Tang Si menatap pergelangan tangan ramping yang seolah sangat mudah patah itu. Cukup lama dia memandangnya, sebelum akhirnya memalingkan wajahnya.
"Xiachuan, tangani dia."
Tang Si langsung mengucapkan kalimat itu dengan sikap dingin dan langsung meninggalkan tempat.
"Nona Song, kau butuh bantuan?"
Tak lama kemudian, Song Yi mendengar Ning Xiachuan bertanya demikian.
Senyum di sudut bibir Song Yi menyempit. Senyuman menyanjung di matanya menghilang.
Song Yi menjawab pertanyaan Ning Xiachuan dengan nada dingin, "Tidak perlu, terima kasih."
"Apa aku boleh melihatnya lagi malam ini?" Song Yi bertanya.
Ning Xiachuan melirik Song Yi tanpa ekspresi. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan gadis itu.
Tentu saja Ning Xiachuan tidak bersedia menjawab.
Song Yi hanya bisa menatap punggung Ning Xiachuan yang meninggalkannya. Dia membasahi bibirnya dan tidak memedulikan hal ini lagi.
Song Yi merasa wajar jika Ning Xiachuan tidak memberitahunya.
Song Yi mengalihkan pandangannya. Pergelangan tangannya terkilir dan rasanya sangat sakit luar biasa. Sepertinya ada urat di pergelangan tangannya yang salah tempat.
Song Yi mengeraskan rahangnya, lalu meremas tangan kanannya dengan tangan kirinya, lalu menekuk sendinya dengan keras.
Sesaat kemudian, terdengar bunyi gemeretak sendi yang ditekuk.
Song Yi memutar lehernya dua kali lalu menjabat kedua tangannya bersamaan.
"Nyaman sekali rasanya."
Zhou Liang yang ada di sampingnya hanya bisa menganga.
Bagi Zhou Liang, Song Yi jelas bukan seorang wanita yang menawan! Ini bukan saatnya bertindak brutal kepada diri sendiri seperti itu!
Gadis ini rupanya benar-benar seperti apa yang dikatakan atasannya.
Tanpa terasa, subuh sudah menjelang.
Namun, langit masih gelap.
Sama sekali tak terdengar suara apa pun di kantor polisi brigade kriminal.
Song Yi akhirnya duduk. Dia sangat kesulitan. Entah sudah berapa kali dia tak tahan memanggil petugas yang ada di luar.
Jika benar aku tidak punya alibi, maka lepaskan saja aku.
Akhirnya, dia hanya bisa mengepalkan tinjunya dan mengeraskan rahangnya. Malam itu cukup dingin dan membuat Song Yi tidak bisa tidur.
"Katakan, menurutmu, apakah wanita ini bisa jadi tersangkanya?"
"Kabarnya dia adalah tersangkanya dan dia cukup kaya."
"Dan dia juga cukup cantik."
"Yang seperti itu disebut cantik? Dia memang benar-benar cantik!"
Para polisi yang ada di luar sedang sibuk mengobrol dan membicarakan Song Yi.
Karena sudah malam, mereka pun tidak mengenakan seragam polisi.
Song Yi membuka matanya dan melirik kedua orang polisi itu.
Pembicaraan seperti ini sudah sering didengarnya sejak dia masih kecil.
Senyum Song Yi mendadak mengembang. "Akan lebih baik jika kalian memuji di hadapan orang itu langsung."
Mereka terpana saat mendengar suara wanita yang begitu jernih di telinga mereka.
Meskipun kau mendengarnya, bisakah kau pura-pura tidak mendengarnya?
"Menurutmu, apakah aku benar-benar cantik?"
"...."
Mereka berdua terdiam.
"Lalu, apakah tubuhku seksi?"
"...."
Mereka masih juga terdiam.
"Apa semua pria menyukai wanita cantik?"
"Apakah atasanmu, Tang Si, akan menyukaiku yang seperti ini? Apa dia sudah punya pacar?"
Song Yi masih saja terus melemparkan pertanyaan kepada mereka.
Ini adalah pertanyaan yang dilontarkannya dari otaknya secara tak sadar.
Kedua polisi itu masih saja menutup mulut mereka dan tidak menjawab pertanyaan Song Yi.
Song Yi melihat bahwa mereka tak menjawab. Dia tahu mereka tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Song Yi menghembuskan napas. Kelopak matanya bergetar ringan. Dia merasa sangat tidak nyaman, seolah seluruh tubuhnya tertutup sesuatu dan seolah ada sebuah dinding tak kasat mata yang menindih tubuhnya.
Kegelapan yang pekat membuatnya terengah-engah lagi.
Song Yi terus bicara, berusaha menemukan pesan bahwa dia masih hidup di dunia ini.
Namun, pesan semacam ini sepertinya semakin samar. Tak ada seorang pun yang memperhatikannya.
Pada saat ini pula, sebuah mobil Porsche berhenti di depan kantor brigade polisi kriminal.
Pria itu turun dari mobil. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam, yang membungkus kakinya.
Tepat pada saat pria itu menutup pintu mobil, seorang wanita berjas putih berjalan ke arah pria itu.
Rambutnya yang hitam dikuncir kuda dengan posisi rendah. Wajahnya sangat bersih. Wanita itu membawa laporan di tangannya.
"Kak Si." Wanita itu menyerahkan potongan celana dalam itu kepada Tang Si, "Hasil penelitian laboratorium mengenai celana dalam dan kertas tisu itu sudah keluar."
"Ada tiga DNA. Yang satu adalah milik Wu Wang. Sedangkan satu lagi DNA milik seorang wanita. Yang ketiga adalah DNA … Song Yi."
Mendengar laporan wanita itu, mata Tang Si membelalak tak percaya. "Song Yi?"
Tang Si merendahkan nada suaranya, "Cairan yang ada di celana dalam itu … milik Song Yi?"
Wanita itu tercengang. Dia belum pernah melihat Tang Si seperti ini sebelumnya.
Sepertinya Tang Si sangat terkejut dan tidak mempercayai fakta ini.
Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Bukan. Jejak darah yang ada di kertas tisu itu milik Song Yi."
Tang Si bertanya lagi, "Apakah laporan ini sudah dikirim?"
"Ya. Atasanku sudah menyerahkannya kepada Cheng Ju dulu. Aku selalu menunggumu kembali dan ingin memintamu melihatnya sesegera mungkin. Tapi, kamu tidak menerima panggilan teleponku."
Setelah selesai berbicara dan setelah memperhatikan Tang Si tidak bermaksud menjawabnya, wanita itu mulai melambatkan gerakannya dan terpikirkan satu pertanyaan lain.
"Apa kau mengenal Song Yi? Kelihatannya kau sangat peduli padanya."