Di dalam kekosongan...
Dunia [MirrorCrown]
"Tidak, lupakan yang aku katakan
aku sama sekali tidak tertarik
menjadi pelayan hasratmu, lagipula
sejak awal aku ingin memberikan
semua yang aku punya menjadi
milik tuanmu"(Rethos)
"Hee.. ternyata kau orang yang
membosankan, yahh.. tapi apa
maksudmu kau memberikan
segalanya pada tuanku?" (Verly)
"Tidak, tidak ada, seperti halnya
kau yang selalu menutupi kedua
matamu dengan kain, di semesta
ini tidak ada yang tahu bagaimana
bentuk matamu itu karena kau selalu
menutupinya, ya.. tuanmu juga
sosok yang tidak di ketahui sama
seperti matamu, kau juga merasa
sama bukan?siapa sebenarnya sosok
tuanmu"(Rethos)
"Yahh.. terserah, namun tidak ada
gunanya kau mengetahuinya dan
memberitahukan semua itu, pada
akhirnya, tuanku hanya akan memilih
jalan yang aku tentukan, aku ingin
percakapan ini berakhir, lagi pula kau
telah menghancurkan keinginan ku"
(Verly)
"... Kalau begitu, satu pertanyaan
lagi, tapi sebelum aku bertanya
aku ingin kau tahu alasan aku
mengetahui tindakanmu, sosokmu
sekarang naga bukan, untuk tujuan
menghindari konflik di lapisan atas,
tapi itu juga untuk mengirim tuanmu"
(Rethos)
"Begitu kah?" (Verly)
"Kau selalu tersenyum karena
adanya tuanmu, kau menghindari
konflik karena kau juga merasa
bosan, tapi.. yang menjadi
pertanyaan apa alasanmu kau
mengirim tuanmu, namun berkatmu
aku menyadari keberadaanya
sekali lagi"(Rethos)
"Yaa.. aku tidak sengaja, bahwa
aku memang mengirimnya, namun
itu hanya sekedar keinginan bosan
yang melandaku waktu itu, tapi saat
menyadari keberadaanya, aku mulai
menyukainya dan pada akhirnya aku
memutuskan untuk menjadi
pendamping hidupnya" (Verly)
"Untuk berbagai alasan aku percaya
tapi.. apa kau-"
"Sudah berhentilah membahas
sesuatu yang membuat perasaanku
tersakiti sampah...!!!"(Verly)
Teriakan itu menggelegar hingga
membuat ruang semesta berguncang
waktu menjadi terhenti.
Kekosongan yang melahap
kekacauan menjadi lubang
tak berujung.
Hingga terbentuknya lubang hitam
yang menarik kekosongan itu.
"Ti..Tidak mungkin, dia melahap
kekosongan dunia ini?, kekosongan
yang tercipta dari setiap kekacauan,
dia.. benar-benar marah" (Rethos)
"... Kau.. membuatku muak, tuanku
adalah miliku... tuanku adalah
segalanya, dan siapa saja yang
mencoba menjauhi diriku dari
tuanku aku berumpah akan membuat siapa saja pergi ke akhirat, sejak
awal kau ingin membuatku
mengatakan untuk pergi dari tuanku
kau tidak bisa di maafka-"
Kesadaran Verly tiba-tiba
menghilang.
Dan sekali lagi aku membuka mata
atas kesadaranku yang mulai
kembali.
Perlahan Verly kembali menjadi
mulut di telapak tanganku
sekali lagi.
Aku mengarahkan telapak tangan
kiriku yang dimana mulut Verly
berada ke arah wajah dekatku.
"Kau... benar-benar marah soal
ocehanya ya Verly"
Aku tersenyum menatap mulutnya
dengan wajah sangat dekat.
"Tu..Tuan.. anda tidak seperti
biasanya menatap saya dengan..
dekat, tapi.. saya benar-benar
menyukainya, kuharap lebih dekat
lagi, eh, tunggu.. anda.. mendengar
semua percakapan saya dengan
dia?"(Verly)
" Ya, dan dengan begini aku tahu
kau tidak mungkin mengkhianatiku
dan jika kau mencintaiku maka
lindungilah aku selayaknya seorang
kekasih, begitu juga denganku, kita
adalah sepasang jiwa yang menyatu
jika kau mati, aku akan mati"(Verly)
Aku tersenyum dengan wajah
lebar seakan menyembunyikan
raut wajah tertawa.
"Anda sedikit berbeda...
namun.. namun... perkataan anda
membuat saya benar-benar tidak
tahan lagi menahan cairan lengket
yang terus keluar dari tubuh saya...
apa lagi anda sangat dekat" (Verly)
"He?.. mungkinkah..." (Rethos)
"Aku masih belum tahu soal
perkataanmu bahwa kita itu sama,
tapi aku yakin, kau sosok yang
tidak semudah itu di lenyapkan
dan.. kelihatanya aku memiliki
hubungan erat denganmu, Rethos"
Aku tersenyum, entah kenapa
aku merasa ingin terus tersenyum.
Saat aku mengetahui sesuatu itu
seakan sedikit merubah diriku.
"Yaa.. meski anda belum tau siapa
sosok anda sebenarnya, setidaknya
anda merasa bahwa saya seseorang
yang dekat dengan anda, kalau
begitu saya tidak jadi memberi tahu
alasan tersebut, saya anggap kita
masih orang asing" (Rethos)
"Yaa.. aku setuju dengan pilihanmu,
setidaknya aku ingin mengobrol
sebentar tentang diriku, dunia
kekosongan ini masih belum
sepenuhnya hancur, mungkin jika
aku terlambat Verly mungkin sudah
menghancurkan semuanya, maka
dari itu, mumpung kita masih berada
di dunia kekacauan, aku ingin sedikit
mengungkap... sesuatu yang aku
merasa ini menjadi bagian dari diriku"
Aku tersenyum lebar dengan santai
mengatakan semua itu.
Melihat Verly yang tersenyum
bahagia, membuat aku merasa
lebih baik.
Satu hal yang merubah hidupku
yang tidak lain adalah Verly, aku
sadar, aku yang dulu tanpa dirinya mungkin akan menjadi seseorang
yang bingung bagaimana cara bicara.
Aku memang benci di manfaatkan
tapi jika itu Verly yang merubah
pandanganku, merubah apa yang
dulu telah hilang, dan menyadari
keberadaanku sendiri, aku merasa
bisa memaafkanya untuk kali ini.
Perlahan aku mengangkat tangan
kananku ke arah depanku lalu
mengepalkan nya hingga...
Saat aku membuka kepalan tanganku
kembali secara perlahan...
Suatu cahaya putih keluar dari
bawah menuju ke atas tanganku.
Itu bukankah sesuatu seperti sihir
itu seakan menelan kegelapan menembus setiap ruang kekosongan
dari setiap kekacauan.
Hingga...
Cahaya putih itu semakin besar
lalu terkumpul tepat di genggaman
tanganku yang mengarah ke depan.
Perlahan cahaya itu membentuk
sebuah senjata pedang yang
bersinar terang dalam kekosongan.
"Tuan... senjata itu.. mustahil
Reality Nova..!!, bisa.. bisa..
anda gunakan?!"
Melihat reaksi Verly yang begitu
terkejut, tidak heran jika dia
terluka parah saat mencoba meraih
senjata ini, karena keberadaanya
benar-benar dalam tengah kekacauan.
Salah satu senjata semesta yang
terlepas dari segala keterikatan
tidak ada yang tidak mungkin bagi
senjata ini.
Perwujudan senjata yang mampu
menundukan semesta.
Aku hanya bisa menggunakan nya
saat berada di luar dunia.
"Aku tidak mengerti bagaimana
senjata ini terikat olehku, tapi..
kurasa ini mengungkit sedikit
fakta, bahwa aku bukanlah
manusia sejak awal, jadi Rethos
sesuatu yang ingin aku tanyakan
siapakah diriku sejak awal?
apakah aku seorang dewa?"
Aku masih belum menyentuh
senjata itu yang berada di bawah
genggamanku.
Seakan aku menahan senjata itu.
"Mustahil... anda bisa melakukanya?
itu bukanlah pedang, melainkan
sesuatu yang tercipta dari inti
keberadaan anda yang sesungguhnya
dan itu bukanlah sihir, namun dari
asal muasal suatu perwujudan, anda
sejak awal bukan dewa atau apapun,
tapi anda dalam dimensi ini
memakai wujud murni abstrak,
dan tentu setelah anda dapat
meraih senjata itu"(Rethos)
Mendengar perkataan Rethos
membuatku ingin tertawa.
Tidak.
Rasa ini yang di rasakan oleh Verly
sekarang.
Aku dan Verly sudah membuat
ikatan, jadi sekarang aku bisa
memahami semua perasaan
antara kita.
Yang artinya... aku mulai faham
tentang semua ini.
"Tuan.. anda jangan-jangan...
sudah memahami.. apa itu kontrak
yang sesungguhnya? saya bisa
merasakan kita berbagi pikiran"
(Verly)
"Entahlah itu bisa di jelaskan nanti,
sekarang... Rethos, aku tidak ingin
mengetahui diriku lebih dari ini,
karena itu mungkin akan merubah
cara pandangku, aku memanggil
pedang ini dan secara instan aku
bukanlah manusia lagi kan?, karena
ini sama saja aku memakai wujud
asliku dari keberadaanku"
Aku sambil tersenyum mengatakan
semua itu.
"Benar... itu juga termasuk saya,
saya ada karena cerita dari setiap kejadian di semua waktu, saya
adalah waktu itu sendiri yang
mendiami setiap kejadian di waktu manapun, saya mencari anda di semua waktu masa lalu maupun masa depan namun, tetap saya tidak menemukan keberadaan anda atau informasi anda, dan saya memutuskan dengan sengaja meraih lapisan atas untuk menjadi incaran semua orang, dan berakhir di lapisan bawah, agar anda suatu saat
bisa menemukan saya"(Rethos)
"Kau waktu itu sendiri?, namun kau
tidak menemukanku di masa lalu
maupun masa depan kah, Ohh...
Verly, aku ingin kau memberikan dia
tempat ke istanamu"
Aku sambil menoleh ke mulut
Verly dengan tangan kananku yang
masih menahan pedang itu tanpa
menyentuh nya.
"... Itu memang perintah anda,
namun saya tidak bisa menerima
keberadaan yang mencoba
menghapus ikatan kita, sejak awal
aku sudah menebak orang ini akan
melakukan sesuatu yang dapat
merubah pemikiran anda"(Verly)
Aku melihat mulut Verly tidak
memperlihatkan ekspresi senyum
yang biasa menjadi sifat menonjol
nya.
Aku pikir, Vely terlalu menanggapi
serius tentang perkataan Rethos.
"Hentikan omongan yang tidak
ada artinya, anda tidak berhak
menyuruh saya, sejak awal saya
hanya ingin membunuh anda
karena itu tugas terakhir saya"
(Rethos)
"Tugas..?"
Aku dengan wajah bertanya.
"Ya, tugas dari anda, aku di tugaskan
untuk membunuh anda oleh anda
sendiri, aku adalah sang waktu, yang
pada dasarnya aku adalah bagian
dari waktu itu sendiri, saya bisa
kemasa manapun saya berada,
dan.. andalah yang menciptakan
saya dari dasar waktu itu sendiri,
hingga menjadi wujud manusia, yang artinya saya adalah perwujudan
waktu yang anda ciptakan, meski
saya manusia dan keberadaan saya
adalah waktu, namun saya tetaplah
manusia yang tidak bisa hidup lebih
dari satu kali, karena anda membuat
keberadaan saya hanya sebatas bayangan waktu yang hanya dapat melintasi masa lalu maupun
masa depan dengan wujud tidak
lebih dari manusia"(Rethos)
Lagi-lagi aku merasa perkataan
itu membuatku ingin mengetahui
alasan berikutnya.
"... Kalau begitu... ini adalah
pertanyaan terakhir, kenapa
kau di tugaskan oleh diriku
untuk membunuh diriku?"
Aku dengan wajah serius bertanya
dan tanpa aku sadari.
Sihir Verly yang sebelumnya
mencoba menghapus dunia
kekosongan ini, ternyata masih
terus berjalan.
"... Saya hanya di perintahkan untuk
bertemu dengan anda apapun yang
terjadi, dan ketika saya sudah
berada di hadapan anda, saya harus
membunuh anda tepat di waktu
itu juga, lalu saya harus mati di
tangan anda, maka dari itulah saya
menyebutnya sebagai tugas terakhir
saya, saya tidak tahu maksud dari
tujuan anda pada masa itu, tapi satu
hal yang saya ketahui, anda sengaja
menghapus informasi asal muasal
diri anda dari semua waktu hingga
masa depan tak bersisa seakan itu
memulai dari titik nol, tapi saya
tidak menyangka bahwa secepat ini
anda sudah sedikit merubah topik
yang saya buat-buat dengan sengaja,
agar anda mengetahui kembali
diri anda" (Rethos)
Setelah mendengar nya...
aku terdiam.
Namun juga tersenyum.
Aku bingung harus berkata apa lagi
namun melihat Verly yang masih
menahan amarah.
Aku berpikir mungkin aku harus
segera mengakhiri semua ini.
"Jadi... akhir dari obrolan ini...
adalah membunuhmu ya"(Retnan)
"Itu sudah pasti, namun saya sudah
merubah keberadaan saya yang
hanya sebatas manusia, menjadi
sesuatu yang terus mengulangi
kematian, yang artinya... jika anda
menyerang saya tanpa keseriusan
saya tetaplah masih hidup, jiwa
saya akan berpindah ke monster
Zoa dan sekali lagi saya bangkit,
dan ini juga yang menjadi alasan
saya bisa mencapai lapisan atas
yang bagi saya seorang waktu
itu sangat mudah, tapi... saya yang
berada di sini sekarang adalah
inti wujud saya, jadi jika saya
mati maka saya akan benar-benar
kehilangan keberadaan saya sebagai
bayangan waktu" (Rethos)
"Kurasa... aku sedikit benci dengan
diriku yang kau temui, sekarang...
kita mulai..., dan aku ucapkan...
selamat tinggal"
Pedang yang masih berdiri di
bawah tanganku.
Yang seakan aku menahannya tanpa
menyentuhnya.
Jari-jariku perlahan meraih pedang
itu yang berada tepat di bawah
tangan kananku.
Aku masih belum menyentuhnya
dan sedikit saja jari-jariku bergerak
meraih senjata itu.
Sudah membuat segala yang
berada di sana terhisap ke ujung
pedang yang berada di bawah.
Dan aku melihat Verly dengan
sengaja mempercepat sihirnya
untuk menghancurkan dunia ini.
Pertentangan sihir ini seakan
merobohkan tahtanan dunia.
Sebaliknya Rethos hanya terdiam
menyaksikan dunianya sendiri
hancur tanpa suatu tindakan untuk
menghentikan diriku.
Aku mula berpikir, sejak awal
dia memang ingin terbunuh tanpa
suatu pertentangan.
Dan juga... aku pikir dia orang yang
sangat baik bahkan dia menciptakan
Zoa demi mempertemukanku.
Perkataanya yang awalnya sekedar
kebohongan, sekarang membuatku
sadar akan keberadaanku sendiri.
Kurasa ini sudah cukup, untuk
mengetahui siapa diriku sebenarnya.
"Sayonara... Rethos"
Itu kata-kata terakhir yang aku
ucapkan.
Hingga seluruh jariku menyentuh
senjata itu dan secara langsung
membuka akhir kekosongan
yang menghapus segalanya
hingga tak bersisa.
Kurang dari lima detik keseluruhan
dunia itu langsung hancur, pedangku
yang berisikan cahaya putih
menembus keseluruhan setiap
kegelapan.
Ruang-ruang semesta mulai goyah
seakan menerima efeknya juga.
Dan untuk pertama kalinya...
aku merasa benci dengan diriku
yang dulu pernah bertemu dengan
Rethos.
Dia hanya menyaksikan semua ini
sambil tersenyum dan tetap berdiri
di tempat.
Dan perlahan...
Keberadaan nya mulai lenyap
tanpa mengucapkan kata-kata
yang ingin ia sampaikan untuk
terakhir kalinya.
Dan Itu sebagai terakhir kalinya aku
bertemu dengan Rethos.
***
..
(6)Enam bulan kemudian...
"Tuan... apa ini sudah cukup?"
(Verly)
"Yaa.. minuman anggurmu sangat
nikmat, dan.. kau boleh bergabung
denganku ke dalam pemandian ini"
(Retnan)
"Ahhh...!! anda sangat kekar dari
yang sebelumnya, saya dengan
senang hati menerima tawaran
anda, lagi pula.. anda sudah
menerima keberadaan saya, itu
benar-benar membuat saya bahagia"
(Verly)
"Aku senang jika kau merasa begitu
karena kau adalah... Diriku sendiri"