Kau bisa andalkan aku

Sudah sebulan, aku dan Helena dan Yena berada disini, sebelumnya aku yang selalu berharap agar bisa menjalankan petualangan yang mendebarkan. tidak bisa kulakukan.

Sebulan ini kami hanya selalu bekerja sebagai buruh bangunan, mengangkat bebatuan, mengaduk semen secara manual, menyusun batu bata, mencangkul, semua kulakukan demi bisa memenuhi kebutuhan kami bertiga.

Bukan hanya aku yang bekerja keras sebagai buruh bagungan, Helena dan Yena pun melakukan hal yang sama, karena kami party.

(A/N:Party bermaksud grup dalam game)

Ini tidak sesuai dengan ekspetasiku, di bayar hanya 25000 perunggu per minggu dan lebih parahnya kami hanya bisa tinggal di kandang kuda.

Tapi aku bersyukur kalau Helena dan Yena bukan wanita norak yang selalu meminta kekayaan.

yah...mungkin ini sisi baiknya.

Malam hari ketika Helena dan Yena tengah tertidur, aku terbangun karena rasa muak yang selama ini telah kutahan "Sial Bukan seharusnya begini!!!!"

Karena teriakanku, membuat Helena dan Yena terbangun terlebih lagi dari kamar sebelah juga menegur "Hei diam, atau kau kupukul!!!"

"Ma-maafkan aku"

"Ada apa Arya?" tanya Yena

"Jangan tanya, sudah selama sebulan ini kita selalu bekerja sebagai buruh bangunan, apa kalian tidak berminat mencari quest yang lebih mendebarkan?"

"Jadi, apa kau ingin mengambil quest lain?" tanya Helena

"Tentu saja, aku tidak mau bekerja sebagai buruh bangunan yang hanya di bayar per minggu, lihat tanganku bahkan sudah sangat kasar" aku memperlihatkan telapak tanganku.

"Kalau begitu, besok mari cari quest yang kau inginkan itu Arya, sebaiknya kita istirahat dulu" kata Helena yang mulai kembali membaringkan tubuhnya.

"Hmm tenang saja Arya, kau bisa mengandalkan Dewi yang ada disini" kata Yena yang memegang pundakku

"Baiklah, jika kau berkata seperti itu" Yena melepaskan tangannya dari pundakku lalu kami bertiga kembali tidur.

***

Keesokan harinya kenyataan apa yang Yena katakan padaku semalam "Kau bisa andalkan aku". dia sendiri masih tertidur pulas sama seperti Helena.

Mereka seperti tidak ada niat untuk berubah.

Kehidupan petualang yang mendebarkan hancur karena dua ampas ini.

"Pagi Arya, kau bangun pagi sekali yah" Kata Yena yang sudah bangun.

"Pagi jidat mu, ini sudah siang"

Yena berdiri lalu melihat sekitar "Ahh maaf yah, karena kupikir kita tidak akan bekerja buruh lagi, makanya aku sedikit santai dan bisa tidur lebih lama"

"Sialllll, Helena apa kau tidak bangun?"

".....Hmmm"

"Woiiiii bangun napa? sudah siang tahu!!!!!"

".....hmm kau kenapa Arya, pagi-pagi gini sudah ngajak ribut" Kata Helena yang bahkan belum membuka matanya untuk melihat keadaan sekitar.

"Ini siang woiiii"

".....?!" Helena segera bergegas bangun dan melihat sekitar.

"Cepat bersiap, aku akan memilih misi yang lebih mudah" kataku dan segera pergi dari kandang kuda menuju asosiasi petualang.

-Waktunya Misi-

Quest : Kalahkan 3 Lintah Berlendir

Kelas : D

Tingkat Kesulitan : ☆☆

Bayaran : 15000 perak per ekor

***

Misi siang ini adalah mengalahkan 3 lintah raksasa, ini adalah misi kelas D yang tersisa, jadi kurasa dengan party yang memiliki kekuatan khusus dalam bidang mereka masing-masing ini akan mudah.

Tapi kenyataanya salah

Di bawah langit yang cerah

"Ahhhh tolong aku Yena, Helena!!!!!"

"Pehehehe lihat dirimu Arya, kau bahkan tidak bisa mengalahkan mereka, padahal kamu sendiri yang mau mengalahkan monster hahahaha" kata Yena tertawa.

Baiklah kalian berdua, sebelumnya bukankah kita sudah sepakat. rasanya aku ingin mengubur kalian hidup-hidup lalu membakar kuburan kalian.

Di dataran luas, tempat para lintah berlendir ini tinggal.

Karena membutuhkan senjata, jadi aku memilih pedang, Helena dan Yena dengan bodohnya memilih untuk menyimpan uang dan tidak membeli perlengkapan.

________________________________________________

Helena " Tidak ah, busur standar ini tidak memiliki nilai seni, akan kugunakan batu dan karet sebagai ketapel"

Yena "Ngak mau, uangku ini sedang kutabung demi membeli botol anggur langkah disini"

________________________________________________

"Helena, Yena berhenti melihati aku dan cepat tolong akuuuuuu!!!!"

"Sebaiknya kau berlatih bicara pada wanita Arya, rasanya kau mengangap kami sebagai mainanmu" jawab Helena.

Aku hampir menangis berpikir kalau sekarang lintah itu bergerak semakin cepat dan menyusul keberadaanku dan membuat aku berhenti berlari.

Saat itulah aku sadar, kalau sebenarnya yang lintah kejar itu adalah Helena dan Yena.

Melihat Salah satu lintah yang datang ke arah mereka berdua, aku hanya bisa memperingati mereka.

"Helena, Yena hati-hati, mereka mengarah kepada kalian"

Dan situasi sekarang tambah memburuk keadaan. karena seekor lagi datang dari belakang dan melilitkan tubuhnya pada Helena bahkan sebelum dia dapat menyadarinya.

Seekor yang satunya segera dengan cepat bergerak dan berhasil melilitkan tubuhnya pada Yena.

"Ahhhh kalian berdua, bertahanlah!!!!" aku menarik pedangku lalu menyerang lintah-lintah itu.

"Uwahhhhh-ughhh-haaaaa"

Sekarang di depanku terdapat dua gadis yang diselimuti lendir berbau busuk.

Dan kini Helena dan Yena tampak depresi.

"Kalian berdua baik-baik saja"

"Hmm"jawab Helena

"Baguslah, kalau begitu mari kita pulang, yang seekor lagi akan kita urus besok"

Yena tidak menghiraukan perkataanku, dia segera berdiri lalu berlari ke arah Lintah yang sedang tertidur.

"Ghaaa beraninya kalian para lintah, sekarang rasakan amarah seorang dewi api, akan kubakar kau dan rasakanlah panasnya api neraka -Fire Punch-"

"Yenaaaaaa!!!!"

Aku ingat peringatan yang sempat kami dapatkan ketika memilih misi itu, karena tubuh mereka yang di lapisi lendir, maka serangan fisik tidak akan berpengaruh kepada lintah itu.

Sebuah pukulan mendarat pada perut berlendir itu dan tidak terjadi apa-apa, hanya pukulan lembut yang tidak membuat pengaruh apa-apa.

"Ka-kalau di lihat, ternyata Lintah yang sedang tidur itu lucu juga yah"

Lintah itu terbangun dan segera melilitkan tubuhnya pada Yena.

"Akhhhh Yenaaaaaaa" aku berlari lalu menyelamatkan Yena.

Dan pada akhirnya aku berhasil menyelesaikan misi mengalahkan seluruh lintah berlendir itu.

Yena dan Helena kelihatan depresi dan mereka mengidap trauma pada lendir.

"Diriku yang suci, kini telah ternodai" kata Yena.

"Seorang murid teladan sepertiku, seakan tidak ada harga diri" kata Helena.

Aku jadi sedikit kesal.

Bukankah mereka selalu bekerja dengan riang bersama om-om bertelanjang dada, lalu minum-minuman beralkohol dan sering mabuk sebelum tidur dan baru sekarang kalian berkata kalau diri kalian ternodai?.

"He-Hei kalian berdua, bangunlah dan bersiap kini kita akan pulang"

"Ta-tapi aku belum mengalahkan satupun dari mereka, padahal kan sebelumnya kita sepakat akang mengalahkan lintah-lintah itu satu satu"

Sudah kuduga, pasti Helena akan berkata seperti itu.

Aku menghela nafas "Tenang saja, kita bagi rata tapi 10% kalian harus berikan padaku"

"Ehhhhh?!"

Kami pulang lalu segera membersihkan diri dan mencari tempat makan yang murah.

-Di Tempat Makan-

"Hei, menurut kalian, apa kita bertiga seperti ini sudah cukup?" tanyaku kepada Helena dan Yena sembari menunggu pesanan kami tiba.

"Tidak, kita perlu menambah anggota lagi" jawab Yena.

"haah....biar aku yang membuat poster penerimaan anggota dan akan kupajang dalam mading di markas guild besok" jawab Helena

"Kalau begitu akan kuserahkan pada kalian"

Dan pesanan kami pun tiba, tiga gelas besar berisi minuman keras bersoda dan daging asap.