Aku Akan Memanfaatkanmu

Namun, kalimat itu seolah seperti petunjuk yang terbukti dengan sendirinya.

Apa yang bisa membuat seorang pria bahagia seperti peri?

Mau tak mau, Song Yi berpikir keras memikirkannya. Dunia orang lain memang penuh warna. Sedangkan di hadapan pria tampan ini, hanya ada kesengsaraan.

Namun, wanita seperti dia hanya berpura-pura bodoh.

Lagi-lagi Song Yi hanya menjilat bibirnya dan tatapan matanya tampak bingung, "Apa? Aku tak mengerti maksudmu."

"Aku curiga kau sedang merayuku. Nona Song, dengan sikapmu ini, aku justru makin curiga kau telah melakukan kejahatan."

Sepertinya lidah Song Yi sangat tidak nyaman. Dia mulai bersikap hormat.

Jika Song Yi berniat melakukan kejahatan, dia pasti langsung mengeksekusi pria ini!

Oh, bukan, dia harus melihat situasinya dulu baru membunuhnya!

Tang Si justru mengira Song Yi belum melihatnya. Dia melanjutkan kata-katanya dengan kasar, "Saat ini, kusarankan kau jaga diri, agar kau tetap aman."

"Berbaliklah dan duduk baik-baik. Akan kuobati lukamu," kalimat perintah yang dilontarkan Tang Si seolah tidak bisa dibantah.

Kata-kata ini mengungkapkan betapa liarnya pria ini.

Song Yi menatap mata Tang Si yang gelap dan liar dengan sorot mata berapi-api, seperti padang rumput yang terbakar api. Saat angin musim semi bertiup, angin tersebut akan mengobarkan nyala apinya lebih besar lagi.

Song Yi mengerang, "Aku akan memanfaatkanmu!"

Dan itu tergantung pada ketampananmu.

Song Yi merasa dirugikan.

Song Yi juga tahu bahwa lukanya ini akan meninggalkan bekas jika tidak dirawat.

Kabin mobil itu sangat basah dan sepertinya sangat lembab.

Terkadang, Song Yi tak sengaja mencium bau apek. Wanita cantik dan menawan bersama pria yang tenang dan liar sepertinya tak cocok berada di kabin mobil yang basah, gelap, dan lembab seperti itu.

Tang Si adalah seorang polisi, tapi dia punya aura seperti orang terhormat dan mulia.

Benar, aura yang terhormat dan mulia, yang dimilikinya sejak lahir.

Saat Tang Si diam saja dan wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, temperamennya berubah sama sekali. Song Yi tidak merasa dia sedang berpura-pura.

Sebaliknya, Song Yi merasa bahwa postur tubuh Tang Si yang pemalas dan liar adalah penyamarannya.

Song Yi dan Tang Si naik ke atas, ke rumah Wu Wang. Mereka berjalan berdampingan. Tang Si khawatir Song Yi akan melarikan diri.

Akhirnya dia memborgol Song Yi.

Kamar Wu Wang sangat berantakan.

Polisi yang bertugas mengenakan sarung tangan, penutup kaki, dan masker saat memeriksa tempat kejadian. 

Pada saat itu, pintu diketuk.

Tang Si memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan berdiri di sana, lalu bertanya, "Ada benda yang kalian temukan?"

"Kepala tim Tang," pemimpin tim investigasi, Ning Xiachuan, menyapa Tang Si. Dia memegang sepotong jaket tabir surya yang biasa digunakan wanita, bermerek Tulle. "Kami hanya menemukan ini. Wu Wang suka bermain dan suka ombak, tapi tidak pernah membawa wanita pulang ke rumah. Benda ini kemungkinan besar bukan milik ibunya, karena ibunya gemuk dan tidak mungkin bisa dipakai ibunya."

"Satu-satunya kemungkinan siapa pemilik jaket ini adalah kekasihnya, atau teman tidurnya."

Ning Xiachuan adalah orang yang acuh tak acuh dan punya karakter keras.

"Apa ada hal atau benda aneh lainnya yang ditemukan di TKP?" 

"Yang aneh justru di tempat ini. Kecuali jaket ini, tidak ada benda lain yang milik wanita. Mungkin benda ini milik wanita yang mana saat dia pergi, dia tidak sengaja menjatuhkannya, atau mungkin ini benda yang dicurinya dari wanita lain."

Tang Si menyipitkan matanya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah Wu Wang dengan cermat. Tiga kamar tidur dan sebuah ruang tamu didekorasi dengan cukup indah. Hal itu sangat bertentangan dengan koridor rumah Wu Wang.

Tatapan mata Tang Si tertuju pada Song Yi yang ada di dalam ruangan itu.

Tang Si mengeluarkan sarung tangan dari dalam sakunya dan mengenakannya baik-baik. Dia sangat lancar saat menggerakkan tangannya.

Tak lama kemudian, jari-jarinya menjepit jaket itu dan menyerahkannya kepada Song Yi, lalu bertanya dengan terus terang, "Apa ini milikmu?"

Pikiran Song Yi melayang dan dia tersentak saat Tang Si bertanya kepadanya. Dia bahkan sempat berpikir bahwa dia tidak tidur terlalu larut, sehingga mentalnya terganggu atau dia kelelahan.

Song Yi berusaha menjernihkan pikirannya sejenak dan menatap Tang Si, "Apa Kepala tim Tang berharap benda itu milikku?"

Tang Si mengangkat alisnya. Bola matanya yang hitam seperti tinta yang tebal dan tak bisa dihapus, terlihat menatap Song Yi dengan begitu dalam.

Tang Si terdiam. Sedangkan Song Yi seolah sedang menyelidiki setiap kata dan perbuatan pria itu. Dia tahu dia harus menurut dan menjawab dengan patuh saat ini.

Song Yi meletakkan tangannya di dadanya, lalu bertanya kembali dengan nada menyindir, "Bagaimana mungkin jaket dengan kualitas rendah dan murahan seperti itu adalah milikku?"