08. Empat Bulanan Di Pesantren Darussalam

Akhirnya waktu yang ku tunggu-tunggu tiba juga yaitu besok adalah hari dimana Allah subhanallah Wa Ta'ala meniup kan ruh nya (anak pertamaku) ke dalam rahim istriku, kedua orang tua ku hari ini datang ke pesantren darussalam untuk menjemput kami setelah acara selamatan empat bulanan istri ku selesai.

Jakarta

Di rumah ayah..

"Yah, ayah.."

"Naon mah?"

(Apa mah), tanya ayah.

"Atos siap tacan?, enggal atuh mama atos henteu sabar hoyong patepang anak sarta minantu urang"

(Sudah siap belum?, cepat dong mama sudah tidak sabar ingin bertemu anak dan menantu kita), tanya mama juga.

"Heueuh mah, sakedik deui.. Cobi mama taros Fitroh sami si teteh geus siap atawa tacan?"

(Iya mah, sedikit lagi.. Coba mama tanya Fitroh sama si teteh udah siap atau belum?), tanya ayah lagi setelah menjawab pertanyaan dari mama.

"Atos atuh yah.."

(Sudah dong yah..), jawab Fitroh dan teh Kulsum.

Kediri 

Pesantren darussalam,

Di rumah ku,

Di depan rumah..

"Sayang"

"Inggih mas, ada apa?", tanya Titah.

"Joya sama Purnomo mana ya, kok dari tadi aku tidak melihat nya?", tanya Kamil juga.

"Tadi sih izin keluar mas..", jawab Titah.

"Kemana?", tanya Kamil lagi.

"Mboten ngertos mas.."

(Tidak mengerti mas..), jawab Titah lagi.

"Oh.., sayang..", seru Kamil memanggil Titah.

"Nggih mas"

(Ya mas), jawab Titah lagi.

"Itu artinya apa ya?", tanya Kamil lagi.

"Tidak ngerti mas..", jawab Titah.

"Oh..", seru Kamil lagi.

"Assalamu'alaikum", Purnomo dan Paijo memberikan salam pada Kamil dan Titah.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Purnomo dan Paijo.

"Nah itu dia sudah pulang mas", kata Titah yang memberitahu suaminya kalau para abdi dalem nya sudah pulang.

"Wonten menapa cah ayu, den mas Kamil kangen sami kita sedaya ngalih nggih?"

(Ada apa anak cantik, den mas Kamil kangen sama kita berdua ya?), tanya Purnomo.

"Cobi ndangokaken kiyambak kemawon jumbuh garwa kula"

(Coba tanya kan sendiri saja sama suami ku), jawab Titah.

"Tuan papi nyari kita, kangen ya?", tanya Paijo.

"Kangen sama kalian berdua, ih.. Enggak, siapa juga yang kangen..", jawab Kamil.

"Berarti kita berdua GR dong..", kata Purnomo.

"Iya ya Pur ternyata kita berdua GR, gelanggang remaja", sambung Paijo.

"Yeh.. Gede rasa tau, bukan gelanggang remaja..", kata Purnomo membenarkan perkataan dari Paijo.

"Hehe..", Paijo tertawa.

"Jo.."

"Iya tuan papi", jawab Paijo.

"Catatan kemarin yang ku kasih masih kamu simpan kan?", tanya Kamil.

"Inggih tuan papi"

(Iya tuan papi), jawab Paijo lagi.

Jakarta 

Di mobil ayah..

"Sudah lengkap semua kan?", tanya ayah.

"Sudah yah", jawab mama.

"Troh.."

"Naon yah?"

(Apa yah?), tanya Fitroh.

"Jalan..", jawab ayah.

"Oke..", seru  Fitroh.

"Hiji dinten lalampahan sangki-sangki enjing nyampe tabuh sabaraha nya yah?"

(Satu hari perjalanan kira-kira besok nyampe jam berapa ya yah?), tanya mama.

"Manawi tabuh dalapan atawa manawi tabuh sembilanan mah,lamun mama atos tunduh mondok wae"

(Mungkin jam delapan atau mungkin jam sembilanan mah, kalau mama sudah ngantuk tidur saja), jawab ayah.

"Oh nya atos lamun kitu mama mondok ti payun nya yah"

(Oh ya sudah kalau gitu mama tidur duluan ya yah), kaya mama.

"Iya mah..", seru ayah.

Keesokan harinya..

Aku mendapatkan kabar bahwa kedua orang tua ku kesasar di perjalan menuju ke pesantren, maklum semenjak aku menikah mereka sudah tidak pernah ke pesantren lagi, akhirnya pak kyai Abdullah menyuruh Frensky dan Rivan menjemput kedua orang tua ku.

Kira-kira pukul 14.25 WIB masakan yang Titah dan para akhwat masak sudah matang, begitu juga dengan ke-dua orang tua ku, mereka sudah sampai di pesantren sebelum acara di mulai.

Kediri 

Di pesantren darussalam,

Di rumah ku,

Di depan rumah..

"Assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah memberikan salam pada semua yang ada di rumah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

Di dapur..

" Jo.."

"Inggih Pur"

(Iya Pur), jawab Paijo.

"Sinten nggih sing teka?"

(Siapa ya yang datang?), tanya Purnomo.

"Mboten mangertos Pur"

(Tidak mengerti Pur), jawab Paijo.

"Oh nggih sampun panjenengan teruskan pekerjaan ing pawon, kula karep ningal ing ngajeng riyen nggih"

(Oh ya sudah kamu teruskan pekerjaan di dapur, saya ingin lihat di depan dulu ya), kata Purnomo.

"Nggih sampun ngrika"

(Ya sudah sana), sambung Paijo.

Di depan rumah lagi..

"Assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Purnomo.

"Wa'alaikumussalam", Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Pur.."

"Inggih pak kyai Abdullah"

(Iya pak kyai Abdullah), jawab Purnomo.

"Kamil enten Pur ing

(Kamil ada Pur di rumah atau sudah pergi ke pesantren darussalam untuk berubah berubah mengajar?), tanya pak kyai Abdullah.

"Enten ing griya pak kyai abdullah, sekedhap kula panggilkan riyen"

(Ada di rumah pak kyai Abdullah, sebentar saya panggilkan dulu), jawab Purnomo.

"Oh nggih Pur, ampun dangu nggih kula enten jadwal ngajar ugi soale"

(Oh ya Pur, jangan lama ya saya ada jadwal ngajar juga soalnya), kata pak kyai Abdullah.

"Inggih pak kyai Abdullah"

(Iya pak kyai Abdullah), sambung Purnomo.

Di dapur lagi..

"Jo.."

"Nggih Pur, enten menapa?"

(Ya Pur, ada apa?), tanya Paijo.

"Panjenengan buatkan inum konjuk pak kyai abdullah nggih"

(Kamu buatkan minum untuk pak kyai Abdullah ya), jawab Purnomo.

"Oh nggih Pur.."

(Oh ya Pur..), seru Paijo.

Di kamar Titah dan Kamil..

"Mas ambil libur ngajar kan hari ini?", tanya Titah.

"Iya sayang", jawab Kamil.

"Ya sudah yuk keluar", ajak Titah.

"Yuk mas", sambung Kamil.

Di depan kamar Titah dan Kamil..

"Eh Purnomo, ada apa?", tanya Kamil.

"Ada pak kyai Abdullah, den mas Kamil di depan, mencari den mas Kamil", jawab Purnomo.

"Oh ya sudah saya ke depan dulu, yuk sayang", kata Kamil dan Kamil mengajak Titah ke depan rumah bertemu dengan pak kyai Abdullah.

"Mas Kamil duluan saja ke depan rumah nanti saya menyusul", sambung Titah.

"Oh iya sayang ku tunggu di depan rumah", kata Kamil.

"Iya mas..", sambung Titah.

"Cah ayu, kula kesah dhateng pawon nggih"

(Anak cantik, saya pergi ke dapur ya), sambung Purnomo.

"Nggih Pur"

(Ya Pur), seru Titah.

Di ruang tengah..

"Jo.."

"Nggih, eh tuan mami, enten menapa?"

(Ya, eh tuan mami, ada apa?), tanya Paijo.

"Punika minuman konjuk semah kula uga pak kyai Abdullah ta?"

(Itu minuman untuk suami saya dan pak kyai Abdullah kan?), tanya Titah juga.

"Inggih tuan mami"

(Iya tuan mami), jawab Paijo.

"Kajengipun kula kamawon ingkang bekta dhateng ngajeng ya, sampeyan dhateng pawon kamawon bantu purnomo ing pawon"

(Biar saya saja yang bawa ke depan ya, kamu ke dapur saja bantu Purnomo di dapur), pinta Titah.

"Jagi tuan mami, amit"

(Siap tuan mami, permisi), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Nggih jo"

(Ya jo), seru Titah.

Di depan rumah..

"Permisi pakde, mas Kamil"

"Ya nduk"

"Iya sayang"

"Ini minum nya"

"Inggih"

(Iya), seru Kamil dan pak kyai Abdullah.

"Emm maaf pakde ada apa mencari saya?", tanya Kamil.

"Jadi seperti ini ngger, bapak dan ibu mu ke sasar, kamu minta tolong Frensky dan Rivan jemput ya", jawab pak kyai Abdullah.

"Loh kenapa Rivan dan Frensky, pakde saya kan bisa", kata Kamil.

"Kamu ikut pakde ya, pakde ada ngajar di tempat lain bisa kan?", tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Oh iya pakde bisa, ya sudah saya siap-siap dulu dan mau sekalian jalan ke rumah Frensky", jawab Kamil.

Di rumah Frensky,

Di depan rumah..

"Assalamu'alaikum", Kamil dan pak kyai Abdullah memberikan salam pada Frensky.

"Wa'alaikumussalam", Frensky menjawab salam dari Kamil dan pak kyai Abdullah.

"Pak kyai Abdullah", Frensky mencium tangan pak kyai Abdullah.

"Biar pakde saja ya ngger yang menjelaskan pada Frensky", kata pak kyai Abdullah.

"Iya pakde", sambung Kamil.

"Jadi seperti ini Frensky..", pak kyai Abdullah menceritakan pada Frensky.

"Oh jadi saya di tugaskan untuk menjemput keluarga nya Kamil bersama Rivan, pak kyai?", tanya Frensky.

"Iya bagaimana kamu mau tidak?", tanya pak kyai Abdullah juga.

"Iya saya mau pak kyai Abdullah", jawab Frensky.

"Ya sudah kalau begitu bapak permisi duluan ya", kata pak kyai Abdullah.

"Iya pak kyai Abdullah", sambung Frensky.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan pak kyai Abdullah memberikan salam pada Frensky.

"Wa'alaikumussalam", Frensky menjawab salam dari Kamil dan pak kyai Abdullah.

Di alun-alun kediri..

"Assalamu'alaikum", Frensky dan Rivan memberikan salam pada Fitroh.

"Wa'alaikumussalam", Fitroh menjawab salam dari Frensky dan Rivan.

"A, yuk langsung saja ke rumah Titah dan Kamil", ajak Rivan.

"Yuk van", sambung Fitroh.

Di rumah ku,

Di depan rumah..

"Ini a rumahnya Kamil dan Titah, kalau begitu Rivan dan mas Frensky duluan ya ada jadwal ngajar", kata Rivan yang pamit pada Fitroh.

"Oh iya van, terimakasih ya sudah di antar", sambung Fitroh.

"Sama-sama a..", seru Rivan.

"Assalamu'alaikum", Rivan dan Frensky memberikan salam pada Fitroh.

"Wa'alaikumussalam", Fitroh menjawab salam dari Rivan dan Frensky.

"Oh jadi ini rumahnya Titah dan Kamil", kata mama.

"Assalamu'alaikum", mama, ayah, Fitroh dan teh Kulsum memberikan salam pada semua yang ada di dalam rumah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di dalam rumah menjawab salam dari mama, ayah, Fitroh dan teh Kulsum.

Di ruang tamu..

"Mama, ayah", Titah mencium tangan ayah dan ibu mertuanya.

"Iya tah..", seru mama.

"Ini mah rumah aku dan mas Kamil", kata Titah.

"Bagus, adem juga..", sambung mama.

"Kamil mana tah?", tanya ayah.

"Mas Kamil itu yah, baru pulang antar pakde", jawab Titah.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada ayah dan ibunya.

"Wa'alaikumussalam", ayah dan mama menjawab salam dari Kamil.

"Oh ya tah nanti kira-kira acaranya jam berapa ya?", tanya mama.

"Sebentar lagi mah..", jawab Titah.

"Habis ashar mah..", jawab Kamil juga.

"Oh, terus makanan nya sudah di tempatin belum?", tanya mama.

"Sudah mah, istri dari Frensky dan para akhwat yang taruh di box, mama istirahat saja dulu atau mandi biar segar mah..", jawab Kamil lagi.

"Iya mama mandi dulu ya", kata mama.

"Iya mah..", seru Kamil dan Titah.

Dan akhirnya acara pun di mulai, lalu ayah mengumumkan bahwa selain di pesantren acara empat bulanan Titah akan di adakan pengajian atau selamatan juga di jakarta juga, tapi sayang ibu mertuaku dan suaminya tidak bisa datang, yang datang hanyalah adik ipar ku dan suaminya.

Masih di rumah ku..

"Assalamu'alaikum", Anissa memberikan salam pada semua yang ada di rumah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari Anissa.

"Mbak sudah siap besek nya, sebentar lagi juga sudah waktunya sholat ashar dan acara juga akan di mulai, mbak Titah dan mas Kamil juga di suruh ke aula untuk sholat berjamaah dan acara juga akan di mulai, perintah dari pak kyai Abdullah langsung", kata Anissa memberitahu Titah dan Kamil.

"Oh inggih, maturnuwun Nissa"

(Oh iya, terimakasih Nissa), sambung Titah.

"Sami-sami mbak"

(Sama-sama mbak), kata Anissa lagi.

"Assalamu'alaikum", Anissa memberikan salam pada semua yang ada di rumah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari Anissa.

Di masjid pesantren darussalam..

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam pada tamu yang hadir di acara selamatan empat bulanan Titah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", tamu yang hadir di acara selamatan empat bulanan Titah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Sebelum acara dimulai ada yang ingin di sampaikan oleh ayah dari pak ustaz Kamil, mangga silahkan", kata pak kyai Abdullah.

"Terimakasih pak kyai Abdullah", sambung ayah.

"Hari ini saya akan menyampaikan bahwa hari selasa akan di adakan acara empat bulanan kembali di jakarta saya ingin minta izin kepada para akhwat dan ikhwan untuk mengajak anakku yang bernama Kamil dan menantuku yang bernama Titah untuk ikut ke Jakarta bersama kami", kata ayah yang memberitahu rencana mama.

"Benar itu mas?", tanya Titah.

"Iya sayang", jawab Kamil.

"Kok mas gak ngomong sih?", tanya Titah lagi.

"Hehe..", Kamil tidak menjawab pertanyaan Titah berikutnya, hanya bisa tertawa saja.

"Itu mama yang minta", Fitroh bantu menjawab.

"Oh..", seru Titah.

"Boleh ya Titah dan pak ustaz nya saya bawa ke Jakarta?", tanya mama.

"Boleh bu..", jawab santriwan dan santriwati.

Setelah acara selesai aku bermaksud untuk ke rumah pak kyai Abdullah menanyai soal rahasia yang pak kyai Abdullah maksud sebelum aku menikah dengan Titah.

Di rumah ku,

Di kamar Titah dan Kamil..

"Alhamdulillah ya sayang acara hari ini berjalan dengan lancar", kata Kamil.

"Iya mas, alhamdulillah, mas..", sambung Titah.

"Iya sayang"

"Mau kemana?", tanya Titah.

"Ke rumah pak kyai Abdullah", jawab Kamil.

"Mau ngapain mas?", tanya Titah lagi.

"Mau pamitan sekali lagi, karena kita kan mau pergi ke Jakarta besok", jawab Kamil lagi.

"Oh.., ya sudah hati-hati ya sayang", kata Titah.

"Iya sayang..", sambung Kamil.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Di rumah pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum pak kyai Abdullah", Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa ngger?", tanya pak kyai Abdullah setelah menjawab salam dari Kamil.

"Ada yang mau saya bicarakan pak kyai bisa minta waktunya sebentar", jawab Kamil.

"Bisa ngger, silahkan masuk", pak kyai Abdullah mempersilahkan Kamil masuk.

"Baik pak kyai Abdullah", Kamil masuk ke dalam rumah pak kyai Abdullah.

"Kamu mau bicara soal apa?", tanya pak kyai Abdullah.

"Soal rahasia sebelum saya menikah dengan Titah", jawab Kamil.

"Oh itu, apa kamu sudah siap?", tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Insyaallah sudah pak kyai", jawab Kamil lagi.

"Baik.., kamu tunggu di sini dulu sebentar ya", kata pak kyai Abdullah.

"Baik pak kyai.. ", sambung Kamil.

Lima menit kemudian..

"Ini rahasia nya, rahasia itu ada di dalam sini silahkan kamu boleh membukanya untuk melihat apa isi dari kotak ini ngger..", kata pak kyai Abdullah lagi dan menyerahkan kotak rahasia kepada Kamil.

"Bismillah..", Kamil membuka kotak rahasia dari pak kyai Abdullah.

Aku pun membuka kotak tersebut dan kaget melihat yang di dalam kotak rahasia milik pak kyai Abdullah, ternyata isinya adalah sebuah foto dan tali tambang berwarna putih.

"Pak kyai.."

"Inggih ngger.."

(Iya nak..), jawab pak kyai Abdullah.

"Kok isinya..", seru Kamil.

"Iya memang itu rahasia nya", kata pak kyai Abdullah lagi.

"Lalu foto ini?", tanya Kamil.

"Foto itu adalah foto pak kyai besar, dia memimpin pesantren ini sebelum saya dan kamu tau Kamil siapa dia?", tanya pak kyai Abdullah lagi setelah menjawab pertanyaan Titah.

"Enggak tau pak kyai, memangnya siapa pak kyai besar ini dan apakah ada hubungannya dengan saya?", tanya Kamil lagi.

"Nggih, tentu saja ada hubungan nya dengan mu, Dia adalah kakek mu", jawab pak kyai Abdullah.

"Kakek ku", kata Kamil.

"Inggih ngger"

(Iya nak), sambung pak kyai Abdullah.

"Lalu tali tambang putih ini apa artinya pak kyai Abdullah?", tanya Kamil lagi.

"Dulu sebelum saya dan ayah mu menikah, tentunya sewaktu saya masih belajar bersama di pesantren ini pernah berjanji akan menikahkan atau menjodohkan anak kami, namun tidak terlaksana karena anak ku dua-dua nya adalah laki-laki", jawab pak kyai Abdullah lagi.

"Maksudnya pak kyai Abdullah, mas Fitroh & mas Fitri?", tanya Kamil lagi.

"Inggih ngger"

(Iya nak), jawab pak kyai Abdullah.

"Lalu..?", tanya Kamil lagi.

"Lalu beberapa tahun kemudian adik ipar ku yaitu almarhum bapak mertuamu memberiku kabar ternyata anaknya adalah perempuan, maka aku dan ayahmu bersepakat untuk menjodohkan kamu dan Titah, kalian juga sudah kenal dari kecil kan, bahkan kalian tetangga dan berteman dari kecil", jawab pak kyai Abdullah lagi menjelaskan pada Kamil.

"Oh seperti itu, jadi tali tambang putih ini melambangkan perjodohan antara aku dan Titah ya pak kyai Abdullah?", tanya Kamil lagi.

"Iya ngger, ada yang ingin kamu tanyakan lagi?", tanya pak kyai Abdullah dan setelah menjawab pertanyaan dari Kamil.

"Tidak ada pak kyai, ya sudah kalau begitu saya pamit pulang pak kyai Abdullah", jawab Kamil lagi.

"Inggih ngger.."

(Iya nak..), seru pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum pak kyai", Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.

Akhirnya terjawab sudah rahasia selama ini yang ingin ku ketahui, lalu aku pulang dan sesampainya di rumah aku langsung memeluk Titah sebelum Frensky dan Rivan memanggilku untuk ronda malam ini di pos kamling pesantren darussalam.

Di rumah ku,

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Assalamu'alaikum sayang..", Kamil memberikan salam pada Titah dan memeluk Titah.

"Wa'alaikumussalam mas, loh kok", Titah menjawab salam dari Kamil dan Titah juga merasa heran karena aku memeluknya.

"Aku sayang kamu", kata Kamil.

"Aku juga mas..", sambung Titah.

Lima belas menit kemudian..

Di teras depan rumah..

"Assalamu'alaikum", Frensky dan Rivan memberikan salam pada mama.

"Wa'alaikumussalam", mama menjawab salam dari Frensky dan Rivan.

"Maaf bu, Kamil nya ada?", tanya Rivan.

"Ada, Kamu Rivan kan anaknya pak Robi teman kecilnya Titah dan Kamil?", tanya mama juga setelah menjawab pertanyaan dari Rivan.

"Inggih bu.."

(Iya bu..), jawab Rivan.

"Ada sebentar ya", kata mama.

"Inggih bu.."

(Iya bu..), seru Frensky dan Rivan.

"Mil, mil, Kamil..", mama memanggil Kamil.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Iya mah, sayang aku di panggil mama, aku ke sana dulu ya", kata Kamil.

"Inggih mas.."

(Iya mas..), sambung Titah.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Diruang tamu..

"Jo, Pur.."

"Inggih den mas.."

(Iya den mas), jawab Paijo dan Purnomo.

"Yuk ronda", ajak Kamil.

"Inggih"

(Iya), seru Purnomo.

"86 tuan papi", seru Paijo.

Di teras depan rumah lagi..

"Iya mah kenapa?", tanya Kamil..

"Ini ada yang nyamper", jawab mama.

"Yuk mil", ajak Rivan dan Frensky.

"Yuk, mah Kamil pergi ronda dulu ya", sambung Kamil dan Kamil berpamitan pada ibunya.

"Iya..", seru mama.

"Jaga istri ku baik-baik ya mah", kata Kamil.

"Iya, hati-hati di jalan ya mil", sambung mama.

"Iya", seru Kamil.

"Assalamu'alaikum", Kamil, Frensky, dan Rivan memberikan salam pada ibunya.

"Wa'alaikumussalam", mama menjawab salam dari Kamil, Frensky, dan Rivan.

Keesokan harinya..

"Abdullah"

"Inggih Ubaidillah"

(Iya Ubaidillah), jawab pak kyai Abdullah.

"Kalau begitu saya bawa menantu ku ke Jakarta ya", kata ayah yang pamit pada pak kyai Abdullah.

"Inggih Ubaidillah"

(Iya Ubaidillah), sambung pak kyai Abdullah.

"Pakde.."

"Inggih nduk"

(Iya nak..), jawab pak kyai Abdullah.

"Bude.."

"Nggih nduk"

(Ya nak), sambung umi Fatimah.

"Kula pamit nggih budhal datheng jakarta etut marasepuh kula, restui kula pakde, bude.."

(Saya pamit ya berangkat ke Jakarta ikut mertua ku, restui saya pakde, bude..), kata Titah yang berpamitan pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.

"Inggih nduk, pakde uga ugi bude mu satumunten merestui sampeyan uga ugi simah mu"

(Iya nduk, pakde dan juga bude mu selalu merestui kamu dan juga suami mu), sambung pak kyai Abdullah lagi.

"Jo.. Pur.."

"Inggih.."

(Iya..), seru Paijo dan Purnomo.

"Setunggal pesanku tulung jagi pakde uga bude nggih"

(Satu pesanku tolong jaga pakde dan bude ya), kata Titah lagi yang berpesan pada Purnomo dan Paijo.

"Inggih.."

(Iya..), sambung Titah.

"Assalamu'alaikum", Titah dan Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.

"Wa'alaikumussalam", umi Fatimah dan pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil dan Titah.

Kini aku dan istriku ke Jakarta untuk acara selamatan empat bulan istriku.