Keesokan harinya..
Akhirnya sampai juga di Jakarta dan nanti sore adalah acaranya, ternyata mama dan ayah sudah mempersiapkan semuanya di bantu abdi dalem di rumah ayah.
Siska mantan pacarku juga menghadiri selamatan empat bulanan nya istriku.
Jakarta
Di rumah ayah..
"Assalamu'alaikum", ayah memberikan salam pada mang Jaja dan bi Inah.
"Wa'alaikumussalam", mang Jaja dan bi Inah menjawab salam dari ayah.
"Den Kamil.."
"Iya bi..", jawab Kamil.
"Den Titah"
"Iya bi..", jawab Titah.
"Apa kabar?", tanya bi Inah.
"Alhamdulillah baik bi", jawab Titah.
"Syukur alhamdulillah kalau begitu, oh iya ibu juragan", kata bi Inah.
"Muhun bi, aya naon?"
(Iya bi, ada apa?), tanya mama.
"Ada telepon dari Siska", jawab bi Inah.
"Siska saha?"
(Siska siapa?), tanya mama lagi.
"Mantan pacarnya den Kamil", jawab bi Inah lagi.
"Mas.."
"Kamu tenang saja sayang, aku pasti akan menjaga kamu dan akan selalu bersama kamu", kata Kamil.
"Kamu tenang saja Titah, Siska sudah menikah jadi gak perlu takut lagi", sambung mama.
"Oh iya mah..", seru Titah.
"Titah, kamu istirahat dulu ya sayang", kata Kamil.
"Inggih jene Kamil"
(Iya mas Kamil), sambung Titah.
"Ya sudah mah kalau begitu Kamil juga mau istirahat", kata Kamil lagi.
"Iya, ya sudah, tapi ingat sebelum ashar kalian berdua harus sudah bangun ya karena mama mau memperkenalkan Titah kepada saudara-saudara kita dari sukabumi", sambung mama.
"Iya mah..", seru Kamil.
"Inah.."
"Iya ibu juragan", jawab bi Inah.
"Bantuin bawa barangnya Kamil dan juga Titah ya", pinta mama.
"Oh baik ibu juragan", bi Inah melaksanakan perintah dari mama.
Di kamar Kamil dan Titah..
"Den Titah, den Kamil.."
"Muhun bi, aya naon?"
(Iya bi, ada apa?), tanya Kamil.
"Atos teurang tacan lamun Siska tilas kabogoh na den Kamil eta wangsul ka indonesia jeung ngahadiran salametan opat sasihan na den Titah?"
(Sudah tau belum kalau Siska mantan pacarnya den Kamil itu pulang ke indonesia dan menghadiri selamatan empat bulanan nya den Titah?), tanya bi Inah juga.
"Mas.."
"Iya sayang..", jawab Kamil.
"Artinya apa sih mas, Titah gak ngerti?", tanya Titah.
"Bi Inah nanya soal kepulangan Siska dan menghadiri selamatan empat bulanan mu sayang", jawab Kamil.
"Oh.., terus mas Kamil jawab apa?", tanya Titah lagi.
"Belum ku jawab, kamu sudah bertanya karena mas Kamil ingin menjawab pertanyaan bi Inah yang tadi..", jawab Kamil lagi.
"Oh ya sudah jawab dong kalau begitu, mas..", pinta Titah.
"Iya sayang", seru Kamil.
"Pake bahasa indonesia saja ya biar mengerti aku nya", pinta Titah lagi.
"Iya sayang, bi..", kata Kamil.
"Iya den", seru bi Inah.
"Saya sudah tau kok soal Siska", jawab Kamil.
"Oh..", seru bi Inah lagi.
"Iya, ada pertanyaan lagi?", tanya Kamil.
"Teu aya den, nya atos lamun kitu wilujeng beristirahat nya den.."
(Tidak ada den, ya sudah kalau begitu selamat beristirahat ya den..), jawab bi Inah.
"Heueuh , haturnuhun nya bi.."
(Iya, terimakasih ya bi..), kata Kamil.
"Heueuh den.."
(Iya den..), seru bi Inah.
Sementara itu di pesantren darussalam Paijo dan Purnomo merasa kesepian di rumah, lalu pak kyai Abdullah menghibur mereka berdua agar tidak larut dalam kesepian mereka, dan dua hari setelah acara selamatan empat bulanan nya Titah, ayah mengumumkan soal kuliah S2 ku di luar negri, aku juga memutuskan untuk menetap dan membuat usaha sendiri di luar negri bersama Titah dan tidak lupa ku ajak abdi dalem setia istriku, Paijo dan Purnomo yang ada di pesantren darussalam.
Dan negara yang ku pilih adalah prancis, hampir saja lupa Titah, istriku ternyata juga akan melanjutkan S1 nya di prancis juga.
Dan aku pulang dari Jakarta ke pesantren darussalam sendirian tanpa Titah, karena aku tidak mengizinkan nya ikut denganku, aku ke pesantren darussalam untuk mempersiapkan semuanya termasuk juga untuk menjemput Paijo dan Purnomo sekaligus berpamitan pada pak kyai Abdullah, aku mendapatkan berita atau kabar bahagia dari Frensky dan juga istrinya, bahwa Anissa hamil dan juga Frensky sudah bisa mencintai Anissa dengan sepenuh hatinya, aku juga tidak sabar ingin memberitahu Titah soal kabar Anissa, sahabatnya.
Masih di rumah ayah,
Di aula rumah ayah..
"Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh", mama memberikan salam pada tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh", tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah menjawab salam dari mama.
"Sebelum acara di mulai saya akan memperkenalkan menantu saya yang bernama Titah dan hari ini adalah acara empat bulanan nya, jujur saya sangat senang sekali karena saya akan mendapatkan seorang cucu lagi, bismillahirrahmanirrahim semoga anak ini akan menjadi anak soleh dan soleha serta berbakti kepada ibu dan ayah nya, Al-fatihah, baik silahkan di mulai acaranya agar tidak terlalu lama karena terbatas nya waktu", kata mama memberikan sambutan dan acara pun di mulai.
"Kok..", Kamil heran.
"Iya kan sebentar lagi maghrib mas..", sambung Titah.
"Oh..", seru Kamil.
"Ya sudah bisa di mulai ibu-ibu", kata mama lagi.
"Bisa..", sambung ibu-ibu yang hadir di acara empat bulanannya Titah.
"Yuk mulai..", ibu-ibu mulai membaca selawat nabi dan acara pun di mulai.
Kediri
Di pesantren darussalam,
Di rumah ku..
"Sepi juga ya jo", kata Purnomo.
"Inggih nggih Pur, mboten enten tuan mami uga tuan papi ing griya terasa hampa uga sepen"
(Iya ya Pur, tidak ada tuan mami dan tuan papi di rumah terasa hampa dan sepi), sambung Paijo.
"Assalamu'alaikum Jo, Pur..", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam pak kyai", Paijo dan Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.
"Siro berdoa kamawon murih Titah uga Kamil sae mawi saras ing Jakarta uga ugi mantuk wangsul teng pesantren punika sae-sae kamawon"
(Kalian berdoa saja agar Titah dan Kamil baik serta sehat di jakarta dan juga pulang kembali ke pesantren ini baik-baik saja), pak kyai Abdullah menasehati Paijo dan Purnomo.
"Inggih pak kyai.."
(Iya pak kyai..), seru Paijo dan Purnomo.
"Jujur kula sebener e kangen ugi kaliyan Titah uga Kamil, tapi bagaimana pun ugi Ubaidillah uga semah punika adalah mertua uga orang tuanya ugi dados pandega ing maklumkan"
(Jujur saya sebenarnya rindu juga dengan Titah dan Kamil, tapi bagaimana pun juga Ubaidillah dan istrinya itu adalah mertua dan orang tua nya juga jadi harap di maklumkan), kata pak kyai Abdullah yang juga merindukan Titah dan Kamil.
"Inggih pak kyai"
(Iya pak kyai), seru Paijo dan Purnomo lagi.
"Nggih sampun menawi mekaten bapak purun lajeng teng musola, katur sholat magrib berjama'ah, sampeyan ugi ampun kesupen jama'ah magrib nya"
(Ya sudah kalau begitu bapak mau lanjut ke musola, untuk sholat magrib berjama'ah, kamu juga jangan lupa jama'ah magrib nya), kata pak kyai Abdullah lagi.
"Nggih pak kyai"
(Ya pak kyai), seru Paijo dan Purnomo lagi.
"Assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam pak kyai", Paijo dan Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.
Jakarta
Masih di aula rumah ayah..
"Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun, demikian lah acara empat bulanan ini selesai, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", kata mama lagi yang menutup acara empat bulanan Titah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah menjawab salam mama.
Dua hari kemudian..
Di ruang keluarga..
"Titah, Kamil.."
"Iya ayah..", jawab Titah dan Kamil.
"Ada pengumuman buat kalian berdua", kata ayah.
"Apa itu yah?", tanya Kamil.
"Ini ada surat, kalian buka ya", jawab ayah.
"Iya ayah..", seru Kamil dan Titah.
"Ayah serius ini?", tanya Kamil lagi.
"Iya..", jawab ayah.
"Aya naon da ayah?"
(Ada apa sih ayah?), tanya mama.
"Nanti ayah umumkan setelah makan siang di meja makan ya", jawab ayah lagi.
"Iya..", seru mama.
Di kamar Titah & Kamil..
"Mas.."
"Iya sayang", jawab Kamil.
"Bagaimana kalau kita ajak saja Purnomo dan Paijo, kasihan mereka pasti kesepian", kata Titah.
"Kamu benar sayang, sekalian liburan buat mereka ke luar negri..", sambung Kamil.
"Ya sudah mas, kira-kira kapan mas Kamil mau ke pesantren darussalam nya?", tanya Titah.
"Kalau bisa ya hari ini juga sayang, oh ya sayang..", jawab Kamil.
"Iya mas, kenapa?", tanya Titah lagi.
"Kamu gak usah ikut ke pesantren darussalam ya, kan cuma sehari doang di sana dan besoknya kembali lagi ke Jakarta, kasihan kamu nya nanti kecapekan", jawab Kamil.
"Iya mas..", seru Titah.
"Ya sudah kamu bereskan yang akan di bawa lusa ya, ku kabari pak kyai di jalan saja kalau aku mau ke pesantren darussalam hari ini", kata Kamil.
"Iya mas hati-hati di jalan ya mas..", sambung Titah.
"Iya sayang, assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada istrinya.
"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari suaminya.
Di meja makan..
"Kamil.."
"Iya a", jawab Kamil.
"Hoyong kamana buru-buru kalintang?"
(Mau kemana buru-buru sekali?), tanya Fitroh.
"Heueuh aa hoyong ke manten?"
(Iya aa mau kemana?), tanya Siska.
"Siska, stop saur abdi kalawan sebutan aa saur abdi wasta wae teurang.."
(Siska, stop panggil saya dengan sebutan aa panggil saya nama saja mengerti..), pinta Kamil.
"Iya a, maksudnya iya mil..", kata Siska.
"Anjeun naha tacan walon patarosan raka anjeun"
(Kamu kok belum jawab pertanyaan kakakmu), kata Fitroh.
"Abdi hoyong ka pasantren darussalam deui mah.."
(Aku mau ke pesantren Darussalam lagi mah..), jawab Kamil.
"Naon!!!,sami Titah?"
(Apa!!!, sama Titah?), tanya mama.
"Henteu mah.., sorangan naha.."
(Tidak mah.., sendiri kok..), jawab Kamil lagi.
"Oh.., ngapain kamu ke sana lagi kan, lusa?", tanya mama lagi.
"Aya anu hoyong abdi bantun mah.., barang-barang oge atos aya di ditu"
(Ada yang mau saya ambil mah.., barang-barang juga sudah ada di sana), jawab Kamil lagi.
"Oh..", seru mama.
"Iya..", sambung Kamil.
"Anjeun kenging mios asalkan anjeun ngiring kalawan urang ngawadang tiheula sarta sakaligus bewara"
(Kamu boleh pergi asalkan kamu ikut dengan kami makan siang dulu dan sekaligus pengumuman), pinta ayah
"Bewara naon om?"
(Pengumuman apa om?), tanya Siska.
"Antos anjeun oge teurang Siska,pamajikan anjeun manten mil?"
(Nanti kamu juga tau Siska, istri kamu mana mil?), tanya ayah juga.
"Eta yah.."
(Itu yah..), jawab Kamil lagi.
"Nya atos hayuk ngawadang tiheula"
(Ya sudah hayuk makan siang dulu)
"Iya ayah.."
"Loh mas kamu gak jadi pergi?", tanya Titah.
"Jadi kok sayang, di suruh ayah untuk makan siang dulu, yuk sayang..", jawab Kamil dan mengajak istrinya untuk makan bersama keluarga.
"Yuk mas..", sambung Titah.
"Pasti aa Kamil duduk disebelahku", kata Siska di dalam hati Siska.
"Emm maaf mil"
"Iya a.."
"Kamu duduk sebelahan sama istrimu aa di sini sebelahan juga sama istri aa..", kata Fitroh.
"Oh iya..", seru Kamil.
"Iih kenapa pake disuruh pindah segala sih?", kata Siska di dalam hati lagi.
"Kamu kenapa Sis?", tanya ayah.
"Tidak kenapa-kenapa kok om..", jawab Siska.
"Oh..", seru ayah.
"Oh ya Siska bagaimana keadaan suami kamu di sana?", tanya mama.
"Alhamdulillah baik kok tante", jawab Siska.
"oh gitu..", seru mama.
"Iya..", sambung Siska.
"Syukur alhamdulillah", sambung ayah juga.
"Pokoknya kalau aku tidak bisa mendapatkan aa Kamil maka jalan satu-satu adalah lewat anakku nanti, akan aku jodohkan dengan anaknya aa Kamil jika anakku sudah lahir", kata Siska di dalam hati lagi.
"Emm..", Kamil tersedak.
"Pelan-pelan dong mil..", kata Fitroh.
"Mas Kamil kenapa?", tanya Titah.
"Siska ngapain lagi ngelirik - lirik ke aku, tidak apa-apa kok sayang, hanya ke pikiran saja soal pengumuman apa yang mau disampaikan oleh ayah mumpung Kamil masih ada di sini", jawab Kamil dan di dalam hati Kamil merasa risih saat Siska memperhatikan nya.
"Oh..", seru Titah dan Fitroh.
"Oke kalau begitu pengumuman nya adalah Kamil dan Titah di terima S1 dan S2 di prancis", kata ayah mengumumkan nya pada keluarga nya di meja makan.
"Serius yah?", tanya Fitroh.
"Iya a..", jawab Kamil.
"Kamil kamu sudah tau ternyata?", tanya Fitroh lagi.
"Sudah, di suruh pura-pura gak tau sama ayah dan mama", jawab Kamil lagi.
"Kenapa gak ambil di arab atau mesir gitu, kenapa harus di prancis?", tanya Fitroh lagi.
"Kenapa memangnya a?", tanya Kamil juga.
"Ya kan biar dekat aja gitu sama aa", jawab Fitroh.
"Oh gitu..", seru Kamil dan Titah.
"Iya..", sambung Fitroh.
"Emm ya sudah mah aku berangkat ke pesantren darussalam", Kamil pamit pada ibunya.
"Iya hati-hati ya kasep", sambung mama.
"Iya mah, sayang aku pamit dulu, assalamu'alaikum", Kamil juga pamit pada istrinya dan Kamil memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Kamil.
"Hati-hati ya mas..", kata Titah.
"Iya sayang", sambung Kamil.
"Huh.., gagal aku menggoda a Kamil, aku ke Jakarta lagi kan pengen menghancurkan pernikahan mereka", keluh Siska di dalam hati.
"Kamu ngapain Siska?", tanya mama.
"Enggak tante, cuma..", jawab Siska yang di potong oleh ayah.
"Awas kalau kamu punya niatan gak baik terhadap anak dan menantu ku", ayah mengancam Siska.
"Iya om..", seru Siska.
"Titah.."
"Iya ayah..", jawab Titah.
"Yuk masuk", ajak ayah.
"Iya kamu masuk ke dalam kamar saja, Inah..", sambung mama dan mama memanggil bi Inah.
"Iya ibu juragan", jawab bi Inah.
"Temani menantuku di kamar dan pastikan kamu jauhkan menantuku dari Siska", pinta ayah.
"Siap juragan.., tapi saya mau..", bi Inah melaksanakan perintah dari ayah dan beralasan ingin membereskan meja makan terlebih dahulu.
"Biar saya yang bereskan meja makan di bantu Nuzy", kata mama.
"Iya mama mertua saya benar kamu temani Titah saja ya bi..", sambung mbak Nuzy.
"Baik ibu juragan dan bu Nuzy", bi Inah melaksanakan perintah dari mama dan mbak Nuzy.
"Kamu mau kemana Siska?", tanya ayah.
"Mau menemani Titah juga om", jawab Siska.
"Jangan, tidak usah.., sudah ada bi Inah yang menemaninya, kamu di sini saja bantu istriku beberes meja makan, troh..", kata ayah dan ayah memanggil Fitroh.
"Iya yah", jawab Fitroh.
"Kita keruang keluarga di atas yuk, biar Siska itu tidak menemui Titah dan membawa pengaruh buruk untuk Titah", kata ayah lagi.
"Boleh yah, main catur juga ya", sambung Fitroh.
"Oke boleh", seru ayah.
Kediri
Pukul 01.30 WIB..
Di pesantren darussalam,
Di rumah pak ustaz Fitroh..
"Tri.."
"Inggih kangmas, enten menapa?"
(Iya kangmas, ada apa?), tanya pak ustaz Fitri.
"Sapa sing teka mundhak mobil wengi-wengi begini, jam siji meneh?"
(Siapa yang datang naik mobil malam-malam begini, jam satu lagi?), tanya pak ustaz Fitroh.
"Mboten ngerti kangmas, kita sedaya mriksa kemawon sumangga.."
(Tidak ngerti kangmas, kita lihat saja yuk..), jawab pak ustaz Fitri.
"Yuk..", ajak pak ustaz Fitroh.
Di depan pesantren darussalam..
"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.
"Wa'alaikumussalam", pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri menjawab salam dari Kamil.
"Oh Kamil ta, Titah mana?", tanya pak ustaz Fitri.
"Kamu tidak sama Titah ta mil?", tanya pak ustaz Fitroh juga.
"Enggak pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri", jawab Kamil.
"Jangan panggil pak ustaz dong, kan kamu sudah menjadi bagian dari keluarga saya, Titah itu kan adik sepupu kami, ya jadi kalau bisa panggil nya kangmas atau mas saja", kata pak ustaz Fitri.
"Oh.. Iya pak Ustaz, eh.. Maksud saya kangmas..", sambung Kamil.
"Nah gitu dong..", seru pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.
"Kamu sendiri?", tanya pak ustaz Fitroh lagi.
"Iya kangmas..", jawab Kamil lagi.
"Oh..", seru pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri lagi.
"Nah itu ada Nissa.."
"Niss, Nissa.."
"Inggih pak Ustaz Fitroh, pak Ustaz Fitri"
(Iya pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri), jawab Anissa.
"Panjenengan kersa kepundi ta?"
(Kamu mau kemana?), tanya pak ustaz Fitri.
"Kersa ngupadi garwa kula uwek, uwek.."
(Mau mencari suami ku, uwek, uwek..), jawab Anissa yang kemudian mual-mual.
"Panjenengan punapa kok uwek, uwek..?, yek ngilani"
(kamu kenapa kok uwek, uwek..?, yek menjijikan), tanya pak ustaz Fitri lagi.
"Mboten mangertos pak ustaz, saking wau sonten sampun kados menika.."
(Tidak mengerti pak ustaz, dari tadi sore sudah seperti ini..), jawab Anissa lagi.
"Loh.. Loh.. Nissa, Niss..", kata pak ustaz Fitri.
"Pingsan piye niki?", tanya pak ustaz Fitroh.
"Ya sudah angkat saja ke dalam rumah nya", jawab pak ustaz Fitri.
"Ya sudah kalau begitu Kamil bantu cari Frensky ya", kata Kamil.
"Nggih, cepat nggih"
(Ya, cepat ya), sambung Fitroh.
"Nggih.."
(Ya..), seru Kamil.
Di kamar santriwan..
"Van.."
"Nggih jene.."
(Ya mas..), jawab Rivan.
"Bokmenawa seru ya yen ing surup dak ana cah cilik?"
(Mungkin seru ya kalau di rumah ku ada anak kecil?), tanya Frensky.
"Ya kuwi mesti lah jene.."
(Ya itu pasti lah mas..), jawab Rivan.
"Coba wae aku ora paling alon kanggo ndemeni bojoku mesti wis padha kaya dik Titah wektu iki, meteng.."
(Coba saja saya tidak terlambat untuk mencintai istri ku pasti sudah sama seperti dik Titah saat ini, hamil..), kata Frensky.
"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Rivan dan Frensky.
"Wa'alaikumussalam", Rivan dan Frensky menjawab salam dari Kamil.
"Sedhela, sedhela, van aku lagi ngayangna bojoku dik Nissa lagi meteng barengan padha dik Titah kok malah ana swarane si unta arab kuwi ta sing teka.."
(Sebentar, sebentar, van aku lagi membayangkan istriku dik Nissa sedang hamil barengan sama dik Titah kok malah ada suaranya si unta arab itu ta yang datang..), kata Frensky lagi.
"Nyat Kamil jene, dheweke wis mulih saka Jakarta"
(memang Kamil mas, dia sudah pulang dari Jakarta), sambung Rivan.
"Apa!!", Frensky terkejut mendengar perkataan dari Rivan.
"Iya gua sudah pulang dari Jakarta, kenapa lu kangen ya sama gua pengki..?", tanya Kamil.
"Aku kangen padha kowe, ih.., ngapura ya ora.."
(Aku kangen sama kamu, ih.., maaf ya tidak..), jawab Frensky.
"Ah bohong..", seru Kamil.
"Aku ora ngapusi.."
(Saya tidak bohong..), sambung Frensky.
"Tapi tenang saja pengki, gua gak lama kok di sini sebab gua mau pindah ke luar negri sama Titah, dan gus ke sini cuma mau ambil barang-barang yang ke tinggalan doang kok, sama sekalian pamit, oh ya satu lagi istri lu pingsan tuh, tadi gua ketemu sama dia di jalan pas gua, pak ustaz Fitri, dan pak Ustaz Fitroh ngobrol..", kata Kamil yang memberitahu Frensky kalau istrinya pingsan.
"Serius kamu?", tanya Frensky.
"Ya serius lah kalau enggak ngapain gua nyariin elu dan menyampaikan berita ini ke elu..", jawab Kamil.
"Terus saiki bojoku dingendi unta arab?"
(terus sekarang istri ku dimana unta arab?), tanya Frensky lagi.
"Di rumah elu lah pengki", jawab Kamil lagi.
"Oh, nggih sampun sumangga dhateng papan kula kagem priksa kawontenanipun garwa kula
(Oh,Ya sudah yuk ke rumah ku untuk melihat keadaannya istriku), ajak Frensky.
"Yuk..", sambung Rivan dan Kamil.
"Sekedhap kula tutup konten kula kamar rumiyen"
(Sebentar ku tutup pintu kamar ku dulu), kata Rivan.
"Oh iya..", seru Frensky.
Di rumah Frensky,
Di ruang tamu..
"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada pak kyai Abdullah, Fitroh dan Fitri.
"Wa'alaikumussalam", Fitri, Fitroh, dan pak kyai Abdullah menjawab salam dari Frensky.
"Pak kyai Abdullah , pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, kepripun wonten garwa kawula?"
(Pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, bagaimana keadaan istri saya?), tanya Frensky dengan panik dengan keadaan Anissa.
"Untung panjenengan gelis mantuk ngger, garwa panjenengan baik-baik kamawon ing lebet tapi "
(Untung kamu cepat pulang nak, istri mu baik-baik saja di dalam tapi), jawab pak kyai Abdullah.
"Sayangipun punapa pak kyai, wonten punapa pak kyai kaliyan garwa kawula?"
(Tapi apa pak kyai, ada apa pak kyai dengan istri saya?), tanya Frensky lagi masih dengan keadaan panik.
"Panjenengan mlebet teng kamar kaliyan midhanget kiyambak saking mbakyu Aisyah kaliyan umi"
(Kamu masuk ke kamar dan dengar sendiri dari mbakyu Aisyah dan umi), kata pak kyai Abdullah.
"Inggih pak kyai"
(Iya pak kyai), sambung Frensky.
"Assalamu'alaikum", Kamil dan Rivan memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil dan Rivan.
"Kamil.."
"Inggih pak kyai"
(Iya pak kyai), jawab Kamil.
"Pakde saja", kata pak kyai Abdullah.
"Inggih pakde"
(Iya pakde), sambung Kamil.
"Kamu sudah pulang ta, Titah istrimu mana?", tanya pak kyai Abdullah lagi.
"Titah masih di jakarta saya kesini ada barang-barang saya yang mau saya ambil sekalian sama Paijo dan Purnomo", jawab Kamil lagi.
"Maksudnya?", tanya Kamil.
"Sampun, sampun.. mil mangke kita sedaya ngendika wonten serap pakde kemawon nggih"
(Sudah, sudah.. Mil nanti kita bicara di rumah pakde saja ya), pinta pak kyai Abdullah.
"Inggih pakde..", seru Kamil.
Di kamar Frensky dan Anissa..
"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada Anissa, mbak Aisyah, dan umi Fatimah.
"Wa'alaikumussalam", Anissa, umi Fatimah, dan mbak Aisyah.
"Nuwun sewu, umi, mbakyu, kulepun kaliyan garwa kula?"
(Permisi, umi, mbakyu, bagaimana dengan istriku?), tanya Frensky.
"Garwamu sae-sae kemawon ngger"
(Istrimu baik-baik saja nak), jawab umi Fatimah.
"Sugeng nggih ky.."
(Selamat ya ky..), kata Aisyah yang memberikan selamat pada Frensky.
"Pangangkahipun mbakyu?"
(Maksudnya mbakyu?), tanya Frensky.
"Nuwun inggih sugeng panjenengan sekedhap malih badhe dados satiyang rama"
(Iya selamat kamu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah), jawab umi Fatimah.
"Ingkang leres umi?, dados dik Nisa meteng umi, mbakyu?"
(yang benar umi?, jadi dik Nisa hamil umi, mbakyu?), tanya Frensky lagi yang senang mendapatkan kabar istrinya hamil.
"Iya", jawab mbak Aisyah dan umi Fatimah.
"Alhamdulillah..", Frensky mengucapkan syukur dan sujud syukur.
Sementara yang lain berada di rumah Frensky, aku dan pak kyai Abdullah berbicara di rumah pak kyai Abdullah, rupanya pak kyai Abdullah sudah mengetahui niatan ku ke pesantren darussalam kembali dari ayah ku dan pak kyai Abdullah berpesan pada ku agar hati-hati di negara orang dan juga jaga istriku yang sedang hamil anakku.
Dan keesokan harinya aku pun meninggalkan pesantren darussalam bersama abdi dalem istriku yaitu mas Purnomo dan mas Paijo, karena dua hari lagi akan berangkat ke prancis.
Keesokan harinya..
Di halaman pesantren darussalam..
"Pakde, kangmas-kangmas ku"
"Inggih.."
(Iya..), jawab pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh, dan pak ustaz Fitri.
"Saya pamit pulang ke jakarta untuk lusa berangkat ke prancis bekerja dan sekaligus untuk menuntut ilmu bersama istri ku di sana", kata Kamil yang berpamitan pada pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, dan umi Fatimah.
"Inggih manah-manah ing radin"
(Iya hati-hati di jalan), sambung pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.
"Mas Kamil.."
"Nggih Nissa"
(Ya Nissa), jawab Kamil.
"Titip salam dan kabarku di sini untuk mbakyu ku, mbak Titah ya", kata Anissa.
"Inggih Nissa, van.."
(Iya Nissa, van..), sambung Kamil yang memanggil Rivan.
"Nggih mil.."
(Ya mil..), jawab Rivan.
"Jangan lupa halalkan gadis aceh mu..", Kamil berpesan pada Rivan.
"Siap mil, tinggal selangkah lagi menuju pelaminan hehe..", jawab Rivan sambil tertawa.
"Mantab van, sekali lagi saya pamit, Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada semua yang ada di depan pesantren darussalam.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di depan pesantren darussalam menjawab salam dari Kamil.