"Rio!" Tubuhku sedikit terdorong saat bunda memelukku dengan erat. Dia terus menangis sembari membenamkan kepalanya di dadaku.
"Maafin aku, Bun," bisikku. Bunda tak merespon, dia hanya memeluk aku. Tentu saja aku pun menangis. Rasanya sudah lama sekali aku tak dipeluk hangat seperti ini. Aku merindukan semua hal yang pernah terjadi di masa lalu sebelum aku beranjak dewasa.
"Bunda maafin kamu, Sayang. Maaf karena udah menampar kamu. Bunda sayang kamu. Jangan kabur lagi ya, Nak. Bunda gak mau kamu menderita lebih dari ini," bisik bunda. Dia menengadahkan kepalanya menatapku. Tak ku sadari ternyata bunda tak berubah. Wajahnya masih cantik seperti dulu, dengan rambut lurus dan mata yang indah. Aku rasa bunda menyentuh pipiku dengan lembut. Aku pun membalasnya dengan mengecup kening bunda. Ku pejamkan mataku mencoba menahan diri agar tak terisak. Ah sial! Dadaku terasa sangat sakit, nafasku dan tenggorokanku tercekat akibat tangisan ini.