Di bawah siraman cahaya lampu yang redup, dia duduk sendirian, bahkan tubuhnya mulai melemah.

Wanita itu seperti terikat sesuatu yang mengganjal hatinya. Rasa takut yang mendalam tak hanya menyerang jantungnya, tapi juga otak dan seluruh tubuhnya. Dia seperti sebuah bom yang terpendam di dalam tanah yang bisa meledak kapan saja.

Dia tak henti-hentinya memanggil petugas dan terus berbicara. Namun, tak ada satu petugas pun yang menemukan ada sesuatu yang salah dengannya. 

Mereka hanya mengerutkan kening saat melihatnya, sambil berpikir bahwa wanita ini tak hanya sedang mencari perhatian, tapi juga merepotkan.

Tang Si mengatakan kepada para petugas agar mereka mencukupi semua kebutuhan wanita itu.

Mereka tidak tahu apa alasan Tang Si meminta demikian, tapi mereka tak bisa melakukan apa-apa selain menuruti perintah Tang Si.

Tim polisi bagian kriminal terus naik turun, melewati kantor yang begitu sibuk. Tang Si menengadahkan kepalanya dari tumpukan dokumen dan memperhatikan para petugas yang tak henti-hentinya hilir mudik di hadapannya.

Tak lama kemudian.

Tang Si mendadak berdiri dan berjalan keluar, lalu menarik seseorang, "Kau sibuk apa?"

Orang itu menjawab, "Si Song Yi itu. Sebentar-sebentar dia ingin ini dan itu."

Dia tak tahan lagi dan menyampaikan keluhannya kepada Tang Si, "Aku belum pernah menemui orang yang banyak maunya seperti ini."

Ini merupakan suatu paksaan.

Apa ini artinya tersangka ini merupakan orang nakal?

Tang Si mengerucutkan bibirnya dan berpikir sejenak.

Orang itu menepuk bahunya dan berkata, "Tubuh gadis ini cukup khusus. Dia tak tahu baik atau buruk. Terima kasih."

Tatapan matanya tertuju pada selimut yang jatuh di tangannya, "Berikan kepadaku. Kau boleh pergi dan istirahatlah."

"Bos, mana bisa begini."

Tang Si mendengus. Dengan tatapan mata malas, dia menatapnya, "Kenapa tidak bisa? Apa ada emas yang tersembunyi di balik selimut anakmu?"

"Tidak, tidak. Maaf, aku merepotkan Bos."

Song Yi yang ada di ruangan itu merasa kesulitan. Tangan dan kakinya dijangkiti rasa dingin.

Mendadak, pintu ruangannya terbuka. Song Yi menggigit bibir bawahnya dan orang yang berdiri di pintu menatapnya.

Tang Si terdiam. Tatapan mata gadis ini seolah sedang menghantam dadanya.

Mengapa gadis yang lemah ini bisa menatapnya seperti itu?

Sorotan matanya begitu penuh harap sekaligus menyedihkan, tapi juga tenang.

Song Yi merasa benar-benar tidak nyaman. Namun, dia sama sekali tak ingin orang lain melihat keadaannya yang seperti ini. Dia adalah tipe orang yang perfeksionis, sehingga dia mengabaikan hal ini.