WebNovelcinta beda100.00%

3. Resah

Aish yang masih shock tidak begitu mendengar apa yang di bicarakan oleh mayang.

"Ish kamu kenapa?" Kata mayang khawatir sambil menggoyangkan tubuh Aish pelan.

"Mbaaak gimana dong." Rengek Aish.

"Gimana apanya sih Ish yang jelas dong kalo ngomong!" Heran Mayang.

"Mbak pak direktur galak nggak?" Tanya Aish.

"Pak Sean? Kalo galak sih enggak ya lebih ke tegas menurut mbak. Dia itu nggak suka banget ada hal-hal diluar perencanaannya." Jelas mayang.

"Mbak kalo Aish di pecat gimana hiks hiks." Curhat Aish sambil menangis.

"Lah emang kenapa kamu harus di pecat kalo nggak bikin kesalahan ya nggak bakal di pecat dong." Hibur Mayang.

mendengar itu Aish menangis lebih kencang.

"Loh kok makin kenceng, malu Ish!" Kata Mayang lembut.

"Mbak nanti kalo aku dipecat gimana, entar aku makan apa? Buat bayar kost, mana cari kerja susah. Mau pulang kampung juga malu hiks hiks" Ucap Aish sambil terisak.

"Emang kamu bikin salah apa, sampai kamu berfikir bakal dipecat?" Tanya Mayang.

"Tadi aku kotorin hiks bajunya pakai air bekas pel mbak." Jelas Aish.

"Kok bisa?" Kata Mayang shock.

"Tadi kan hiks aku bawain barang yang kita hiks pakai waktu bersih-bersih, te terus tadi di lorong Aish nabrak pak direktur. Terus dia kek badmood gitu mbak huaaa." Jelas Aish semakin menjadi.

"Eh diem Aish nggak enak diliatin sama yang lain. Kamu tenang kita coba cari jalan keluarnya bareng-bareng lagi pula ini juga salah embak, karena embak juga. Kalo aja mbak bantuin kamu tadi pas nggak akan kaya gini." Jelas Mayang penuh sesal.

"nggak kok hiks mbak ini Aish aja hiks yang ceroboh hiks." Elakkan Aish.

"Yaudah kita gak perlu mikirin karena siapa mending kita pikirin gimana selanjutnya. Eh tapi btw mbak denger kamu bisa bikin kopi ya?" Tanya Mayang.

"Ya bisa dikit-dikit lah mbak. Kan aku dulu kerja di restoran dan emang biasa bikin kopi di sana. Kok mbak tau?" Jelas Aish yang sudah mulai tenang.

"Nah kamu pasti udah diceritain kan sama Bu Dewi, kalau pak Sean suka banget sama kopi. Tapi belum ada yang bisa bikin kopi yang sesuai selera dia. Nah gimana kalo kamu coba bikin kopi buat Pak Sean siapa tau, siapa tau nih ya kopi kamu sesuai tuh sama selera dia." Kata Mayang memberi saran.

"Tapi mbak katanya karyawan lain aja nggak ada yang berani pakai mesin kopinya, masa aku yang anak baru mau coba pakai." Tolak Aish.

"Ya kalo yang lain kan gak mau coba ya emang karena nggak bisa." Jelas Mayang.

"Entar kalo pak Sean nggak suka sama kopi aku gimana, Lagi pula pak Sean kan biasa bikin sendiri mbak entar alasan aku apa?" Tanya Aish dengan sedikit kegamangan di hatinya.

"Ya kita nggak tau selera pak Sean yang sebenarnya, jadi menurut mbak itu patut dicoba. Kamu coba bikin kopi terbaik versi kamu." Kata Mayang menyemangati.

"Tapi kalo pak Sean tetep ngga suka gimana mbak?" Cicit Aish.

"Nanti kalo emang kamu musti keluar dari sini, mbak bakal bantuin kamu buat cari kerja, dan kalo kamu nggak sanggup buat bayar kost kamu bisa pindah ke kost mbak kebetulan mbak tinggal sendiri, jadi kita bisa setengah-setengah gitu. Lebih ringan lah. Jadi kamu nggak usah khawatir, Okey!" Hibur Mayang.

"Makasih ya mbak." Ucap Aish pelan.

"Iya Ish." Kata Mayang sambil tersenyum tulus. Seakan tersadar Mayang mulai melihat jam dan benar saja jam makan siang mereka hampir habis.

"Ish kayanya kita musti balik kerja deh tuh jam makan siang udah mau abis." Kata Mayang sambil menunjukkan jam.

"Eh ia mbak." Ujar Aish sambil berdiri.

"Yasudah mbak bakal handle dulu lantai 3 kamu bisa cuci muka sama bikin kopi tuh buat pak Sean mumpung beliau belum balik dari luar. Semangat Ish." Kata Mayang menyemangati.

"Yaudah mbak aku kamar mandi dulu." Pamit Aish.

Mereka pun pergi ke arah berlawanan. Setelah selesai mencuci muka Aish bergegas menuju pantry. Ketika sampai di pantry tidak ada satupun orang didalamnya, dan ia merasa beruntung akan hal itu. Aish mulai membuat kan kopi, lalu ia membawanya ke lantai 5. Lantai dimana ruang direktur berada. Aish membawa kopinya dengan hati-hati. Ketika dilantai 5 ia sedikit melihat keadaan dan ternyata lantainya sepi. Ia masuk ruangan direktur dengan mengendap-endap , setelah masuk ia langsung menaruh kopinya di atas meja. Ia sedikit melihat-lihat ruangan tersebut, lalu matanya melihat tulisan ARSEAN PARADIPTA terpampang di atas meja. Setelah itu ia segera keluar Aish takut jika tiba-tiba Sean masuk dan memergokinya. Ia belum siap jika harus bertemu lagi dengannya. Aish hanya bisa berharap kopinya cukup enak untuk Sean.

Tak lama setelah Aish pergi Sean kembali dan melihat ada kopi di atas mejanya. Kemudian ia segera melihat CCTV siapa yang berani masuk ke ruangannya tanpa ijin.