Detik-detik Mendebarkan 2

Aku menyusuri anak tangga menuju tempat persembunyianku , dimana aku bisa menjelajahi dimensiku dalam imajinasi.

seperti biasa aku duduk menghadap jendela yang terbuka sedikit menikmati hembusan angin malam di temani sang rembulan , mengisi kekosongan hampa ruang ini .

Menatap langit dengan taburan bintang yang sangat indah menghiasi malam gelap . Kau tau terkadang aku seperti sirius , bintang yang paling terang di langit , begitu besar iya memancarkan cahayanya dan kadang akupun mulai lelah . Begitu sering aku meluangkan waktu untuk teman-temanku namun saat aku merasa seperti sendiri mereka kadang tak pernah hadir menanyakan kabarku. Seperti itulah kehidupanku. Kadang aku butuh sosok yang dapat mengerti bagaimana dan apa yang sedang terjadi kepadaku, setidaknya aku butuh seseorang untuk mendengarkan hanya mendengarkan saja tak apa , untuk mengerti apa yang aku katakan dan semua itu mustahil rasanya, sampai pada saat aku termenung , dering handphone berbunyi , saat aku membuka pesan tak bernama itu , dia lagi iya benar ini dia yang ada di stadion kala itu ,

lagi dan lagi dia menanyakan kabarku .

Entah perasaan apa ini , aku begitu penasaran dengannya , siapa sebenarnya dia , apa yang ia ingin dariku bukankah kita tidak pernah bertemu sebelumnya , tapi bagiku ini menjadi terbiasa .

Hi , Irine kau sedang apa ?

Lihatlah langit di luar sana , begitu cantik nan indah seperti senyummu.

Mmm bukankah kamu yang di stadion tadi ?

siapa sebenarnya dirimu?

Begitulah kami bercakap hal-hal yang patut di pertanyakan , itu yang membuatku penasaran.

? : Irene , saat ini aku adalah penggemarmu , nanti ketika kita sudah mulai menjadi dekat , aku akan beritahu namaku padamu.

aku berharap kamu terbuka untuk kali ini, agar aku dapat mengenalmu .

Irine: Baiklah aku tidak mempermasalahkan ini , selama kau tidak berbuat kesalahan.

? : Besok sepulang sekolah apa kau akan mampir ke toko buku lagi?

Irine: hey , apakah kau mengikutiku sampai kesana?

? : Tidak , hanya saja pertama kali aku melihatmu di toko buku saat itu dan kemudian aku tau bahwa kita satu sekolah yang sama.

Irine: Bisakah kau memberi tau namamu sekarang saja?

jangan membuatku penasaran denganmu.

? : Itulah yang ku inginkan , jika kamu sudah merasa penasaran artinya kau tertarik padaku.

Semalaman kami membahas hal-hal kecil hingga kami lupa waktu bahwa jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Aku tertidur di loteng tempat persembunyianku sampai pagi , dan akhirnya terbangun saat hendak berangkat ke sekolah.