Sampailah di ruang tamu keluarga Su.
Su Wenzi ayahnya dan Su Rara ibunya sudah menunggu kehadiran Su Ran di ruang tersebut.
Su Ran : "Ayahanda, Ibunda, Su Ran mau berangkat"
Su Rara : "Su Ran puteriku, kamu terlambat, kakakmu Su Ri sudah berangkat meninggalkanmu"
Su Wenzi : "Hati hati puteriku, dunia luar sana sangatlah kejam, setelah kamu lulus dari akademi, cepatlah pulang"
Su Ran : "baiklah"
Su Ran tampak bersemangat dan bergegas keluar dari kediaman keluarga Su.
Kediaman keluarga Su sangatlah luas, 69% dari luasnya adalah kebun tanaman obat keluarga Su.
Sesampainya di gerbang depan, kedua penjaga memberi salam perpisahan kepada Su Ran.
--------------------------------
Di suatu ruangan tertutup, Su Wenzi sedang berdiri menatap arah luar jendela yang terbuka, tampak kebun keluarga Su.
Su Wenzi : "An Ji, kemarilah"
Sesosok laki-laki tinggi berbaju hitam tertutup dan memakai topeng putih datang secara tiba-tiba, seperti hantu yang sedang menampakkan dirinya.
Su Wenzi : "Temani puteriku Su Ran, tugasmu adalah menjaganya dari kejauhan, pastikan puteriku aman"
An Ji : *nod
An Ji adalah prajurit kerajaan yang sudah terlatih dalam seni berpedang, An Ji awalnya diutus oleh sang raja untuk menjaga Su Wenzi dikarenakan Su Wenzi adalah orang penting di kerajaan Barong Barat berkat bakatnya yaitu peracik obat herbal.
Untuk menjadi prajurit kerajaan, dibutuhkan seni berpedang tingkat Junior keatas, tugas prajurit kerajaan beragam sesuai dengan perintah sang raja.
Saat ini pasukan kerajaan Barong Barat berjumlah 10000 pasukan.
---------------------------
Jarak akademi Starlight dengan kediaman keluarga Su tidaklah jauh, namun Su Ran mempunyai agendanya sendiri, sebelum dia pergi ke akademi Starlight.
Su Ran : "hm setidaknya aku masih punya waktu untuk berlatih sihir"
Keluarga Su adalah keluarga peracik obat bukan keluarga penyihir akan tetapi tidak ada salahnya menyimpan buku panduan menjadi penyihir di perpustakaan keluarga Su.
Berkat adanya buku tersebut, Su Ran tertarik dengan sihir.
Dan tak lupa Su Ran membawa buku panduan tersebut di dalam cincin penyimpanan.
Dengan memberikan cincin itu energi miliknya, Su Ran mengambil buku panduan sihir.
Buku itu berisi panduan mendeteksi energi sekitar, panduan mengeluarkan energi, sampai panduan membentuk elemen dasar.
Setelah membaca buku panduan itu, Su Ran sangat tertarik dengan elemen angin dan ingin langsung mempraktekannya.
Su Ran : "buku ini dijelaskan jika berhasil mengumpulkan energi di telapak tangan sambil membayangkan hembusan angin nantinya akan keluar sihir angin Wind Cutter"
Wind Cutter adalah salah satu sihir tingkat pemula yang sering digunakan penyihir angin, sihir ini menimbulkan kerusakan, jadi penyihir berhati-hati dalam melepaskan sihir ini.
Su Ran sudah mampu mengumpulkan energi disekitar lalu memfokuskannya ke telapak tangannya, langkah selanjutnya adalah membayangkan hembusan angin.
Su Ran : "angin.. angin.. rasakan angin.."
Beberapa saat kemudian, Su Ran merasakan angin di telapak tangannya.
Langkah terakhir adalah membentuk sihir angin dengan melepaskannya.
Su Ran mengulurkan tangannya kedepan dan angin yang berada di telapak tangannya melaju kedepan, angin itu tak berwarna tapi suaranya bisa didengar.
Angin terus melaju kedepan sampai akhirnya mengenai suatu pohon berjarak kurang lebih 400 meter didepan Su Ran.
Su Ran berlari ke pohon itu untuk mengetahui kerusakan yang ditimbulkan oleh anginnya.
Tak disangka, Su Ran melihat burung kecil berwarna hitam di tanah, sayap burung tersebut terluka, tampaknya sihir angin milik Su Ran mengenai burung kecil itu.
Su Ran tak tega melihatnya dan menghampirinya lalu bergegas mengobatinya dengan mengeluarkan obat oles yang ada di cincinnya.
Obat oles itu hanya untuk luka ringan, ayahnya Su Ran yang membuatkan obat itu untuk Su Ran.
Jika dirawat dan terhindar dari infeksi luar maka hari besoknya luka ringan itu langsung sembuh.
Su Ran menambahkan kain untuk menutupi luka pada sayap burung kecil agar terhindar infeksi luar.
Waktu cepat berlalu, dan kini menginjak sore hari.
Su Ran bergegas kembali ke kerajaan untuk mencari penginapan sebelum malam hari tiba.
Tetapi sebelum itu, Su Ran membawa burung kecil terlebih dahulu ke tempat yang nyaman dan terhindar dari hewan pemangsa buas.
Hewan pemangsa buas, jika yang menemuinya tidak beruntung maka manusia pun jadi makanannya dikarenakan hewan ini selain mempunyai gigi dan taring yang tajam, mereka juga bisa mengeluarkan sihir layaknya manusia.
Tapi darimana hewan pemangsa buas berasal? mereka berevolusi dari hewan biasa dengan adanya bantuan energi disekitar dan hewan pemangsa ini cenderung mempunyai kecerdikan, bahkan jika hewan tersebut mempunyai sihir tingkat master, mereka bisa menjelma sebagai manusia.
---------------------------
Manusia ini mengulurkan tangannya setelah menghampiriku.
(apa maunya?)
Ekspresi wajahnya terlihat bersalah tapi aku tidak tahu kenapa dia memasang ekspresi itu.
Di tangan manusia ini ada cincin yang bersinar, seketika suatu barang dikeluarkannya, barang itu berbentuk tabung kecil, sepertinya didalamnya ada sesuatu.
(barang keluar dari cincin? oh mataku pasti perlu tidur)
Sepertinya dia mau mengoles sayapku dengan tangannya, setelah manusia ini memasukkan tangannya kedalam tabung itu.
(ohh itu seperti obat oles)
Aku tidak tahu harus berkata apa, burung kecil tadi sudah mati dan akulah yang mengambil alih tubuhnya sekarang.
Tapi satu hal yang pasti, manusia ini baik hatinya.
Manusia ini menoleh keatas, tampak khawatir dengan sesuatu, akupun melirik keatas dan benar, hari semakin sore, dan malah hari akan datang, tampaknya manusia ini tidak nyaman dengan malam hari di hutan, dan lagi pula dia juga seorang perempuan.
Akan tetapi aku juga merasakan kehadiran seseorang dari kejauhan di balik pohon berjarak kurang lebih 800 meter dari posisiku, entah dia siapa, yang jelas dia mengikuti manusia ini, mungkin tujuannya untuk menjaganya ataupun juga bisa mau mengincar manusia ini.
Manusia ini membawaku dan menaruhku disamping akar pohon lalu membuatkan sesuatu seperti perlindungan tertutup dari daun-daun kering.
(hmm ini akan sangat membantuku untuk berlindung)
Tapi perlu manusia ini tahu jikalau aku tidak merasakan apa-apa seperti rasa sakit akibat sayap terluka.
(tapi sudahlah aku juga belum tau cara bicara, mungkin kalau aku bicara, manusia ini pasti akan menganggapnya seperti kicauan burung biasa)
Setelah membuatkanku perlindungan, manusia ini bergegas pergi dan berlari ke arah depan.
(mungkin di depan sana ada pemukiman manusia, aku bisa mengikuti manusia ini sekarang)
Akupun bergegas mengejar manusia ini tapi dengan kaki burung ini yang sangat kecil, kemungkinan bisa mengejarnya juga sangat kecil.
Berlari dan berlari akhirnya manusia tadi berhasil ku kejar akan tetapi sesuatu yang aneh terjadi, selain manusia yang merawat sayapku tadi, ada sosok manusia lain yang mengelilinginya sejumlah lima orang.
Kelima manusia ini ada yang gendut, botak, tinggi, kurus, dan ada juga yang berotot, kemungkinan besar yang berotot inilah pemimpinnya, tapi satu hal yang bisa dipastikan adalah kelima manusia tersebut berbaju kumuh seperti layaknya pencuri jalanan.
(hm siapa mereka?)
Mereka terlihat ingin menyakiti manusia yang merawatku, buktinya mereka membawa pedang-pedang panjang yang berkilau seolah pedang-pedang tersebut sering diasah setiap harinya.
Dan setelah kulihat dengan teliti, manusia yang merawatku mendapati luka di lengannya, kelihatannya luka parah.
Tak lama kemudian ada sosok manusia lain yang menghampiri manusia yang merawatku, dia berlari melompat-lompat dari pohon ke pohon.
(oh ini manusia yang kulihat tadi dari kejauhan sekitar 800 meter)
Manusia ini sampai ke hadapan manusia yang merawatku dan kulihat mereka sedang berbicara, kelihatannya mereka saling kenal satu sama lain.
Dia memakai baju hitam penuh sampai tangannya dan celana hitam yang menutupi kakinya, dia juga memakai semacam topeng putih dengan dua lubang untuk penglihatan matanya tapi tak terlihat adanya lubang untuk mulut maupun hidung.
Sesegera mungkin manusia baru ini mengeluarkan pedangnya dari cincin.
(kali ini aku nggak kaget karena mengeluarkan benda dari cincin adalah trend di dunia ini haha)
Setelah pedang itu dikeluarkan, manusia baru ini seperti bisa mengeluarkan api dan langsung diarahkan ke pedangnya, alhasil pedangnya bercahaya api.
(woa keren sekali manusia ini, pedangnya berapi, aku juga pengen bisa keluarin api, hm burung ngeluarin api jadi burung goreng kurang nasinya saja)
Aku mencari pohon terdekat dan bersembunyi dibaliknya.
(hehe aku coba bayangkan api, api itu panas, menyeluruh, menyeluruhi tubuhku)
Ternyata tanpa diketahui, tubuhku ini berapi, dilihat dari kedua sayapku juga yang berapi, tapi seperti biasanya aku tidak merasakan kesakitan walaupun tubuhku berapi.
Rumput yang disekitarku terbakar, benar saja ini adalah api, api sungguhan, tapi aku tidak bisa merasakan panas dari api buatanku.
Aku kembali melihat manusia pedang api tadi dan ternyata dia masih berkelahi dengan lima manusia kumuh, sedangkan manusia yang merawatku sepertinya mengeluarkan angin dan ternyata angin tersebut mampu melukai salah satu dari kelima manusia kumuh.
(api.. dan angin.. hm)
Teknik berpedang manusia pedang api ini sungguh lincah, dia mampu membunuh salah satu dari kelima manusia kumuh dengan menusukkan pedang api ke jantung manusia kumuh, seketika manusia kumuh itu kesakitan sambil memegangi dadanya, melepas pedang berkilaunya lalu dia jatuh ketanah.
(mati satu, tinggal empat manusia kumuh lagi)
Melihat salah satu dari kelima manusia kumuh itu terbunuh, keempatnya seperti menganggukkan kepala mereka dan akan merencanakan sesuatu.
Benar saja salah satu dari mereka memegang dan menarik rambut panjang manusia yang merawatku dan manusia kumuh itu meletakkan pedangnya ke leher manusia yang merawatku.
(licik sekali)
Salah satu manusia kumuh mulai berbicara dengan manusia pedang api, tampaknya manusia pedang api terlihat tidak senang dengan apa yang dibicarakan oleh manusia kumuh.
Terkejutnya manusia pedang api itu menjatuhkan pedang api miliknya seketika api yang ada dipedangnya juga ikut menghilang.
Manusia pedang api sepertinya sedang dikasih pilihan yang akhirnya dia memilih untuk menjatuhkan pedang api miliknya.
Keempat manusia kumuh ini kembali menganggukkan kepala mereka seakan apa yang mereka lakukan sesuai dengan rencananya.