"Ayo, selanjutnya!"
Deg!
Deg!
Deg!
Tanpa bisa dicegah jantung Jeha berdetak tiga kali lebih cepat. Ia berpegangan pada besi pembatas.
"Cepet, Je!" Novi malah mendorong badan Jeha.
Jeha menggeleng dengan kuat.
"Ayo, Je!" Ry pun sama. Ia melepas pegangan Jeha pada besi pembatas. Akhirnya dengan pasrah Jeha menaiki biang lala. Ia masuk ke sebuah tempat yang mirip sangkar burung, berwarna biru dengan nomor bertuliskan angka tiga.
Sut!
Perlahan tapi pasti biang lala itu semakin naik. Lalu berhenti karena sangkar burung nomer empat dimasuki kembali, kali ini giliran Novi dan Edo.
Sut!
Biang lala kembali berputar. Jeha berpegangan dengan erat.
Hal itu tak luput dari penglihatan Ry. Ia antara kasihan dan ngakak melihat wajah Jeha.
Yang paling mendebarkan adalah saat biang lala itu turun rasanya hati, jantung, paru-paru, dan semua organ Jeha itu turun.
Gliyut!
"Hiih." Jeha ketakutan. Ia mencari pegangan yang lebih erat.
"Santai, Je. Enggak bakal jatuh, ayo rileks!"