Mereka terdiam selama beberapa menit. Maya berusaha mengendalikan tubuh yang seolah diambil alih oleh perasaan. Kacau, itulah yang sedang dirasakannya.
Maya menundukkan pandangan dan memainkan jemari yang ada di atas paha. Sedangkan Abimanyu sedang menyusuri wajah manis yang dirindukannya belakangan ini.
“Maaf, waktu itu aku tidak sempat berpamitan denganmu,” ucap Maya memecah kesunyian. Kepalanya masih tertunduk dengan tatapan melihat ke arah jari yang saling bertautan.
Abimanyu yang sedari tadi memandang wajah manis itu tersenyum.
“Tidak apa-apa. Toh pada akhirnya kita bisa bertemu lagi sekarang,” ujarnya memandang lekat wanita yang berada di depannya.
“Kamu ke sini dalam urusan pekerjaan?” tanya Maya penasaran.
Sejenak Abimanyu terdiam, lalu mengangguk.
“Aku ke sini untuk melakukan sesuatu. Mungkin inilah pekerjaan terberat yang pernah kulakukan,” tuturnya.
Maya mengerutkan kening. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh pria itu.
Abimanyu tertawa.