Masih di dapur..
"Pertama-tama den mas siapkan dulu adonannya", kata Purnomo yang mengajari Kamil membuat tempe mendoan.
"Oke, sudah, terus apa lagi?", tanya Kamil.
"Iris cabenya", jawab Purnomo.
"Oke..", seru Kamil.
Di rumah Frensky..
"Mau kemana mas, mau ngajar ya mas?", tanya Anissa.
"Tidak, saya tidak ada jadwal mengajar hari ini", jawab Frensky.
"Lah terus mau kemana mas?", tanya Anissa lagi.
"Saya mau ke rumah dik Titah", jawab Frensky lagi.
"Oh, mau ngapain ke rumah mbak Titah, mas?", tanya Anissa lagi.
"Ada urusan saya dengan Kamil", jawab Frensky lagi.
"Ikut saya mas", kata Anissa.
"Jangan..", sambung Frensky.
"Loh kenapa mas, kok saya gak boleh ikut?", tanya Anissa lagi.
"Sudah kamu diam saja di rumah dan jangan kemana-mana", jawab Frensky lagi.
"Maksudnya mas, Nissa gak boleh ikut gitu mas?", tanya Anissa lagi.
"Iya, kamu gak boleh ikut", jawab Frensky lagi.
"Tapi mas..", keluh Anissa.
"Sudah, assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada istrinya.
"Wa'alaikumussalam", Anissa menjawab salam dari suaminya.
Di rumahku,
Di dapur lagi..
"Sudah semua nih lik, terus di apain lagi?", tanya Kamil.
"Di goreng den mas", jawab Purnomo.
"Oh, oke", seru Kamil.
Di kamar Titah dan Kamil..
"Mas Kamil sudah pulang atau belum ya, lihat di luar saja deh", kata Titah.
Di depan rumah..
"Loh kok sepi, coba ke dapur saja deh", kata Titah.
Di dapur lagi..
"Alhamdulillah selesai juga, terimakasih ya lik sudah di ajarkan memasak dan membuat tempe mendoan ini", kata Kamil.
"Sami-sami den mas Kamil", sambung Purnomo.
"Rame sekali di dapur, itu sepertinya suara mas Kamil, mas..", Titah mengenali suara suaminya dan Titah memanggil suaminya.
"Iya sayang..", jawab Kamil.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil, Purnomo, dan Paijo.
"Wa'alaikumussalam", Kamil, Purnomo, dan Paijo menjawab salam dari Titah.
"Sudah selesai sayang, ini", Kamil memberikan tempe mendoan yang di minta Titah tadi pagi.
"Pur.."
"Nggih jo"
(Ya jo)
"Ulam e sampun dereng Pur?"
(Ikannya sudah belum Pur?), tanya Paijo.
"Sampun jo"
(Sudah jo), jawab Purnomo.
"Bekta sedaya ne nggih jo dhateng meja tedha"
(Bawa semuanya ya jo ke meja makan), pinta Titah.
"Nggih tuan mami"
(Ya tuan mami), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.
"Mas.."
"Iya sayang, ada apa?", tanya Kamil.
"Titah ingin membicarakan sesuatu dengan mas soal yang tadi di kelas waktu mas Kamil mengajar itu loh mas..", jawab Titah.
"Oh ya aku ingat sayang, kita obrolin di kamar saja", ajak Kamil.
"Yuk..", sambung Titah.
Titah pun menceritakan semuanya padaku tentang Frensky yang sudah bisa menerima Anissa, tapi belum bisa mencintainya dan belum bisa memberikan nafkah lahir dan batin, serta belum bisa melupakan istriku.
Dan waktu ku ingin menemuinya di masjid pesantren darussalam, Frensky tiba-tiba saja datang ke rumah mencari ku, ternyata dia menceritakan semua yang di ceritakan oleh istriku tadi, sementara itu Anissa di rumahnya merasa gelisah dan cemburu karena suaminya datang ke rumah ku.
Masih di rumah ku,
Di kamar Kamil dan Titah lagi..
"Jadi gini mas, tadi Anissa di ruang batik cerita padaku, soal..", Titah menceritakan semuanya padaku.
Lima belas menit kemudian..
Masih di rumah Titah dan Kamil..
"Oh jadi gitu ya, ya sudah kalau gitu aku ke masjid dulu ya", kata Kamil.
"Loh mas kok ke masjid, mau ngapain?", tanya Titah.
"Mau bertemu dengan Frensky, sayang..", jawab Kamil.
"Oh..", seru Titah.
Di depan rumah..
"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada Purnomo.
"Wa'alaikumussalam", Purnomo menjawab salam dari Frensky.
"Kamil ada mas Pur?", tanya Frensky.
"Enten jene, tengga sekedhap nggih jene tak timbali riyen"
(Ada mas, tunggu sebentar ya mas ku panggil dulu), jawab Purnomo.
"Oh nggih jene Pur"
(Oh ya mas Pur) , seru Frensky.
Di meja makan..
"Alhamdulillah sudah selesai tata meja makannya, Pur.."
"Inggih jo, enten menapa?"
(Iya jo, ada apa?), tanya Purnomo.
"Panjenengan mboten dados nyapu latar ngajeng griya?"
(Kamu tidak jadi nyapu halaman?), tanya Paijo juga.
"Sampun rampung tolong buatkan inum nggih jo"
(Sudah selesai, tolong buatkan minum ya jo), jawab Purnomo.
"Nggih, enten pak kyai Abdullah nggih ing ngajeng?"
(Ya, ada pak kyai Abdullah ya di depan?), tanya Paijo lagi.
"Sanes pak kyai Abdullah, jo"
(Bukan pak kyai Abdullah, jo), jawab Purnomo lagi.
"Oh sanes, lah terus sinten?"
(Oh bukan, lah terus siapa?), tanya Paijo lagi.
"Panjenengan ningal kamawon ing ngajeng jo, sampun kula kersa dhateng kamar den jene Kamil uga cah ayu riyen"
(Kamu lihat saja di depan jo, sudah saya mau ke kamar den mas Kamil dan anak cantik dulu), jawab Purnomo lagi.
"Oh nggih Pur"
(Oh ya Pur), seru Paijo.
Di kamar Kamil dan Titah lagi..
"Assalamu'alaikum cah ayu, den mas Kamil", Purnomo memberikan salam pada Kamil dan Titah.
"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Purnomo.
"Sinten?"
(Siapa?), tanya Titah.
"Purnomo, cah ayu"
(Purnomo, anak cantik), jawab Purnomo.
"Oh, ada apa lik?", tanya Kamil.
"Ada yang mencari den mas Kamil", jawab Purnomo.
"Siapa?", tanya Kamil lagi.
"Mas Frensky, den mas Kamil", jawab Purnomo.
"Oh, ya sudah, bilang sebentar lagi saya akan ke depan gitu ya", kata Kamil.
"Inggih den jene Kamil"
(Iya den mas Kamil), sambung Purnomo.
Di dapur lagi..
"Siap antar..", seru Paijo.
Di depan rumah lagi..
"Jene Frensky"
(Mas Frensky)
"Inggih jene Pur"
(Iya mas Pur), jawab Frensky.
"Tengga sekedhap inggih, sekedhap iseh den jene Kamil medal kok"
(Tunggu sebentar ya, sebentar lagi den mas Kamil keluar kok), kata Purnomo memberitahu Frensky.
"Oh nggih jene Pur"
(Oh ya mas Pur), seru Frensky.
"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Frensky dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam", Frensky dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.
"Ada apa kamu mencari saya?", tanya Kamil.
"Ada yang ingin saya omongin dengan mu, emm lebih tepatnya sih cerita gitu", jawab Frensky.
"Oh, soal apa?", tanya Kamil lagi.
"Soal aku dan istriku", jawab Frensky lagi.
"Oh, coba ceritakan", kata Kamil.
"Jadi seperti ini ceritanya", Frensky menceritakan semuanya pada Kamil.
Di rumah Frensky,
Di dapur..
"Kira-kira mas Frensky sedang apa ya di rumah mbak Titah, pasti sedang berdua-duaan deh, hemm.., mas Frensky", kata Anissa yang merasa cemburu.
Setelah Frensky menceritakan semuanya padaku dia lansung pulang ke rumahnya dan memberitahu istrinya kalau dia sudah bisa menerimanya sebagai istrinya, mencoba untuk belajar mencintainya, dan memberikan nafkah untuk istrinya dengan nafkah lahir dan batin.
Aku menelepon ayah untuk memberitahu ayah kalau lusa adalah acara selamatan empat bulanan istriku untuk anak kami yang ada di dalam kandungan istriku, lalu ayah juga memberitahu ku kalau mama juga ingin mengadakan selamatan empat bulanan istriku di jakarta, ayah ku juga meminta ku untuk merahasiakan nya dari istriku.
Satu jam kemudian..
Masih di depan rumah..
"Oh jadi seperti itu ya", kata Kamil yang baru saja mendengarkan semua cerita dari Frensky.
"Lalu kira-kira ada saran atau tidak, untukku, onta arab?", tanya Frensky.
"Punya pengki", jawab Kamil.
"Apa sarannya?", tanya Frensky lagi.
"Tunggu sebentar", jawab Kamil yang meminta Frensky untuk menunggu.
Lima belas menit kemudian..
"Saran ku ya kamu bilang saja apa adanya pada istrimu kalau kamu ingin memberikan nafkah lahir dan batin, mau belajar untuk mencintainya, dan apa yang kamu ceritakan tadi padaku pengki..", kata Kamil yang memberikan saran pada ku.
"Oh jadi gitu ya, ya sudah saya praktikkan di rumah nanti, saya pulang ya, oh ya lupa terimakasih ya onta arab", sambung Frensky.
"Iya pengki", seru Kamil.
"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada Kamil.
"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Frensky.
Di rumah Frensky,
Di meja makan..
"Mas Frensky sedang apa ya sekarang di rumahnya mbak Titah, pasti sedang berdua-duaan deh", kata Anissa yang masih merasa cemburu.
Di dalam khayalan Anissa..
"Assalamu'alaikum dik Titah", Frensky memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam mas Frensky", Titah menjawab salam dari Frensky.
"Unta arab enten, mboten?"
(Onta arab ada, tidak?), tanya Frensky.
"Mboten enten jene, garwa kula iseh ngajar ing pesantren, enten menapa ta jene?"
(Tidak ada mas, suamiku lagi ngajar di pesantren, ada apa mas?), tanya Titah juga.
"Mboten, yen garwa panjenengan mboten enten ing griya bagaimana kita ngobrol wae"
(Tidak, kalau suamimu tidak ada di rumah bagaimana kita ngobrol saja), jawab Frensky sambil memegang tangan Titah di dalam khayalan nya.
Di luar khayalan Anissa..
"Iih mas Frensky, pegang-pegang tangan mbak Titah, tidak terima aku", kata Anissa yang masih merasa cemburu.
"Assalamu'alaikum dik Anissa", Frensky memberikan salam pada Anissa.
"Wa'alaikumussalam", Anissa menjawab salam dari Frensky dengan perasaan cemburu.
"Dik Nissa ada yang ingin saya omongin dengan kamu, tapi setelah kita makan siang ya", kata Frensky.
"Gak mau dengar kalau soal mas dengan mbak Titah yang sedang berdua-duaan di rumahnya sambil pengang-pegang tangan mbak Titah", sambung Anissa masih dengan cemburu.
"Gak ada hubungannya dengan itu, aku mau memberitahu kamu soal saya sudah siap untuk menafkahi mu secara lahir maupun batin dan ingin menerimamu menjadi istriku yang sesungguhnya dan juga aku ingin belajar mencintaimu dan juga menerima kekuranganmu", kata Frensky lagi.
"Benar mas?", tanya Anissa.
"Benar istriku sayang, bagaimana malam ini kita melakukan hubungan suami istri, mau gak? ", tanya Frensky juga.
"Mau dong mas..", jawab Anissa yang merasa senang karena suaminya sudah bisa menerimanya dan ingin memberikan nafkah padanya secara lahir maupun batin.
Jakarta
Di rumah ayah,
Di ruang tengah..
"Telepon rumah bunyi, sepi juga, angkat saja deh", kata mang Jaja.
**
Percakapan Kamil dan mang Jaja lewat telepon.
"Assalamu'alaikum, ingin berbicara dengan siapa?", tanya mang Jaja.
"Wa'alaikumussalam, ayah ada mang?", tanya Kamil lagi.
"Aya, hapunten ieu saha nya?"
(Ada, maaf ini siapa ya?), tanya mang Jaja lagi.
"Ieu Kamil, mang"
(Ini Kamil, mang), jawab Kamil.
"Oh den Kamil, tunggu ya saya panggilkan juragan dulu", kata mang Jaja.
"Muhun mang"
(Iya mang), sambung Kamil.
**
Di ruang kerja ayah..
"Assalamu'alaikum", mang Jaja memberikan salam pada ayah.
"Wa'alaikumussalam", ayah menjawab salam dari mang Jaja.
"Masuk gak di kunci kok pintunya", kata ayah.
"Sampurasun, hapunten juragan"
(Permisi, maaf juragan), sambung mang Jaja.
"Aya naon?"
(Ada apa?), tanya ayah.
"Aya telepon juragan, tina den Kamil"
(Ada telepon juragan, dari den Kamil), jawab mang Jaja.
"Oh nya atos sambungkan wae ka ruang kerja abdi"
(Oh ya sudah sambungkan saja ke ruang kerja saya), kata ayah lagi.
"Oh muhun juragan"
(Oh iya juragan), seru mang Jaja.
**
Percakapan Kamil dan ayah lewat telepon.
"Assalamu'alaikum mil", ayah memberikan salam pada Kamil.
"Wa'alaikumussalam yah", Kamil menjawab salam dari ayah.
"Aya naon mil?"
(Ada apa mil?), tanya ayah.
"Kamil ingin memberitahu yah, kalau empat bulanan Titah tidak jadi minggu depan jadinya lusa, ayah bisa tidak besok jalan ke pesantren darussalam nya?", tanya Kamil juga.
"Bisa mil, a Fitroh juga mau ikut juga tuh katanya, oh ya mil satu lagi ayah lupa, mama pesan pada ayah kalau mama ingin kamu rahasiakan empat bulanan untuk istrimu di jakarta", jawab ayah.
"Oh iya yah, Kamil akan merahasiakan nya kok pada istriku, ya sudah gitu saja ya, yah besok di sambung lagi, assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada ayah.
"Iya, wa'alaikumussalam", ayah menjawab salam dari Kamil.
**
Kediri
Di rumah ku,
Di meja makan lagi..
"Loh jo, suamiku mana?", tanya Titah.
"Di depan tuan mami", jawab Paijo.
"Oh..", seru Titah.
"Itu dia tuan papi nya, tuan mami", sambung Paijo.
"Ada apa sayang?", tanya Kamil.
"Yuk makan siang mas", jawab Titah yang mengajak suaminya makan siang bersama.
"Yuk", sambung Kamil.
"Tadi aku kan minta tempe mendoan ya mas, mana tempe mendoan nya?", tanya Titah yang minta tempe mendoan.
"Ini sayang tempe mendoan nya", jawab Kamil yang memberikan tempe mendoan pada istrinya.
Aku, istriku, Paijo dan Purnomo makan siang bersama dan setelah shalat maghrib berjama'ah di masjid Titah minta di carikan mangga muda.
Masih di rumah ku,
Di kamar Titah dan Kamil lagi..
"Mas yuk kita maghriban berjama'ah di masjid", ajak Titah.
"Yuk sayang", sambung Kamil.
Di rumah Frensky,
Di depan rumah..
"Sa, hayuk", ajak Frensky.
"Inggih jene"
(Iya mas), sambung Anissa.
Di masjid pesantren darussalam..
"Assalamu'alaikum", Anissa dan Frensky memberikan salam pada Titah, Kamil, Paijo, dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam", Titah, Kamil, Paijo, dan Purnomo menjawab salam dari Frensky dan Anissa.
"Mas, Titah masuk ke dalam ya", Titah pamit pada suaminya dan mencium tangan suaminya.
"Iya sayang, sa titip Titah ya", pinta Kamil.
"Inggih mas, mas Frensky, Anissa juga masuk ke dalam ya", Anissa juga pamit pada suaminya dan mencium tangannya.
"Inggih dik"
(Iya dik), seru Frensky.
"Assalamu'alaikum", Titah dan Anissa memberikan salam pada Frensky, Kamil, Purnomo dan Paijo.
"Wa'alaikumussalam", Frensky, Kamil, Purnomo dan Paijo menjawab salam dari Titah dan Anissa.
Di rumah Frensky,
Di depan rumah lagi..
"Mbak Titah, mas Kamil duluan ya", kata Anissa.
"Iya sa..", seru Titah dan Kamil.
"Assalamu'alaikum", Frensky dan Anissa memberikan salam pada Kamil, Titah, Paijo, dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam", Kamil, Titah, Paijo, dan Purnomo menjawab salam dari Anissa dan Frensky.
"Sayang yuk pulang", ajak Kamil.
"Yuk mas", sambung Titah.
Di rumah ku,
Di depan rumah..
"Pur.."
"Inggih cah ayu, enten menapa?"
(Iya anak cantik, ada apa?), tanya Purnomo.
"Tolong bukain pintunya ya", jawab Titah.
"Oh nggih cah ayu"
(Oh ya anak cantik), seru Purnomo.
Kami pun masuk ke dalam rumah dan tidak lupa memberikan salam pada penghuni yang ada di rumah.
Di kamar Titah dan Kamil lagi..
"Mas.."
"Iya sayang kenapa?", tanya Kamil.
"Aku kepingin mangga muda", jawab Titah.
"Kamu ngidam lagi ya sayang?", tanya Kamil lagi.
"Iya mas, cariin ya", jawab Titah yang minta di carikan mangga muda.
"Siap bidadari surgaku, ibu negaraku", Kamil menuruti permintaan dari istrinya.
Aku pun pergi keluar untuk mencari buah mangga muda untuk istriku.