SuckleMadu_230

Cerita ini bukan tentang keindahan masa remaja, bukan pula kebahagian seorang anak yang berada di tengah keluarga harmonis.

Jehani, hanya tak mau berharap pada keadaan. Bukan tak mau tetapi lebih pada tidak bisa. Faktanya, ia hidup hanya untuk kehidupan orang lain. 

Satu orang datang di kehidupan seorang Jehani, membuat gadis itu lupa akan kodratnya. Ia kembali terjatuh di jurang kenyataan. 

Sejak saat itu menjadi manusia yang selalu kuat dan tak ingin berharap adalah tujuannya.

Cerita ini hanya fiktif belaka

Jehani

Bel sekolah telah berbunyi, Jeha memasukkan buku dan peralatan menulisnya. 


"Buru-buru, mau ke mana, Je?" Novi menyadari gerakan tangan Jeha yang cepat. Beberapa hari terakhir temannya ini seakan ingin cepat meninggalkan area sekolah. 


Novi melihat Jeha yang sudah sampai pintu kelas. Ia mempercepat gerakan tangannya dan segera menyusul Jeha. 


"Beb-" Kalimat Edo tertahan. Ia bahkan belum selesai memanggil Novi tapi gadis itu sudah pergi dan menghilang di balik pintu kelas. 


Ry berdiri, ia juga ikut meninggalkan kelas. 


"Enggak mau main basket dulu?"  Kata Edo yang berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Ry.


"Enggak." Jawab Ry singkat. Di ujung saja, tatapannya tak lepas dari punggung Jeha. Sekarang gadis itu tengah berjalan beriringan dengan Novi. 


Edo yang merasa fokus Ry tidak di tempat, mengikuti arah pandang lelaki itu. 


"Perjanjian kita masih berlaku, Ry. Lu kagak lupa, kan?"


Kesepakatan Ry dan Edo