13 - Kembali Ke Pesantren Darussalam

Hari ini adalah hari terakhir aku dan istri di Prancis, setelah lulus kuliah, karena juga hari ini aku akan kembali ke Indonesia, untuk mengurus pesantren darussalam, di Kediri bersama dengan istriku saja dan anak-anak tetap di Prancis bersama dengan mama dan ayah. 

Anak-anakku sekarang sudah berusia tujuh tahun. 

Kediri 

Di rumah pak kyai Abdullah, 

Di ruang tengah.. 

"Pak ini kopinya, loh Fitroh kenapa kamu nak, kamu cari sesuatu ?", tanya umi Fatimah. 

"Iya umi saya sedang mencari sesuatu", jawab Fitroh. 

"Mencari apa nak ?", tanya pak kyai Abdullah. 

"Buku catatan ku yang kecil itu loh bi, abi atau umi lihat tidak ?", tanya Fitroh juga. 

"Tidak nak, abi tidak lihat, mungkin umi yang lihat", jawab pak kyai Abdullah. 

"Umi juga sama abi, umi tidak melihatnya", jawab umi Fatimah juga. 

"Lalu dimana buku catatan kecilku ya ?", tanya Fitroh lagi. 

"Assalamu'alaikum", Fitri memberikan salam pada semua yang ada di ruang tengah. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang tengah menjawab salam dari Fitri. 

"Loh bi, kangmas Fitroh saweg mencari menapa ?" 

(Loh bi, kangmas Fitroh sedang mencari apa ?), tanya Fitri. 

"Ruas seratan cilik kula, panjenengan ningal mboten tri ?" 

(Buku catatan kecilku, kamu lihat tidak tri ?), tanya Fitroh. 

"Mboten, loh emang e panjenengan taruh dhateng pundi ?" 

(Tidak, loh memangnya kamu taruh dimana ?), tanya Fitri lagi. 

"Ing meja, kok sakmenika mboten mboten enten nggih" 

(Di meja, kok sekarang tidak ada ya), jawab Fitroh. 

"Ing meja, sekedhap, sekedhap, niki sanes ruas e troh ?" 

(Di meja, sebentar, sebentar, ini bukan bukunya troh ?), tanya Fitri lagi. 

"Nah inggih leres niki, maturnuwun nggih Fitri, umi, abi, Fitroh dhateng kelas riyen nggih konjuk ngajar" 

(Nah iya benar ini, terimakasih ya Fitri, umi, abi, Fitroh ke kelas dulu ya untuk ngajar), jawab Fitroh dan kemudian Fitroh berpamitan pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah. 

"Assalamu'alaikum", Fitroh memberikan salam pada semua yang ada di ruang tengah. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang tengah menjawab salam dari Fitroh. 

Di rumah Frensky, 

Di depan rumah.. 

"Waktunya berangkat ke pesantren darussalam, eh iya lupa iPad ku", kata Frensky. 

"Mas Frensky", seru Annisa. 

"Waduh si semprul panggil lagi", kata Frensky. 

"Apa, mas Frensky panggil saya apa ?", tanya Annisa. 

"Eng, eng, enggak dik..", jawab Frensky.

"Emang e aku ra krungu apa, emas Frensky ngomong apa mau, emas Frensky ngomong semprul, sapa sing semprul mas, aku, iya aku si semprul kuwi ?" 

(Memangnya saya tidak dengar apa , mas Frensky ngomong apa tadi , mas Frensky ngomong semprul , siapa yang semprul mas, saya , iya saya si semprul itu ?), tanya Annisa. 

"Ora dik, maksud  aku kuwi.." 

(Tidak dik, maksudku itu..), jawab Frensky yang sedang mencari alasan.

"Ora usah alasan mas, ngaku ra kowe, ngaku.." 

(Tidak usah alasan mas, ngaku tidak kamu, ngaku..), kata Annisa.  

"Ora, aku ra arep ngaku wong aku ra ngomong apa-apa kok" 

(Tidak, saya tidak mau ngaku orang saya tidak ngomong apa-apa kok), sambung Frensky. 

"Oh ngono, dadi mas Frensky tetap ra arep ngaku mas, pitaya ?" 

(Oh gitu, jadi mas Frensky tetap tidak mau ngaku mas, yakin ?), tanya Annisa lagi yang mengancam Frensky. 

"Ya aku panggah wae ora akan mengakuinya, amarga memang aku ora ngomong apa-apa kok dik" 

(Ya saya tetap saja tidak akan mengakuinya, karena memang saya tidak ngomong apa-apa kok dik), jawab Frensky. 

"Tenan ?" 

(Benar ?), tanya Annisa lagi. 

"Inggih dik tenan" 

(Iya dik benar), jawab Frengky lagi. 

"Pitaya kowe, mas Frensky ?" 

(Yakin kamu, mas Frensky ?), tanya Annisa lagi. 

"Inggih dik pitaya" 

(Iya dik yakin), jawab Frensky lagi. 

"Inggih sampun yen ngono, awas kowe ngapusi awak ku tanggung dhewe mengko nggih" 

(Iya sudah kalau begitu, awas kamu bohongi saya, tanggung sendiri nanti ya), kata Annisa yang mengancam Frensky dan Annisa pura-pura pergi. 

"Huh.., untung wae pintar ngeles dadi aman , mugo-mugo si semprul ra walik meneh deh.." 

(pintar ngeles jadi aman , mudah-mudahanmudah si semprul tidak balik lagi deh), kata Frensky yang menghela nafas dan Frensky tidak menyadari kalau Annisa masih ada di balik pintu dan Annisa juga mendengar perkataan dari Frensky. 

"Mas Frensky, emm.., rasakan Iki akibat e kowe ngapusi awak ku, bojo ne kowe" 

(Mas Frensky, emm.., rasakan ini akibatnya kamu bohongin saya, istrimu), kata Annisa yang mencubit dan mendengar perkataan dari suaminya. 

"Aauu.., dik.., ampun dik, ampun..", kata Frensky yang teriak kesakitan saat Annisa mencubitnya. 

"Hemm..", keluh Annisa. 

Prancis 

Di bandara.. 

"Mah, yah, Kamil dan Titah pamit ya, Kamil junior dan Citra jangan nakal ya dan nurut dengan nenek dan kakek", kata Kamil. 

"Ya papi", seru Kamil junior dan Citra. 

"Hati-hati di jalan ya mil, tah", kata mama. 

"Iya mah..", seru Titah dan Kamil. 

"Assalamu'alaikum", Titah dan Kamil memberikan salam pada ayah, mama, dan anak-anaknya. 

"Wa'alaikumussalam", ayah, mama, dan anak-anaknya menjawab salam dari Titah dan Kamil. 

Kediri 

Di pesantren darussalam, 

Di kelas.. 

"Nah para santri sudah mengerti penjelasan dari saya ?", tanya Rivan. 

"Sudah pak ustaz", jawab para santri. 

"Baik kalau begitu saya rasa cukup materi hari ini", kata Rivan. 

"Assalamu'alaikum", Rivan memberikan salam pada semua santri. 

"Wa'alaikumussalam", semua santri menjawab salam dari Rivan. 

Keesokan harinya.. 

Jakarta 

Di bandara.. 

"Akhirnya sampai juga di Jakarta, sayang kita nginep rumah ayah dua hari ya, lusanya baru ke Kediri, pesantren darussalam", kata Kamil. 

"Terserah mas Kamil saja", sambung Titah. 

"Ya sudah, kalau begitu saya pesan taksi online dulu deh", kata Kamil lagi. 

Di rumah ayah, 

Di depan rumah.. 

"Sayang kita sudah sampai di rumah ayah, bangun yuk", kata Kamil. 

"Iya mas..", seru Titah. 

"Assalamu'alaikum bi Inah", Kamil memberikan salam pada bi Inah. 

"Wa'alaikumussalam", bi Inah menjawab salam dari Kamil. 

"Den Kamil dan den Titah", sorak bi Inah yang kaget melihat Titah dan Kamil berada di depan rumah. 

"Iya bi..", seru Kamil. 

"Tunggu sebentar den, ja, Jaja..", bi Inah memanggil mang Jaja. 

"Muhun Inah, aya naon ?" 

(Iya Inah, ada apa ?), tanya mang Jaja. 

"Ieu, tulung di angkat nya koper na den Kamil" 

(Ini, tolong di angkat ya kopernya den Kamil), jawab bi Inah. 

"Muhun nah, mangga den.." 

(Iya nah, silahkan den..), seru mang Jaja. 

"Iya..", seru Titah. 

Di kamar Kamil dan Titah.. 

"Mas, ini teh nya, mas mau telepon siapa ?", tanya Titah. 

"Telepon pak kyai Abdullah, sayang..", jawab Kamil. 

"Oh.., mau memberikan kabar pada pakde ya mas ?", tanya Titah lagi. 

"Iya..", jawab Kamil lagi. 

"Ya sudah kalau begitu Titah tidur duluan ya mas", kata Titah. 

"Iya sayang..", sambung Kamil. 

                     ** 

Percakapan Kamil dan pak kyai Abdullah lewat telepon. 

"Assalamu'alaikum pak kyai Abdullah", Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah. 

"Wa'alaikumussalam", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil. 

"Maaf ini siapa ?", tanya pak kyai Abdullah. 

"Saya, Kamil, pak kyai Abdullah", jawab Kamil. 

"Oh Kamil, ada apa nak ?", tanya pak kyai Abdullah lagi. 

"Kamil hanya ingin memberikan kabar, kalau Kamil ada di Jakarta sekarang, dan ada yang ingin Kamil bicarakan juga dengan pak kyai Abdullah, lusa Kamil ke pesantren darussalam bersama Titah", jawab Kamil lagi. 

"Oh.., ya sudah pakde tunggu di pesantren darussalam ya, kapan kamu mau ke pesantren darussalam, nak ?", tanya pak kyai Abdullah lagi. 

"Insyaallah lusa pak kyai Abdullah", jawab Kamil lagi. 

"Oh ya, pakde tunggu ya", kata pak kyai Abdullah. 

"Oh ya pak kyai Abdullah", sambung Kamil. 

"Ya sudah kalau begitu salam untuk Titah ya nak..", kata pak kyai Abdullah lagi. 

"Baik pak kyai Abdullah, nanti akan saya sampaikan", sambung Kamil lagi. 

"Sudah dulu nak, lusa di sambung lagi sesampainya di pesantren darussalam", kata pak kyai Abdullah lagi. 

"Baik pak kyai Abdullah, sampai bertemu di pesantren darussalam", sambung Kamil lagi. 

"Iya nak, assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Kamil. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari pak kyai Abdullah.