Kali ini Limas tidak diantar pulang oleh Syakira karena katanya Syakira tidak sekolah, jadi terpaksa Limas pulang sendiri. Dia berjalan sangat pelan sembari membawa dagangan gorengannya, Limas menyuruh ibu untuk membuat dagangan gorengan dan akan dia bawa ke sekolah karena Limas ingin sedikit membantu perekonomian.
Limas tidak bisa jalan jauh-jauh karena kakinya pasti linu, ia duduk di pinggiran trotoar.
Terlihat dari jauh anak orang kaya sedang berjalan sendiri seragamnya sangat bagus dia memakai bando yang sangat indah, tas tapunzel yang sangat mewah membuat Limas sangat ingin. Limas terus memandang sampai anak orang kaya itu duduk sebelahnya.
"Kamu sendiri?" Tanya limas.
"Iya aku sendiri," jawabnya.
Lara yang kabur dari ekstrakurikuler nya memilih untuk pulang ssndiri karena supirnya belum menjemput memang bukan waktunya juga masih sekitar satu jam lagi beres.
"Kamu jualan apa?" Tanya Lara.
"Gorengan."
"Aku mau dong beli."
Dengan senang hati Limas membuka koran yang menutupi gorengan itu, Lara memberi Rp5.000 tapi uangnya tidak ada kembalian sebab Lara memberikan uang Rp50.000.
"Aku belum ada kembalian semua gorengan ini hampir Rp50.000 harganya dan belum laku semua," ucap Limas
"Ya udah gak apa-apa itu buat kamu!"
"Serius?
"Iya serius."
"Kok kamu banyak uangnya ya, aku seumuran kamu belum pernah dikasih Rp50.000 bahkan dikasih Rp5.000 juga sangat senang," kata Limas memandang uang 50.000 di tangannya.
"Memangnya kamu suka dikasih uang berapa?" Tanya Lara.
"Paling besar sih Rp3.000" ucap Limas dengan jujur.
"Berarti 5000 belum pernah?"
"Belum, 5000 berarti uang terbesar aku."
"Ya udah barusan kan aku ngasih uangnya simpan aja buat kebutuhan kamu buat kamu jajan es krim."
"Terima kasih ya."
Lara mengangguk senang.
Kedua anak tersebut saling berbincang memperkenalkan namanya masing-masing mereka tidak tahu bahwa mereka ada ikatan darah mereka adalah saudara kandung yang terpisahkan karena keegoisan ibunya.
Sebuah mobil Alphard berhenti di hadapan mereka berdua, kacanya pun terbuka.
"Lara ayo pulang tadi Mamang nyariin di sekolah gak ada," ucap supirnya.
"Iya Lara gak ikut eskul tapi Mamang jangan kasih tahu sama Bunda ya!"
"Iya Non lara."
"Lara ajak temen gak papa kan?"
"Iya gak apa-apa."
"Ya udah yu Limas pulang, aku anterin."
Lara melihat kondisi berjalannya Limas seketika Dia teringat kejadian satu tahun lalu saat dia sedang berada di tempat ulang tahun temannya.
"Kamu inget gak kamu pernah ada di tempat ulang tahun?" Tanya Lara.
"Iya aku ingat emangnya ada apa?"
"Aku minta maaf ya sama kamu aku ini yang ngajak kamu waktu itu, aku baru ingat."
"Oh kamu?? sekarang kita bisa bertemu lagi ya."
Mang Santo bertanya kepada temannya Lara "Siapa namanya?" dan dia menjawab "Limas."
Mang Santo teringat kembali tentang kejadian lima tahun yang lalu dia sudah bekerja lama di rumahnya Dion Handoko. Mang Santo tidak menduga terlebih dahulu tapi dia berusaha mengingat jalan menuju Rumah Limas yang ada di belakang Komplek, setelah sampai di belakang Kompleks di perkampungan Limas tinggal.
"Loh kok Mamang tahu rumah Aku di sini?" Kata Limas.
Dan dugaan Mang Santo ternyata benar Limas adalah saudara kandung Lara yang dibuang oleh Laras lima tahun lalu ke kampung ini.
Mang Santo malah terdiam.
"Mang kok diem tolong bukain!!"
"Iya iya sebentar ya.."
"Lara makasih ya aku mau pulang dulu semoga kita ketemu lagi," ucap limas pada Lara.
"Dah!!!"
Mang Santo memperhatikan jalannya Limas dia memandang Limas hingga sampai ke rumahnya, hingga Limas sudah tidak terlihat dari pandangan matanya.
"Kasihan ya kenapa Bu Laras tega membuang anaknya seperti ini padahal dia terlihat begitu baik dan sangat patuh." ucap Mang Santo.
Sampai di rumah Limas bercerita kepada ibunya bahwa dia membawa uang banyak, cukup untuk membeli beras 2 hari dan membeli makanan juga untuknya.
"Memangnya ini uang dari siapa?" Tanya Anjani.
"Tadi pas pulang sekolah Limas duduk dulu di jalan kaki Limas gak kuat. Terus ada anak sekolah kayak anak orang kaya, duduk dekat Limas terus dia nanya jualan apa? Kita kenalan dia beli gorengannya Rp5.000 tapi uangnya Rp50.000 Limas bilang nggak ada kembalian dan ternyata dia ngasih uang itu," jelas Limas.
"Alhamdulillah ya berarti Limas banyak banget di sekelilingi orang baik." Anjani memeluk Limas dengan terharu, terharu dengan kejadian dulu saat Limas dibuang oleh orang tuanya.
"Ya sudah sekarang ganti baju makan."
Berbeda dengan kehidupan Lara ia baru saja menginjakkan kaki di depan rumah sudah disambut beberapa pembantu ada yang membawakan tasnya sampai ke kamar, ada yang membuka jaketnya. Sebenarnya Lara malas sekali jadi seperti ini dia ingin melakukannya sendiri tapi apalah daya ibunya selalu memaksa Lara untuk berbuat seperti ini.
"Bi, Papa sama Bunda ke mana?"
"Papa sama Bunda ke luar kota."
Ini adalah hari pertama dia ditinggalkan oleh orang tuanya bekerja untuk mengurus bisnis. Ya, Lara merasa sangat kesal kenapa orang tuanya tidak membawa dia ke untuk pergi ke luar kota juga.
"Kok aku gak diajak sih."
"Ya kan sedang bekerja nanti kalau liburan pasti diajak," kata pembantunya.
Seorang pembantu datang dengan membawakan iPad merek iPhone bahwa Laras ibunya Lara video call.
"Halo sayang? Udah pulang sekolahnya? Jangan lupa makan ya Bumda besok palingan pulang bersama Papa," ucap Laras pada Lara di layar.
Terlihat Laras sangat badmood kepada ibunya itu.
"Bunda kok gak ngajak Lara pergi sih kan Lara juga pengen ikut!!"
"Iya nanti kalau kita liburan kan kamu masih sekolah, entar ya kalau libur sekolah kita ke luar negeri Lara mau kan?"
"Udahlah Bi matiin aja lah, aku mau ke kamar."
Video call yang sedang berlangsung pun Lara tinggalkan.
"Loh Lara ke mana Bi?"
"Lara masuk kamar Bu katanya gak mau bicara," kata pembantunya pada Laras.
"Ya udah saya titip Lara ya."
Laraspun menutup telpon.
Kehidupan orang kaya ya seperti ini, harta banyak tapi tidak menjamin kebahagiaan keluarga. Ini hari pertama yang menyebalkan bagi Lara mungkin seterusnya akan seperti ini, hartanya memang dapat menjamin masa depan tapu tidak dapat menjamin kebahagiaan hidupnya.
Lara duduk di balkon kamarnya menghirup angin dengan menopang dagunya.
"Bunda sama Papa sibuk banget ya mungkin nanti sampai besarpun akan seperti ini mau berteman dibatasi tapi Bunda sama Papa sendiri sangat sibuk dengan pekerjaannya."
Lara tiba-tiba ingat dengan anak-anak belakang komplek yang sering bermain tertawa riang, dia menempelkan telinga ke tembok mendengar beberapa anak-anak sedang berlarian tertawa dan bernyanyi bersama. Iya hanya bisa mendengar keramaian itu tanpa bisa mengikuti.
"Kapan ya Lara bisa keluar dari rumah ini pengen banget ikut main sama temen-temen Lara juga manusia pengen banget rasanya bersosialisasi," Lirih Lara.
Tiba-tiba pembantunya datang membawakan makan siang yaitu sandwich kesukaan Lara.
"Makan dulu ya Non, nanti sakit."